Nashrun Jauhari
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Psikologi Keluarga Islam sebagai Disiplin Ilmu (Telaah Sejarah dan Konsep) Ratna Suraiya; Nashrun Jauhari
Nizham Jurnal Studi Keislaman Vol 8 No 02 (2020): Jurnal Nizham
Publisher : Postgraduate State Islamic Institute (IAIN) Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/nizham.v8i02.2697

Abstract

Islamic family psychology is currently being developed by a number of experts in the country, both in Islamic scientific studies and in handling practical Islamic family therapy. However, from the development efforts made, it often appears that the identity of the study is blurred between as an Islamic study and between a study from a Western perspective. The main asset to uncover the obscure curtain in the concept of this study is through tracing the psychological history of the Islamic family, so that it can provide an insight into the epistemological framework and the purpose of its study. The research succeeded in finding several points of findings: (1) Islamic family psychology emerged as a scientific study in the 1980s, after the development of family psychology studies in the 1960s in the West; (2) the emergence of Islamic family psychology studies was triggered by a mission to respond back to the pace of development of family psychology studies in the West which increasingly hegemony in the Islamic world; (3) the concept of Islamic family psychology is based on Islamic teachings which uphold human values, especially in the character of human creation; (4) the psychological dimension of each family person is always touched by Islamic teachings in order to create a Sakinah family.
Prosesi Mogama’ Pada Perkawinan Adat Masyarakat Kotamobagu Sebagai Upaya Menciptakan Keharmonisan Keluarga Dalam Perspektif Psikologi Keluarga Islam (Studi Kasus Di Kelurahan Motoboi Kecil Kota Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara) Handly Rezki Limpaton; Nashrun Jauhari
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prosesi adat mogama’ merupakan salah satu upacara dalam perkawinan adat masyarakat suku Bolaang Mongondow yang pada tiap tahapanya memiliki makna filosofis. Prosesi dari adat mogama’ sendiri dilaksanakan ketika sepasang pengantin sudah sah menjadi suami isteri secara agama. Pelaksanaan upacara ini adalah sebagai simbol penerimaan terhadap pengantin wanita oleh keluarga pengantin pria dan sebagai bentuk pemberitahuan kepada masyarakat bahwasanya kedua pengantin telah sah secara hukum adat menjadi sepasang suami dan isteri. Dari latar belakang pelaksanaan upacara tersebut, apakah bisa menjamin keharmonisan keluarga kedua pengantin?. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti adat ini demi menguji dampak keharmonisan keluarga dalam perspektif psikologi keluarga Islam. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan pendekatan studi kasus dan metode kualitatif interpretatiif dengan kata lain peneliti terjun langsung ke lapangan untuk bisa menelaah fenomenafenomena yang terjadi seputar prosesi adat mogama’ di Kelurahan Motoboi Kecil. Demi mendapatkan hasil asumsi peneliti menggunakan teknik wawancara secara langsung dari beberapa informan yang ada di Kelurahan Motoboi Kecil. Setelah peneliti turun ke lapangan, ditemukan bahwasanya ada ketidaksepahaman terhadap pelaksanaan adat ini. Penolakan dan ketidaksepahaman terhadap adat ini dituturkan oleh masyarakat agamis ekstrim kanan dengan mengatasnamakan syariat Islam sehingga peneliti memaparkan pandangan Islam terhadap pelaksanaan adat mogama’ yang dimana tidak adanya kontradiksi antara adat mogama’ dan syariat Islam. Kemudian yang kedua telah dipaparkan bahwasanya pelaksanaan adat mogama’ memberikan dimensi psikologis keharmonisan terhadap keluarga Islam
Disharmoni Keluarga Akibat Judi Online di Kabupaten Sidoarjo Perspektif Teori Sistem Keluarga Al-Qur’an: Family Disharmony due to Online Gambling in Sidoarjo District Perspective of Qur’anic Family System Theory Ratna Suraiya; Sitti Atiyatul Mahfudoh; Nashrun Jauhari; Mohamad Salik
BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam Vol. 5 No. 3 (2024): BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M), Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36701/bustanul.v5i3.1842

