Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALISIS PERNYATAAN JENDERAL TNI (PURN) GATOT NURMANTYO TENTANG NASIONALISME HABIB RIZIEQ SHIHAB Yoga Rosmanto; Anindita Nur Hidayah; Rivaldo Noval Putra Santosa; Agus Adriyanto
Jurnal Education and Development Vol 9 No 2 (2021): Vol.9.No.2.2021
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.731 KB) | DOI: 10.37081/ed.v9i3.2573

Abstract

Gerakan revolusi akhlak adalah gerakan yang digaungkan oleh Habib Rizieq Shihab (HRS). Melalui gerakan ini kemudian Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa HRS adalah sosok yang nasionalis. HRS meyakini bahwa apa yang kita pelajari terkait dengan Pancasila dari poin pertama sampai dengan kelima isinya merupakan spirit akhlak dan menyimpulkan bahwa Pancasila adalah warisan dari para ulama. Revolusi akhlak ini justru menentang gerakan revolusi mental yang diusung presiden Joko Widodo sejak tahun 2014 sehingga HRS memberikan pernyataan bahwa dirinya akan mendukung pemerintahan Joko Widodo asalkan pemerintah mendukung gerakan revolusi akhlak jika tidak maka HRS dan pengikutnya akan melakukan perlawanan segala ketidakadilan. Berdasarkan prinsipnya, nasionalisme didasarkan pada persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Nasionalisme bisa dimaknai sebagai gambaran ikatan budaya yang menyatukan rakyat Indonesia yang majemuk menjadi satu bangsa dalam satu ikatan nation-state. Nation-state memiliki peran startegis dalam mempertahankan makna nasionalisme sebagai identitas kebangsaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dan metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan studi literatur. Penelitian dilakukan dalam periode 2 (dua) bulan yang dimulai pada bulan Januari s.d. Februari 2021. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pernyataan yang disampaikan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengenai nasionalisme HRS tidak dapat dibuktikan kebenerannya melaui analisis teoritis dengan menggunakan konsep nasionalisme dan imagined communites theory. Berdasarkan hal tersebut maka kurang tepat jika dikatakan HRS adalah seorang yang nasionalis.
UPAYA MEMBANGUN KEMAMPUAN LINTAS BUDAYA DAN KETAHANAN PASUKAN PERDAMAIAN SERTA KELUARGANYA Rivaldo Noval Putra Santosa; Anindita Nur Hidayah; Yoga Rosmanto; Agus Adriyanto
Jurnal Education and Development Vol 9 No 2 (2021): Vol.9.No.2.2021
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.041 KB) | DOI: 10.37081/ed.v9i3.2579

Abstract

Keterlibatan Indonesia melalui TNI dalam menjaga perdamaian melalui pasukan perdamaian tidak terlepas dari kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Namun, pelibatan pasukan perdamain dalam pelaksanaan tugas kadangkala tidak selalu terwujud dengan baik, di mana dalam pelaksanaan tugas sebagai pasukan perdamaian PBB di beberapa lokasi tidak terlepas dari beberapa tantangan, hambatan, dan kendala yang dihadapi. Sumber tantangan, hambatan, dan kendala tersebut terkadang berawal dari perbedaan budaya. Oleh karena itulah, penting bagi pasukan perdamaian PBB untuk memiliki kemampuan lintas budaya yang baik. Adapun metodedan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan studi literatur. Kemudian, untuk menganalisis persoalan yang ada di dalam penelitian ini, kami menggunakan beberapa teori yakni teori kecerdasan budaya, teori kemampuan lintas budaya, dan teori ketahanan keluarga militer. Setelah dilakukan analisis, memang diperlukan beberapa program yang mengarah pada peningkatan kemampuan lintas budaya dan ketahanan pasukan perdamaian berserta dengan keluarga. Adapun salah satu program yang dikembangkan Departemen Pertahanan dan Angkatan Laut Amerika Serikat bernama FOCUS bisa jadi satu pilihan. Program FOCUS adalah program latihan yang dirancang untuk meningkatkan ketahanan keluarga tentara yang mengalami tingkat stres yang tinggi dan juga untuk mencegah masalah yang lebih besar untuk terjadi di masa depan.
KONFLIK PASCA PEMILU AMERIKA SERIKAT TAHUN 2020 DITINJAU DARISOCIAL IDENTITY THEORY Yoga Rosmanto; Dhimas Rudy Hartanto; Agus Adriyanto
Jurnal Education and Development Vol 9 No 2 (2021): Vol.9.No.2.2021
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.812 KB) | DOI: 10.37081/ed.v9i2.2595

