Esti Nurwanti
Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta, Jl. Brawijaya 99 Yogyakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Jajanan tradisional jawa meningkatkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul Febri Nirnawati; Esti Nurwanti; Isti Suryani
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 2, MEI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.306 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(2).81-87

Abstract

ABSTRACTBackground: Yogyakarta is province in Indonesia with the highest prevalence of diabetes mellitus (DM) (2.6%). Blood sugar levels in diabetic patients tend to be high. One cause of the increase in blood sugar levels is the intake of traditional snacks. Energy intake and sucrose that consist of traditional snacks can increase blood sugar levels in diabetic patients.Objectives: To determine the relationship between the intake of traditional snacks with blood sugar levels among patients with type 2 DM in Panembahan Senopati Bantul Hospital.Methods: This was an observational study with cross sectional design. The study population was all patients with type 2 DM outpatient in Panembahan Senopati Bantul Hospitals. This included 89 samples who meet the inclusion and exclusion criteria. The sampling method was purposive sampling. The patient’s weight was measured by using a digital bathroom scales to the nearest 0.1 kg and height was measured using microtoice to the nearest 0.1 cm assisted by trained enumerators. Data of intake frequency, energy intake, and sucrose from traditional snacks were obtained by using a semi-quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Data were analyzed using univariate analysis (descriptive) and bivariate (Fisher’s exact test).Results: The analysis Fisher’s exact test showed that there was significant relationship between sucrose intake (p=0.024), energi (p=0.021), and frequency (p=0.046) consumption of traditional snacks with blood sugar levels of patients with type 2 DM in Panembahan Senopati Bantul Hospital.Conclusions: Consumption of traditional snacks had a significant association with the rise in blood sugar levels in patients with type 2 DM.KEYWORDS: traditional snacks, blood sugar levels, diabetes mellitus (DM)ABSTRAKLatar belakang: Prevalensi diabetes mellitus (DM) tertinggi di Indonesia terdapat di DI Yogyakarta (2,6%). Kadar gula darah pada pasien DM cenderung tinggi. Salah satu penyebab kenaikan kadar gula darah yaitu asupan jajanan tradisional. Asupan energi dan sukrosa yang berlebih dari jajanan tradisional dapat meningkatkan kadar gula darah pada pasien DM.Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan jajanan tradisional dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Sampel penelitian berjumlah 89 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan sampelyang digunakan yaitu purposive sampling. Berat badan pasien diukur dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan microtoice dengan ketelitian 0,1 cm yang dibantu oleh enumerator terlatih. Data frekuensi asupan, asupan energi dan sukrosadari jajanan tradisional diperoleh menggunakan semi quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Data dianalisis menggunakan analisis univariat (deskriptif) dan bivariat (fisher’s exact test).Hasil: Hasil analisis Fisher’s exact test menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan sukrosa (p=0,024), energi (p=0,021), dan frekuensi (p=0,046) konsumsi jajanan tradisional dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul.Kesimpulan: Konsumsi jajanan tradisional memiliki hubungan yang signifikan dengan kenaikan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.KATA KUNCI : jajanan tradisional, kadar gula darah, diabetes mellitus (DM)
Asupan vitamin C berhubungan dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan DM tipe 2 Riya Purwaningtyastuti; Esti Nurwanti; Nurul Huda
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, NOMOR 1, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.771 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(1).44-49

