Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Teens’ Perspective on the Utilization of Public Parks in the City of Gianyar Bali: An Hypothetical Model Based on Grounded Theory Ni Ketut Agusintadewi; Ade Wisnu Rinartha; Widiastuti .
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 12 No 1 (2022): Volume 12 No. 1. April 2022
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.402 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2022.v12.i01.p08

Abstract

Nowadays referred to as the Digital Generation, teenagers tend to be more individualistic and have their own preferences when it comes to spaces for their social interactions. By taking up several cases of public parks in the City of Gianyar, Bali, this study investigated the level of teens’ knowledge about the meaning of city parks with the aim that the results can be a basis for developing a hypothetical model for the utilization of these urban spaces in a more focused and beneficial manner for all users. As a qualitative study employing principles of grounded theory and an exploratory approach, the focus was on data collected from an online questionnaire. Content analysis of this data showed that teens’ knowledge about the city parks is generally quite good. However, their understanding is low about the importance of the utilization of city parks for their social and psychological benefit
Ketahanan Budaya Masyarakat Bali Aga dalam Menciptakan Desa Wisata yang Berkelanjutan Widiastuti -
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 8 No 1 (2018): MODAL BUDAYA PARIWISATA BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1243.012 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2018.v08.i01.p06

Abstract

This article aims to determine the level of cultural resilience in the Bali Aga villages. The level of resilience is measured from the level of morphological changes of the village and the building on site. The study focuses on the development of the village and building morphology on site, resilience level, and factors that shape resilience. The approach used is descriptive qualitative with research locus is in four villages includes Tenganan Pegringsingan Village, Bugbug Village (Regency of Karangasem), Penglipuran Village, and Bayung Gede Village (Regency of Bangli). The result is Tenganan Pegringsingan Village has a very high cultural resilience, Penglipuran Village has high level of cultural resilience, Village Bayung Gede has a low level of cultural resilience, and the lowest level of cultural resilience is Bugbug Village. The most in uential factor on the level of cultural resilience is the internal factors, especially the ability to integrate the traditional management model (social, economic, and culture) and modern management model (tourism). Managing the uniqueness of village assets proves to be an important factor in creating a sustainable tourism village which is shown by the high number of tourist visits continuously.
Denpasar heritage track: Revitalisasi paket wisata ‘Denpasar city tour’ I Nyoman Darma Putra; Syamsul Alam Paturusi; Widiastuti .
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 7 No 2 (2017): BUDAYA EKONOMI BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.381 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2017.v07.i02.p03

Abstract

Bali’s capital city of Denpasar has a number of heritage sites, including several buildings, museums and monuments. These sites have yet to be developed optimally as tourist attractions, as evidenced by their small number of annual visitors. This study explores the potential in reutilizing those cultural heritage sites for the development of heritage tourism, and to support the city government’s tour programme. Two interrelated issues discussed here include how the government of Denpasar preserves its cultural heritage, and how it promotes these sites as heritage tourism. Data were collected through observation, interviews, and a literature review employing heritage tourism theory and framing theory. The study presents two packages of heritage tourism tours with a duration of approximately three hours each: the Denpasar Heritage Track (DHT), which starts and finishes at the Bali Hotel, taking in the Puputan Badung Monument, Bali Museum, Jero Kuta Palace, and Maospait Temple; and the Sanur Heritage Track (SHT), which begins and concludes at the Grand Bali Beach Hotel, visiting the Belanjong Heritage, Intaran Market, Bajra Sandhi Monument, and Museum Le Mayeur. The DHTs are expected to increase the number of tourist attractions in Denpasar, contributing to more tourist visits to Bali, especially in its capital city.
Etika Pelestarian Lingkungan yang dilakukan oleh Komunitas Pecinta Lingkungan Di Bali Giovani Anggasta; Widiastuti Widiastuti
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 19, No 1: Januari 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.592 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.16679

