Pelaksanaan vaksin Covid-19 sebagai bentuk upaya pemerintah mengendalikan jumlah penularan Covid-19 dengan memberikan kekebalan secara masal pada masyarakat. Keberhasilan program vaksinasi Covid-19 dipengaruhi oleh persepsi dan keinginan individu untuk melakukan tindakan pencegahan penularan. Persepsi individu dalam memilih melakukan atau tidak melakukan tindakan pencegahan kesehatan dapat dikaji melalui health belief model yang berfokus pada sikap dan keyakinan individu.  Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian menggunakan deskriptif analitik, teknik pengambilan data yang digunakan yaitu purposive sampling. Peneliti mengambil sampel di Wilayah Kecamatan Pare sesuai kriteria penelitian sebanyak 150 responden. Variabel penelitian yaitu model kepercayaan kesehatan (health belief model) masyarakat pada pelaksanaan vaksin Covid-19. Pengukuran menggunakan kuesioner yang kembangkan dari beberapa evidence based. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar reponden mempunyai persepsi kerentanan dan persepsi hambatan positif pada usia 41-50 tahun, hampir seluruh responden memiliki persepsi keseriusan dan persepsi manfaat positif pada usia 20-30 tahun. Hampir seluruh responden berjenis kelamin laki laki mempunyai persepsi manfaat positif pada pelaksanaan vaksin Covid-19. Hampir seluruh responden memiliki persepsi keseriusan positif dengan tingkat pendidikan yang tinggi (PT) dan pekerjaan sebagai PNS. Keikutsertaan responden dalam program vaksin, hampir seluruh responden memiliki persepsi manfaat yang positif. Persepsi seseorang sangat mempengaruhi dalam mengambil keputusan, salah satunya dalam bidang kesehatan. Seseorang yang mendapatkan informasi yang tepat, menilai kondisi dan situasi terkait sesuatu yang mengancam kesehatannya, akan membentuk prilaku yang juga mengarah pada upaya pencegahan dan pengobatan pada tubuhnya. Perilaku menjaga kesehatan ditentukan oleh keyakinan atau persepsi personal individu mengenai suatu penyakit. Perilaku kesehatan dibentuk oleh keinginan seseorang untuk menghindari penyakit atau menjadi sembuh, dan juga oleh keyakinannya bahwa perilaku kesehatan ini akan membuatnya mencapai situasi bebas dari penyakit atau sembuh. Seseorang memiliki persepsi terhadap masalah kesehatan dipengaruhi oleh faktor demografis dan psikologisnya. Latar belakang usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pendidikan sangat berkontribusi pada bagaimana seseorang memahami situasi dan kondisi. Tekanan psikologis dari orang-orang, kebiasaan, keyakinan terhadap informasi yang didapatkan dari orang yang dipercayainya juga berperan pada pembentukan persepsi. Selain mempengaruhi persepsi, faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi motivasi individu melakukan tindakan, sebelum akhirnya tindakan tersebut benar-benar dilakukan.