Abstract

ABSTRACKBackground: High sugar levels in people with diabetes mellitus causes changes in the body. One of its detrimental process called oxidation reaction that causes the increased formation of harmful substances called free radicals. Antioxidant vitamin A, C, and E helpful to reduce oxidative damage in people with diabetes mellitus and prevent complications. Objectives: The know relationship intake antioxidant with blood glocuse level outpatient type 2 diabetes mellitus in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Methods: This study was observasional with of cross sectional. The subjects in this study were outpatients with diabetes mellitus type 2 with sampels of 89 respondents. Purposive sampling technique. Data consumption pattern of antioxidant, used semi quantitative food frequency (SQFFQ) laboratories to examination and blood glucose levels. Data analysis used Fisher’s Exact Test. Results: There is significant association between vitamin C intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.004. The existence of a no signifi cant association between vitamin E intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.073 and there is no signifi cant association between vitamin A intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.252. Conclusion: There is a relationship between vitamin C intake with blood sugar levels, while the intake of vitamin A and E are not related to blood sugar levels KEYWORDS: type 2 diabetes mellitus, blood glucose level, vitamin C intake, vitamin A intake, vitamin E intake. ABSTRAK Latar Belakang : Kadar glukosa yang tinggi pada penderita kencing manis/DM menyebabkan berbagai perubahan di dalam tubuh. Salah satu proses merugikan dinamakan reaksi oksidasi yang menyebabkan peningkatan pembentukan zat berbahaya yang disebut radikal bebas. Antioksidan vitamin A,C dan E bermanfaat dapat menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara asupan antioksidan dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan DM tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Metode: Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dengan jumlah sampel 89 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Data asupan antioksidan menggunakan semi quantitative food frequency (SQFFQ) dan hasil pemeriksaan laboratorium untuk kadar glukosa darah. Analisis data menggunakan Fisher’s Exact Test. Hasil : Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,004, tidak ada hubungan asupan vitamin E dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,073 dan tidak ada hubungan asupan vitamin A dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p value 0,252. Kesimpulan: Ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah sedangkan vitamin A dan E tidak ada hubungan dengan kadar glukosa darah. KATA KUNCI: diabetes melitus tipe 2, kadar glukosa darah, vitamin A, vitamin E dan vitamin C
Dietary magnesium intake and risk of hypertension among adult outpatients Umi Hasanah; Effatul Afifah; Esti Nurwanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, ISSUE 3, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.118 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(3).119-126

Abstract

ABSTRACTBackground : Hypertension still has been a great health problem in indonesia. In Indonesia, the prevalence of hypertension in 2013 was as many as 28.5 %, and in The Yogyakarta special was as many as 25,7 %. Several factors that can affect hypertension, some unavoidable as aging and sex, but some  can  as  lifestyle  very  closely  related  to  nutrition  as  deficiency  intake  calcium  and magnesium[LAL1] . Calcium may affect blood pressure because it inhibits the effects of the intake of salt naci high on blood pressure. And if less magnesium it can increase levels of sodium intracellular and sent down the potassium intracellular. [LAL2] Objectives : To know the relationship between calcium and magnesium intake with the genesis hypertension in outpatients at RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Methods : The research was observational with  case-control[LAL3]  design.  Research  was carried  out  in  February  2016  and  population  research was outpatients RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Sample case was outpatients the age of 30-60 years with the diagnosis hypertension. Control is outpatients with the age of 30-60 years who do not hypertension. The sample of the 45 patients with comparison cases control 1: 1, so the total sample was 90 patients with 45 patients hypertension and 45 a patient was not hypertension .Sampling method was by purposive sampling. Variable dependent was hypertension and independent variable was calcium and magnesium intake.[LAL4]  An instrument was form food frequency  questionary  (FFQ) form that was taken by  means  of  interview.  Data  analysis  using  analysis univariate ( descriptive with the spss version 19 and bivariat (test chi-square).Result : Bivariat analysis showed that calcium intake (p = 0.827; or = 0.909; el 95 % = 0.385 – 2.143) no significant relationship with the occurrence of hypertension .While intake of magnesium (p = 0.035; or = 2.471; el 95%= 1.058 - 5.768) had significant  relationship   with  the  occurrence  of  hypertension.Conclusion : A significant relation was between magnesium and the genesis hypertension. Was proven but intake calcium did not prove the  relationship with the genesis hypertension[LAL5] . KEYWORDS : hypertension, calcium and magnesium intake
Praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) bukan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan Hildagardis M.E Nai; I Made Alit Gunawan; Esti Nurwanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.143 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).126-139