Abstract

Lingkungan merupakan bagian dari sumber daya alam yang terpenting bagi kehidupan makhluk hidup. Adanya lingkungan yang baik, menjadikan makhluk hidup yang bernaung di dalamnya menjadi baik pula. Adanya etika terhadap kelestarian lingkungan akan sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan kehidupan makhluk hidup baik di darat, laut dan udara. Adanya sekumpulan manusia yang membentuk komunitas, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan, akan mampu menjadikan lingkungan lebih baik lagi. Menjadi menarik untuk diteliti mengenai pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh komunitas pecinta lingkungan dengan tujuan untuk mengetahui masalah sampah yang terjadi di Bali khususnya dan bagaimana upaya komunitas pecinta lingkungan untuk membantu membersihkannya. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif serta pendekatan studi kasus mengenai fenomena sampah yang ada di pesisir pantai di Bali khususnya, yang dilakukan melalui analisis terhadap sebuah komunitas, maka melalui penelitian ini diperoleh mengenai dampak positif dari adanya komunitas pecinta lingkungan terhadap lingkungan pesisir, masyarakat sekitar, serta permasalahan sampah plastik yang terjadi, yang kemudian berpengaruh terhadap konsep dari penerapan green city.
Nilai Signifikansi Cagar Budaya Hotel Inna Bali, Jalan Veteran Denpasar Ida Ayu Diah Paramitha; I Wayan Kastawan; - Widiastuti
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 4 No 2 (2017): October 2017
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.608 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2017.v04.i02.p02

Abstract

This article explores the importance of Inna Bali Hotel, an historically significant colonial legacy of Denpasar city. In examining this Hotel as a built form for conservation, it discusses 3 main issues, namely: i) historical substantial meanings and values held by this hotel; ii) cross comparison between each meaning and values; and iii) the development of a conservation strategy for Inna Bali Hotel. The first issue was studied in terms of aesthetical, historical, social, and scientific aspects. Each aspect was measured in its accordance with the Indonesian Law Number 11, Year 2010 in regard to Cultural Heritage. When each of these four aspects were compared, the study indicated that historical aspect had been the most determining factor that leads to an urgent need to conserve the Inna Bali Hotel. This study subsequently developed a conservation strategy for every single built form exists on the Hotel's site. In implementing this strategy, this research further suggests that Inna Bali Hotel should indeed have relevant standard operating procedures governing every taken conservation activity. The whole study was carried out using qualitative research method, in which data collection was done by conducting on site observation and in depth interviews. Keywords: values, significance, cultural heritage, conservation
TATA BANGUNAN FASADE DI KORIDOR LEGIAN, KUTA Widiastuti Widiastuti; Syamsul Alam Paturusi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 1 No 2 (2014): October 2014
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.708 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2014.v01.i02.p04

Abstract

Abstrak Studi ini mengambil lokasi di sepanjang Koridor Legian, Kuta-Bali. Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai dua tujuan utama. Pertama, mengindentifikasi wujud dari beragam fasade bangunan yang ada di sepanjang koridor ini. Kedua untuk mengevaluasi konformansi bangunan-bangunan yang ada. Adapun regulasi kunci yang dijadikan acuan adalah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung. Ketiga, di dalam prosesnya, penelitian ini juga menstudi ketidakefisienan dalam pemanfaatan lahan yang dilihat dari aspek ketinggian bangunan. Sehingga studi ini memfokuskan bahasannya pada bentuk dasar bangunan; langgam arsitektur; ketinggian bangunan; dan pemanfaatan material bangunan. Metoda kualitatif deskriptif telah diterapkan oleh penelitian ini, yang didukung oleh dokumentasi foto terkait 129 unit fasade yang disurvey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62% bangunan tidak menerapkan langgam arsitektur Bali seperti yang disyaratkan; 61% menggunakan material fabrikasi (bukan alami); dan 65,8% merupakan bangunan berlantai tunggal. Kondisi tersebut mengindikasikan terjadinya pelangggaran terhadap tata aturan yang berlaku di seluruh Bali, dan ketidakefisiensian dalam pemanfaatan lahan pada Koridor Legian, dimana nilai ekonomis lahan tergolong relatif sangat tinggi.. Kata kunci: fasade, bahan bangunan, ketinngian & bentuk bangunan, efisiensi lahan Abstract This study, which takes place along Legian Corridor in Kuta-Bali, is conducted to achieve three main goals. The first is to identify forms of facade exhibited by various structures existing along this Corridor. Second, to evaluate the conformance of buildings. The key legislation here is Local Regulation No 5 year 2005 regarding Building Codes and Architectural Requirements. Third, in the process to investigate inefficiencies in land use based on building heights. So this study focuses on basic building forms, architectural styles, building heights, and the use of building materials. Descriptive qualitative research methods are used, supported with photographic documentation of all the 129 units being surveyed. Research findings demonstrate that 62 % of these building units do not incorporate Balinese architectural elements as is required; 61 % use various fabricated building materials; and 65.8 % of the units are single storey structures. These conditions indicate violations of building codes and regulations enforced across the Island, as well as inefficient land use within the Legian Corridor where land price is relatively very high. Keywords: facade, building materials, building height & form, land efficiency
Kajian Rasio D/H pada Koridor Jalan Laksamana, Kelurahan Seminyak, Kabupaten Badung Ida Ayu Catur Maharani; . Widiastuti; Ciptadi Trimarianto
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1366.179 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i02.p05