Abstract

Konflik pemilihan umum Amerika Serikat memiliki dimensi khusus dalam proses demokrasi yang terjadi di Amerika Serikat. Pemilihan umum yang melibatkan dua calon presiden mengakibatkan perpecahan dalam masyarakat. Pengerahan kekuatan dalam membendung demonstrasi dan penindakan menjadi hal utama yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Terdapat dua kelompok yang menjadi aktor utama dari konflik tersebut. Kelompok pro Trump memiliki pandangan bahwa Biden dan pendukungnya tidak lebih baik dari kelompoknya. Kelompok pro Biden memiliki pandangan bahwa Trump dan pendukungnya tidak lebih baik dari kelompoknya. Hal ini dikarenakan proses terjadinya identitas sosial yang telah terjadi sebelum konflik pemelihan umum menjadi besar. Proses identifikasi, kategorisasi, dan diskrimasi adalah tahapan pembentukan identitas sosial. Identifikasi terjadi dengan adanya kampanye dari Trump dan Biden yang membuat masyarakat Amerika Serikat menjadi memiliki pandangan mengenai Trump dan Biden sebagai calon presiden Amerika Serikat ke-46. Proses selanjutnya adalah kategorisasi yang menggunakan kognitif individu sehingga individu mengambil keputusan untuk masuk dalam kelompok pendukung Trump maupun Biden. Diskriminasi yang dilakukan oleh kedua kelompok diaktualisasikan dalam perilaku negatif yang berdampak pada stabilitas keamanan Amerika Serikat. Alternatif yang dapat diberikan adalah dengan meredam sumber konflik, tindakan pemerintah yang lebih responsif, dan menentukan superordinate goals yang dilaksanakan bersamaan kedua kelompok.
MENCEGAH KEMUNCULAN KONFLIK MASA DEPAN ANTARA PESILAT TERATE DAN WINONGO DI MADIUN Anindita Nur Hidayah; Yoga Rosmanto; Rivaldo Noval Putra Santosa; Agus Adriyanto
Jurnal Education and Development Vol 9 No 2 (2021): Vol.9.No.2.2021
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.856 KB) | DOI: 10.37081/ed.v9i2.2604

Abstract

Terbaginya perguruan silat di Madiun, yaitu antara SH Terate dan SH Winongo,memunculkan konflik hingga menimbulkan korban serta kerugian materiil. Bahkan, konflik antarpesilat ini sering kali merugikan masyarakat yang tidak memiliki hubungan apapun dengan konflik tersebut. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana upaya resolusi konflik yang dapat dilakukan untuk mencegah kemunculan konflik sosial antara pesilat SH Terate dan SH Winongo yang mungkin terjadi lagi di masa depan. Dynamic Framework for Conflict Prevention and Resolution milik Dr. Ichsan Malik digunakan untuk menganalisisisu ini, untuk nantinya dapatdirumuskan alternatif resolusi konflik. Berdasar pada analisis dalam penelitian, ditemukan sumber konflik, pemicu, hingga akselerator dari konflik antarpesilat di Madiun tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, maka disimpulkan bahwa upaya untuk mencegah kemungkinan munculnya konflik di masa depandititikberatkan kepada para sesepuh perguruan (baik pengurus, pelatih, ataupun warga peguruan), para pemangku kebijakan (pemda ataupun pemkot Madiun), dan kelompok fungsional. Selain itu, penting bagi seluruh pihak untuk turut andil dalam mencegah terjadinya konflik antarpesilat ini, dengan bersatu dan menghilangkan ego masing-masing untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
PERAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGATASI POTENSI KONFLIK EKONOMI AKIBAT PENERAPAN WFH SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN BANYUMAS Rivaldo Noval Putra Santosa; Anindita Nur Hidayah; Yoga Rosmanto; Agus Adriyanto
Jurnal Education and Development Vol 9 No 2 (2021): Vol.9.No.2.2021
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.702 KB) | DOI: 10.37081/ed.v9i2.2606