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting reflects a process of failure to reach linear growth potential as a result of suboptimal health or nutrition conditions. One of causal factors of stunting is inadequate of quality and quantity of complementary foods.Objectives: To identify complementary feeding practices such as introduction age of complementary foods, dietary diversity, and meal frequency as risk factors of stunting among children aged 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.Methods: Study design was case-control with ratio (1:1). The study used both quantitative methods as well as case control design and qualitative through interview. Cases were children aged 6-23 months who had length for age z-score <-2SD. Controls were children aged 6-23 months who had length for age z-score ≥-2SD who live adjacent to the case. Data were analyzed by using univariable (descriptive), bivariable (chi-square test), and multivariable analysis (multiple logistic regression).Results: The result of bivariate analysis showed that introduction age of complementary foods (OR=1.07), dietary diversity (OR=1.17), and meal frequency (OR=1.69) were not risk factors of stunting. However, compared with high dietary diversity score, low dietary diversity score (≤2, 3, 4 food groups) associated with increased odds of being stunted among children aged 6-23 months (OR=2.24, 95% CI:1.00-5.01, OR=1.82, 95% CI:0.96-3.45, OR=1.66, 95% CI:0.81-3.46 respectively). The result of multivariate analysis showed that mother’s height (OR=1.86) and story of low birth weight (OR=3.23) were risk factors of stunting.Conclusions: Complementary feeding practices such as age introduction of complementary foods, dietary diversity, and meal frequency were not risk factors of stunting among children aged 6-23 months. Mother’s height and story of low birth weight were risk factors of stunting among children aged 6-23 months.KEYWORDS: stunting, nutritional intake, nutritional status, complementary foods ABSTRAKLatar belakang: Stunting merefleksikan kegagalan proses mencapai potensi pertumbuhan linear sebagai akibat dari kondisi kesehatan dan gizi yang tidak optimal. Salah satu penyebab kejadian stunting adalah kuantitas dan kualitas MP-ASI yang rendah.Tujuan: Untuk mengidentifikasi risiko praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan MP-ASI, keragaman MP-ASI, dan frekuensi MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Rancangan penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan perbandingan 1:1 dan menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif model concurrent embedded. Kasus adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U <-2SD. Kontrol adalah anak usia 6-23 bulan yang memiliki skor-z PB/U ≥-2SD yang tinggal berdekatan dengan kelompok kasus. Analisis data menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (uji chi-square) dan multivariat (uji regresi logistik berganda).Hasil: Analisis bivariat menunjukkan usia pengenalan MP-ASI (OR=1,07), keragaman MP-ASI (OR=1,17), dan frekuensi pemberian MP-ASI (OR=1,69) bukan faktor risiko kejadian stunting (p>0,05). Skor keragaman MP-ASI yang lebih rendah (kelompok makanan ≤2, 3, 4) berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian stunting berturut-turut OR=2,24, 95% CI:1,00-5,01; OR=1,82, 95% CI:0,96-3,45; OR=1,66, 95% CI:0,81-3,46. Analisis multivariat menunjukkan faktor risiko kejadian stunting adalah tinggi badan ibu (OR=1,86) dan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) (OR=3,23,).Kesimpulan: Praktik pemberian MP-ASI seperti usia pengenalan, keragaman, dan frekuensi pemberian MP-ASI bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan yang bermakna adalah tinggi badan ibu dan riwayat BBLR.KATA KUNCI: stunting, asupan makan, status gizi, MP-ASI
Effect of nutrition counseling and self-monitoring mobile application (MyFitnessPal) on iron and calcium intake among overweight and obese college students Eka Nuryandini; Arif Sabta Aji; Sorra Milwayani Septiyana; Esti Nurwanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 9 ISSUE 2, 2021
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijnd.2021.9(2).68-76