Abstract

Jalan Laksamana is one of three commercial corridors located in the allotment of trade and services in Seminyak Village. As a commercial corridor, one important consideration to be discussed here is the level of visitor comfort. One factor influencing this issue is a ratio of distance (D) over height (H) - (D/H). Calculation on this ratio is seen fundamental since it will determine the spatial impression one may get when standing in a certain position in this corridor. The study is conducted with a descriptive qualitative method and a deductive. It is carried out in three different segments of Jalan Laksamana, namely Segment 1, Segment 2, and Segment 3. This categorization is done based on level of crowd (visitors) who actively use the corridor at a certain timing of the day. The study results show that spatial impressions felt by the crowd when they are standing in these three segments are as follows. First, openness and spaciousness are felt when one stands in segment 1. The D/H ratio within this segment also enables one to observe details a building. Second, the spatial impression felt in segment 2 varies from one spot to another. This largely depends on the physical state of various buildings that one passes by. While in Segment 3, the spatial impression begins to disappear, and building details are invisible. Buildings are seen in relation to their surroundings and the presence of decorative plants has created artificial walls which indeed form a more comfortable space to the crowd. Keywords: commercial corridor, Ratio (D/H), Proportion Abstrak Jalan Laksamana merupakan salah satu dari tiga koridor komersial yang berada pada Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa di Kelurahan Seminyak. Sebagai koridor komersial, hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kenyamanan pengunjung. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan pengunjung adalah rasio D/H. Perbandingan jarak antara bangunan (D) dengan ketinggian bangunan (H) menghasilkan nilai proporsi. Nilai setiap perbandingan akan menghasilkan kesan ruang yang berbeda-beda. Nilai rasio D/H merupakan salah satu fenomena keruangan yang menarik untuk diteliti berkenaan dengan pengaruhnya terhadap kesan ruang yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan deduktif untuk mengetahui kesan ruang yang ditimbulkan secara teori berdasarkan pembagian jarak antara bangunan dan ketinggian bangunan yang ada di Jalan Laksmana. Penelitian dilakukan pada tiga segmen yaitu Segmen 1, Segmen 2, dan Segmen 3 yang dipenggal berdasarkan tingkat keramaian pengunjung yang beraktifitas di sekitar jalan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada Segmen 1 ruang berkesan terbuka dan luas namun pengamat masih bisa melihat detail bangunan. Pada Segmen 2 kesan ruang yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada bangunan yang dilewati sehingga kesan ruang pada Segmen 2 tidak dapat didefinisikan. Sedangkan pada Segmen 3 kesan ruang mulai hilang, detail bangunan tidak tampak, dan bangunan dilihat dalam hubungan dengan sekelilingnya. Keberadaan vegetasi di sekitar jalan dapat menciptakan dinding semu dan membentuk ruang yang lebih nyaman untuk pengunjung. Kata kunci: koridor komersial, rasio (D/H), proporsi
KAJIAN ALIH FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR I Nengah Riana; Widiastuti Widiastuti; Ida Bagus Gde Primayatna
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 1 No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.392 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2014.v01.i01.p07