Abstract

This research aims to reveal the forms of family disharmony that occur due to online gambling in Sidoarjo district, and to formulate strategic steps to resolve disharmony problems in order to achieve the goals of Islamic family law. Research analysis uses Zainab al-'Alwani's Al-Quran Family Systems Theory which is based on the basic concept of maqāṣid al-Qur'ān values ​​in the field of Islamic family law, with the characteristics of universalistic (Kulliyyah), contextual thinking. (wāqi'iyah) and tendential (ta'ṣīliyah). This theory defines the family as not limited to the nuclear family consisting of father, mother and children, as per the western perspective, but also to marital relations, family and kinship relations. This field research method uses a qualitative approach with analytical descriptive data. Research results: (1) Family disharmony due to online gambling in Sidoarjo district occurs in three categories, namely the mild category in the form of husband and wife conflict, the moderate category in the form of husband and wife conflict involving relatives, and the serious category with a divorce suit before the religious court; (2) The strategy for overcoming family disharmony is to implement the universal values ​​of maqāṣid al-Qur'ān in the field of family law in family life. For the mild category of disharmony by implementing the value of monotheism (maqṣud al-Tawḥīd) through strengthening the spirituality of husband and wife, and by implementing the value of couplehood (maqṣud al-Zawjiyyah) through strengthening marital commitment and gender partnership. For disharmony in the moderate category, implementation of the value of maintenance (maqṣud al-Wilāyah) through care and harmony between relatives. Meanwhile, for the serious category, the implementation of leadership values ​​(maqṣudal-Istikhlāf) through the judge's discretion by prioritizing mediation as a solution for resolving divorce cases
PENETAPAN HAK WARIS BAGI MENANTU LAKI-LAKI  DALAM KEWARISAN ADAT LAMPUNG PERSPEKTIF  MAQOSID AL-  SHARI’AH HUKUM KELUARGA JAMAL AL-DIN’ATIYYAH (Studi Kasus di Desa Jepara Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur) Ulfatuz Zahra; Nashrun Jauhari
Al-Istinbath : Jurnal Ilmu Hukum dan Hukum Keluarga Islam Vol. 1 No. 2 (2024): Ilmu Hukum dan Hukum Keluarga Islam
Publisher : Al-Istinbath : Jurnal Ilmu Hukum dan Hukum Keluarga Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/9p01gs20