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Prevalensi obesitas terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Penelitian terkini memperlihatkan bahwa orang dengan status gizi obesitas cenderung memiliki asupan kalsium dan kadar serum besi lebih rendah dibandingkan dengan orang yang memiliki status gizi normal. Pengaturan pola makan yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi obesitas. Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian asupan makan pada individu obesitas dengan memanfaatkan kombinasi konseling gizi dan pengendalian asupan makanan harian dengan bantuan aplikasi self-monitoring (MyFitnessPal).Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan zat besi dan kalsium pada subyek overweight dan obesitas dan pengaruh penggunaan konseling gizi dan aplikasi self-monitoring asupan (MyFitnessPal).Metode: Rancangan penelitian experimental dibuat dengan pretest-posttest with control group design pada 68 mahasiswa (32 mahasiswa setiap kelompok) di Universitas Alma Ata Yogyakarta. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitney.Hasil: Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara asupan zat besi sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok eksperimen (p=0,001) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,417). Ada perbedaan yang signifikan antara asupan kalsium sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok eksperimen (p=0,002) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,126). Terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan zat besi (p=0,005) dan kalsium (p=0,001) antara kelompok eksperimen dan kontrol.Kesimpulan: Ada pengaruh konseling gizi dan self-monitoring asupan (MyFitnessPal) memengaruhi asupan zat besi dan kalsium pada mahasiswa overweight dan obesitas.KATA KUNCI: asupan kalsium; asupan zat besi; konseling gizi; MyFitnessPal; self-monitoring  ABSTRACT Background: Prevalence of obesity gradually increasing in the worldwide. People who had obesity status tend to have lower calcium and iron intake levels compared to non-obese people. Unhealthy diet practice is one of the causes of high prevalence of obesity. Therefore, it is necessary to control food intake of obese individuals by utilizing a combination of nutritional counseling and monitoring food intake using mobile apps MyFitnessPal.Objectives: This study aimed to determine intake of iron and calcium among overweight and obese student and whether effect of nutritional counseling and self-monitoring mobile application (MyFitnessPal) associated with their food intake.Methods: This experimental study was made by pretest-posttest with control group design. Of 68 students (34 subjects in each groups) at Alma Ata University Yogyakarta were recruited. Wilcoxon Signed Rank Test and the Mann Whitney test created to assess the statistical analysis.Results: The results of this study found that there was a significant difference between iron intake before and after the intervention in the experimental group (p = 0.001), however, there was not significant difference in the control group (p = 0.417). There was a significant difference between calcium intake before and after intervention in the experimental group (p = 0.002), but not in the control group (p = 0.126). This study found a significant difference between intake of iron (p = 0.005) and calcium (p = 0.001) in each group.Conclusions: Using mobile apps for self-monitoring intake in combination with nutritional counseling could be considered as it was proven to be associated with iron and calcium intake among overweight and obese students in this study. Further studies are required to confirm our findings.KEYWORDS: calcium intake; iron intake; MyFitnessPal; nutrition counselling; self-monitoring
Konsumsi unhealthy food sebagai faktor risiko obesitas pada balita di Puskesmas Jetis, Kota Yogyakarta Yenni Eka Setiyaningsih; Esti Nurwanti; Arantika Meidya Pratiwi
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 3, SEPTEMBER 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.088 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(3).155-161