Abstract

Abstract Denpasar city is both the capital as well as the major growth center in Bali. This growth however has caused problems for open space provision. Green open space in urban areas is a necessary part of spatial planning in order to maintain water catchment areas to improve urban environmental compatibility, creation of an urban environment that is safe, comfortable, fresh, beautiful and healthy, and to provide a balance between the natural environment, the built environment and the public realm. The transformation of open space to urban uses in cities is ubiquitous and impacts on spatial planning. This study aims to determine the extent of land conversion in Denpasar and the reasons for such change. Quantitative analysis is used to focus on the form of land use change and the logic behind it. The study concentrates on open space conversion. Data was collected by observation, questionnaires and interview. The final results of this research will hopefully enrich the field of regional development and urban spatial planning, and provide a useful stimulus in the forward planning of Denpasar. Preliminary results suggest that land conversion predominantly serves residential land use (94.12%). Dominant factors that affect its transfer are due to its strategic location (69.50%) and blocked irrigation channels (30.1%). The analysis demonstrates that many open green spaces are located in strategic areas with a complete infrastructure that supports land conversion but are located beside irrigation channels than cannot function optimally. Keywords: land conversion, green open space, urban open space AbstrakDenpasar merupakan ibu kota Provinsi dan pusat pertumbuhan di Bali. Pesatnya pertumbuhan kota memunculkan permasalahan terkait pengadaan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota dengan tujuan menjaga ketersediaan lahan, sebagai kawasan resapan air, menjaga keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan, meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan, menciptakan lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih. Fenomena alih fungsi banyak terjadi di kota-kota besar dan berdampak pada tata ruang kota secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena alih fungsi lahan yang terjadi di kota Denpasar dan alasan akan terjadinya perubahan ini. Denga menerapkan pendekatan kuantitatif, penelitian ini memfokus kajiannya pada: jenis alih fungsi, faktor mempengaruhi alih fungsi, dan faktor dominan yang mempengaruhi alih fungsi ruang terbuka hujau di Kota Denpasar. Data diperoleh dengan melakukan observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil analisis menunjukan bahwa mayoritas alih fungsi dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal (94,12%). Sedangkan faktor yang mempengaruhi alih fungsi adalah lokasi yang strategis (69,50%) dan saluran irigasi tidak berfungsi dengan maksimal (30,1%). Alih fungsi ini juga didorong karena ruang terbuka hijau banyak berlokasi di kawasan strategis dengan infrastruktur yang lengkap sehingga menarik masyarakat untuk melakukan alih fungsi, khususnya jika saluran irigasi yang ada tidak bisa difungsikan secara optimal.Kata kunci: alih fungsi, ruang terbuka hijau, ruang terbuka perkotaan
Transformasi Bentuk Griya Joglo pada Akomodasi Wisata – Studi Kasus pada Cocoa Ubud Sri Indah Retno Kusumowati; Widiastuti .; I Wayan Kastawan
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 8 No 1 (2021): April 2021
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1096.437 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2021.v08.i01.p04