Abstract

Sebagaimana kita ketahui bahwa keberadaan pandemi Covid-19 dan penerapan WFH tentunya memberikan beban tersendiri bagi masyarakat Banyumas, khususnya bagi para pekerja. Tuntutan untuk bekerja di rumah menjadi beban tersendiri bagi mereka yang kesehariannya harus berada diluar rumah untuk mencari nafkah. Situasi tersebut menuntut mereka untuk menggunakan strategi psikologis terbaik yang mampu membantu dalam mengendalikan berbagai stimulus negatif menjadi langkah solutif dalam pelaksanannya. Kecerdasan emosional diprediksi menjadi salah satunya aspek vital yang mampu meredam beban akibat WFH ini menjadi konflik sosial.Adapun metodedan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan studi literatur. Kemudian, untuk menganalisis persoalan yang ada di dalam penelitian ini, kami menggunakan beberapa teori yakni teori kecerdasan emosional, teori konflik ekonomi, teori kesejahteraan psikologis. Setelah dilakukan analisis, hasil penelitian ini menemukan bahwa untuk dapat mengembangkan sikap dan perilaku yang adaptif terhadap berbagai situasi dan kondisi, termasuk di dalamnya terkait situasi WFH akibat pandemi Covid-19, masyarakat Banyumas diupayakan agar senantias meningkatan kecerdasan emosionalnya, karena ketika emosinya sudah dapat terkontrol dengan baik, maka dengan sendiri mereka akan menghindari konflik-konflik yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Selain itu, kecerdasan emosional merupakan hal yang penting bagi masyarakat Banyumas dalam mengelola berbagai situasi yang terdadak dalam kehidupan mereka. Kecerdasan emosional yang tinggi berperan dalam mengurangi beban hidup yang dihadapi dan mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis pada mereka. Kecerdasan emosional yang baik dimanifestasikan dalam kemampuan yang adaptif oleh para pekerja di Banyumas.
PERAN MAHASISWA DALAM PERJUANGAN MELAWAN COVID-19 DI INDONESIA MELALUI KONSEPSI ASTAGATRA DITINJAU DARI KARAKTER BANGSA & BELA NEGARA Yoga Rosmanto; Djayeng Tirto Soedarsono; I Gede Sumertha
Jurnal Education and Development Vol 10 No 2 (2022): Vol. 10 No. 2. 2022
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.415 KB) | DOI: 10.37081/ed.v10i2.3426

Abstract

Pandemi Covid-19 di Indonesia terus saja meningkat secara signifikan dari hari ke hari. Signifikansi peningkatan yang terkonfirmasi mencapai 31.867 orang, 4.032 orang dirawat, kemudian 12.511 orang meninggal dunia, serta 285.325 orang sembuh. Hal tersebut berdampak pada berbagai sektor di Indonesia seperti sektor yang paling berdampak yaitu sektor kesehatan, ekonomi, pariwisata, dan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya peran serta dari berbagai lapisan masyarakat salah satunya adalah peran dari mahasiswa sebagai salah satu pemuda bangsa yang dapat menerapkan Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan penelitian kualitatif. Data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu dalam bentuk buku, jurnal, artikel ilmiah, dan berita dari situs-situs resmi. Peran dan implementasi para mahasiswa di Indonesia dapat melalui analisis astagatra meliputi trigatra dan pancagatra serta melalui penerapan karakter bangsa dan bela negara. Peran serta mahasiswa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara yang tidak terlihat dan cara terlihat. Cara yang tidak terlihat dilakukan dengan menuangkan gagasan-gagasan atau konsep-konsep secara kreatif, efektif, dan efisien dalam menghadapi ancaman Covid-19. Cara yang terlihat yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan yang sudah di gagas oleh pemerintah, bergabung sebagai relawan Covid-19 baik secara swadaya maupun bergabung dengan lembaga atau instansi yang terkait