Abstract

Hukum Kewarisan adalah hukum yang penting bagi masyarakat karena hukum kewarisan bagian dari hukum keluarga dan kekayaan yang harus di bagi secara adil dalam merata kepada ahli waris dengan syarat-syarat tertentu. Indonesia memilki tiga sistem kewarisan yang dipakai di Indonesia antara lain, Hukum Kewarisan Islam, Hukum BW (burgerlijk Wetboek), dan Hukum Adat. Lampung menganut sistem patrelinial dengan sistem kewarisan mayorat terdapat keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki di Desa Jepara sedangkan anak laki-laki pertama didalam adat lampung menjadi ahli waris dan menggantikan peran orang tua dengan begitu keluarga menetapkan salah satu menantu laki-lakinya menjadi ahli waris dikeluargannya karena untuk menjaga harta dan nasab. Fenomena yang melatar belakangi penelitian ini karena penetapan ini bisa menimbulkan masalah kemudian hari dan tidak terjamin kemaslahatan sebab menantu yang dijadikan ahli waris. Fokus masalah pada penelitian ini bagaimana penetapan hak waris bagi menantu laki-laki di Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten lampung Timur dan bagaimana tinjauan Maqosid Al-Shari’ah Jamal Al-Din’At}iyyah terhadap penetapan hak waris bagi menantu laki-laki di Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara Kabupaten lampung Timur. Penelitian ini menggunakan motode deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penetapan hak waris bagi menantu laki-laki di Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur dengan cara Penetapan hak waris bagi menantu laki-laki di Desa Jepara suku pepadun dalam membagi harta warisan kepada menantu laki-laki beroreantasi pada tradisi dengan tujuan menjaga harta dan menjaga nasab, karena adat Lampung menggunakan sistem kekerabatan patrlilenial dan menggunakan sistem mayorat. Karena anak laki-laki dianggap mampu mengurus semua urusan keluarga baik harta warisan maupun mengurus adik-adiknya sebaliknya peremupuan setelah menikah harus mengikuti suaminnya dan keluar dari nasab orangtuanya. Adapun tinjauan Maqosid Al-Shari’ah Jamal Al-Din’Atiyyah terhadap penetapan hak waris bagi menantu laki-laki di Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, tidak sesuai dengan hifz nasab (menjaga keturunan) dan tandzim al-janib al-mali li al-usrah (aspek ekonomi keluarga) dan bisa menimbulkan konflik. Abstract Inheritance law is an important law for society because inheritance law is part of family law and wealth must be distributed fairly and evenly among heirs under certain conditions. Indonesia has three inheritance systems that are used in Indonesia, namely, Islamic Inheritance Law, BW Law (burgerlijk Wetboek), and Customary Law. Lampung adheres to a patrilineal system with a mayoral inheritance system. There are families who do not have sons in Jepara Village, while the first son in Lampung custom becomes the heir and replaces the role of the parents, so the family determines that one of his sons-in-law is the heir. issued because to protect property and lineage. The phenomenon that is the background of this research is because this stipulation can cause problems later on and benefits are not guaranteed because the son-in-law is made the heir. The focus of the problem in this research is how to determine the inheritance rights for sons-in-law in Jepara Village, Way Jepara District, East Lampung Regency and how Maqashid Al-Shari'ah Jamal Al-Din Atiyyah's review of the determination of inheritance rights for sons-in-law in the village Jepara, Way Jepara District, East Lampung Regency. This study uses a qualitative descriptive method with the type of case study research conducted by collecting data through observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the determination of inheritance rights for sons-in-law in Jepara Village, Way Jepara District, East Lampung Regency by means of determining inheritance rights for sons-in-law in Jepara Village, the Pepadun tribe in dividing inheritance to sons-in-law is oriented towards tradition with the aim of protecting property and protecting lineage, because Lampung custom uses a patrilineal kinship system and uses a mayoral system. Because boys are considered capable of taking care of all family matters, both inheritance and taking care of their younger siblings, on the other hand, after marriage, women must follow their husbands and leave their parents' lineage. As for Maqasid Al-Shari'ah Jamal Al-Din'Atiyyah's review of the determination of inheritance rights for sons-in-law in Jepara Village, Way Jepara District, East Lampung Regency, it is not in accordance with hifz nasab (safeguarding offspring) and tandzim al-janib al -Maliki al-usrah (economic aspects of the family) and can cause conflict.
NAFKAH ‘IDDAH DAN MUT’AH AKIBAT CERAI GUGAT PERSPEKTIF QIRA ̅'AH MUBA ̅DALAH FAQIHUDDIN ABDUL KODIR (Studi Kasus Putusan Hakim Pengadilan Agama Sidoarjo Nomor : 2938/Pdt.G/2023/PA.Sda) Mohamad Faqih Abdurahman; Nashrun Jauhari
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 1 No. 4 (2024): AGUSTUS - SEPTEMBER 2024
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam ruang lingkup perceraian adanya nafkah pasca perceraian yang biasa disebut dengan nafkah ‘iddah dan mut’ah hanya berlaku dalam perkara cerai talak menurut aturan dalam Kompilasi Hukum Islam. Seiring berkembangnya zaman muncul fenomena perubahan peran perempuan dengan dibukanya hak untuk menuntut cerai dimuka pengadilan, hal itu menimbulkan banyak pertanyaan terkait nafkah pasca perceraian yang kemudian menjadi faktor munculnya aliran-aliran kontemporer yang memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan seperti Faqihuddin Abdul Kodir dengan teori Qir’ah Mubdalahnya. Dengan metode riset hukum normatif, secara kualitatif riset ini menemukan hasil bahwa putusan majelis hakin tersebut secara hasil akhir dapat disimpulkan sudah sejalan dengan konsep teori Qir’ah Mubdalah yang digagas oleh Faqihuddin Abdul Kodir.