Abstract

Ubud is a destination for nature, rural and culture-based tourism, where many locally inspired architectural designs for tourist accommodations are found. Cocoa Ubud is for instance owes its architectural existence to a Grya Joglo, a Javanese traditional home. The purpose of this study is to analyze the background of selecting this home as the main architectural form of the Cocoa Ubud, how the joglo has been transformed into accommodation for tourists, and how the community responds to the whole process. This research uses a case study combined with field observations and interviews as methods for data collection. This study finds that the main reason for choosing the grya joglo is due to its classic, nice and likable shape. Accommodation of the architecture of the grya joglo includes the transformation of functions and physical forms as well as adding local decorative elements, such as those used in Balinese traditional homes. In terms of the community’s perception towards the design of Cocoa Ubud, Griya Joglo is welcomed as an accommodated architectural style in the area, especially when it is done in combination with Balinese architectural elements.Keywords: Cocoa Ubud; joglo; balinese traditional architecture; tourist accommodation AbstrakUbud merupakan destinasi wisata alam, pedesaan dan budaya, dimana beragam akomodasi yang diinspirasi oleh arsitektur radisional bisa dinikmati. Cocoa Ubud misalnya diinspirasi oleh grya joglo – rumah tradisional Jawa. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa latar belakang pemilihan bentuk Griya Joglo sebagai akomodasi wisata, menganalisa transformasi bentuk yang terjadi sehubungan dengan penyesuaiannya terhadap arsitektur Bali dan tanggapan masyarakat terhadap akomodasi wisata berbentuk Griya Joglo di Ubud. Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan dilakukan dengan cara observasi lapangan dan mewawancarai pihak terkait. Dari hasil wawancara dengan pemilik ditemukan, bahwa pemilik memilih akomodasi wisata berbentuk Griya Joglo karena bentuknya yang klasik, indah dan disukai tamu. Berdasarkan observasi lapangan ditemukan bahwa transformasi bentuk yang terjadi adalah penambahan dinding pada area badan bangunan pada sektor penanggap dan penyelak wingking sehubungan fungsinya sebagai kamar tidur dan kamar mandi dan penambahan ornamen tradisional Bali pada kepala, badan dan kaki serta penggunaan komponen arsitektur Bali pada tiang penanggap. Masyarakat sekitar Cocoa Ubud menerima bangunan Griya Joglo sebagai akomodasi wisata di Ubud karena bangunan tersebut dibangun diluar area perumahan tradisional dan telah menyesuaikan dengan arsitektur tradisional Bali dengan menggunakan ornamen tradisional Bali. Kata kunci: Cocoa Ubud; joglo; arsitektur tradisional bali; akomodasi wisata
Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kawasan Taman Kota Tabanan I Putu Agus Jayendra Pratama; Ngakan Ketut Acwin Dwijendra; Widiastuti .
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1379.54 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p03

Abstract

This article is underlined by an understanding that a public urban park is expected to function optimally when it is strategically located, accessible to the public and community members both physically and visually, it is well provided with circulation paths and adequately equipped with park furniture. This study selects Taman Kota Tabanan – an urban park of Tabanan Regency-Bali - as its study locus. It is chosen as the park has failed to address the qualities listed above before it can well serve its urban community. This study is designed to learn from mistakes made by Taman Kota Tabanan before a quality guide for city park development for Tabanan Regency can be instigated. It employs a qualitative research method. Data collection is done by conducting in-depth interviews and field observations. This study also grounds its analyses by using a widely available theory pertaining to public space. These theoretical resources have enabled authors to build criteria as to how an urban park should be conceived, designed, and improved continuously. These criteria also embrace the capacity of an urban park to adapt to the dynamic needs of the urban community to whom its existence is dedicated to. Moving from here, this study presents a directive recommendation for future development of urban park both physically and non-physically.Keywords: public open space; city park; urban park of Tabanan AbstrakRuang terbuka publik dapat berfungsi optimal untuk kegiatan publik bagi komunitas maupun individu, serta terletak di lokasi yang sibuk atau strategis, mempunyai akses yang baik secara visual dan fisik, ruang yang merupakan bagian dari suatu jalur sirkulasi, mempunyai tempat duduk dan bangku taman. Kawasan Taman Kota Tabanan merupakan ruang terbuka publik yang memiliki permasalahan baik dari segi fisik maupun non fisik. Penelitian ini dilakukan dengan Langkah awal dengan mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana kualitas ruang terbuka publik di Kawasan Taman Kota Tabanan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kualitas Kawasan Taman Kota Tabanan sebagai ruang terbuka publik kedepannya. Metode yang digunakan yaitu kualitatif yang menekankan teknik wawancara secara langsung sehingga mendapatkan informasi yang akurat untuk menunjang kebutuhan penelitian. Teori yang digunakan yaitu teori ruang terbuka publik yang menjadi acuan dalam membangun kriteria tentang bagaimana taman kota harus dipahami, dirancang, dan ditingkatkan secara terus menerus, termasuk juga kapasitas taman kota untuk beradaptasi dengan kebutuhan dinamis masyarakat perkotaan yang menjadi tujuan keberadaannya. Sebagai hasil akhir, studi ini menyajikan rekomendasi-rekomendasi untuk pengembangan taman kota di masa depan baik secara fisik maupun non fisik.Kata kunci: ruang terbuka publik; taman kota; Taman Kota Tabanan