Abstract

ABSTRACTBackground: The prevalence of overweight and obesity increased from year to year in both developed and developing countries. Obesity that occurs in infants can be caused by over eating or today’s lifestyle that tends to consume fast food or unhealthy food. Objectives: To determine whether unhealthy food consumption was the risk factor of obesity in children at Jetis Health Centre, Yogyakarta.Methods: This study is a case-control study. The population consisted of children aged 24-59 months in the region of Jetis Health Centre, Yogyakarta. There were 51 obese children and 51 non-obese children in Jetis in 2015. The cases were children aged 24-59 months diagnosed obese (z-score weight/height ≥3SD), while controls were children aged 24-59 months with z-score <3SD. The samples were obtained using a simple random sampling technique. Chi-square were used to determine unhealthy food consumption as a risk factor for obesity in children.Results: Toddlers consumed unhealty food > 32 times/week tended to obese 4.26 times higher than they who did not consume < 32 times/week (p=0.001, OR=4.26, 95% Cl: 1.26-10.3).Conclusions: Toddler who consumed unhealthy food > 32 times/week had the risk to obese 4.26 times higher than they who did not. KEYWORDS: unhealthy food, obesity, toddlerABSTRAKLatar belakang: Prevalensi kegemukan dan obesitas dari tahun ketahun meningkat baik di negara maju maupun berkembang. Obesitas yang terjadi pada balita dapat diakibatkan karena makan melebihi kebutuhan atau gaya hidup masa kini yang cenderung suka mengonsumsi makanan cepat saji atau unhealthy food. Tujuan: Mengetahui konsumsi unhealthy food sebagai faktor risiko obesitas pada balita di Puskesmas Jetis, Yogyakarta.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol. Populasi terdiri dari balita berusia 24-59 bulan di wilayah Puskesmas Jetis Yogyakarta sebanyak 702 balita dimana 62 balita  obesitas dan 640 balita tidak obesitas. Jumlah sampel setelah dilakukan penghitungan jumlah sampel didapatkan 51 balita obesitas (z score ≥ 3 SD) dan 51 balita tidak obesitas (z score < 3 SD). Kasus adalah balita usia 24-59 bulan yang didiagnosa obesitas dengan z score BB/TB ≥3SD, kontrol adalah balita usia 24-59 bulan Z score <3SD. Penentuan sampel diperoleh menggunakan simple random sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner food frequency- questionnaire (FFQ) untuk menghitung konsumsi unhealthy food. Data status gizi balita diperoleh dari catatan status gizi balita di Puskesmas Jetis. Uji statistik menggunakan chi-square untuk menentukan hubungan konsumsi unhealthy food sebagai faktor risiko obesitas pada balita. Hasil: Balita yang mengonsumsi unhealthy food ≥32x/minggu cenderung memiliki risiko 4,26 kali lebih tinggi daripada balita yang mengonsumsi unhealthy food <32x/minggu (p=0,001, OR=4,26, 95% CI:1,26-10,3)Kesimpulan: Balita yang mengonsumsi unhealthy food ≥32x/minggu berisiko 4,26 kali lebih tinggi daripada balita yang mengonsumsi unhealthy food unhealthy food <32x/minggu. KATA KUNCI: unhealthy food, obesitas, balita
Paparan iklan junk food dan pola konsumsi junk food sebagai faktor risiko terjadinya obesitas pada anak sekolah dasar kota dan desa di Daerah Istimewa Yogyakarta Esti Nurwanti; Hamam Hadi; Madarina Julia
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 2, MEI 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.845 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(2).59-70

Abstract

ABSTRACTBackground: Increasing prevalence of obesity may be caused by junk food advertised while children are watching television.Preference for foods requested by the children is much infl uenced by junk food advertisement, so that it can affect calori intakeand correlates with obesity. Obesity in children can cause obesity during adulthood and may increase the risk of degenerativedisease, like diabetes and cardiovascular.Objective: To analyze the level of risk exposure to junk food advertising and junk food consumption on the incidence of obesityin primary school children in elementary school children at the area of Yogyakarta Municipality and District of Bantul.Method: This study was an observational study with case-control design. The study population was elementary school childrenin the City of Yogyakarta and Bantul Regency. Cases were elementary school children who were obese, while the controlswere children who were not obese and sat closest the cases regardless of age and sex. Number of subjects for each groupwere 244 (1:1). Obesity was defi ned as BMI / U>95th percentile curves NCHS/CDC. Sampling to fi nd obesity with probabilityproportional to size (PPS) and sampling for cases and controls using random sampling techniques. Univariate analysis ofthe data using frequency distributions, bivariate analysis using Chi-square, and multivariate analysis using multiple logisticregression. Data were analyzed using STATA 11 program with a 95% signifi cance level and nutrisurvey.Result: Bivariate analysis using Chi Square shows the variables that infl uence the incidence of obesity, such as junkfood ads exposure (OR=1.70, 95%CI: 1.17-2.48, and p=0.004), junk food energy intake (OR=1.58, 95%CI:  1.08-2.32and p=0.01), intake of saturated fat junk food (OR=1.74, 95%CI: 1.18-2.56 and p=0.004), sodium intake of junk food(OR=1.83, 95%CI: 1.25-2.69 and p=0.001) and sex (OR=0.58, 95%CI: 0.40-0.85 and p= 0.0035). Multivariate analysiswith logistic regression showed that the variables affect obesity is junk food ads exposure (OR=1.63, 95%CI: 1.13-2.36and p <0.05) and sex (OR=0.62, 95% CI:0.43-0.91 and p<0.05).Conclusion : Exposure to junk food advertising can increase the risk of obesity.KEYWORDS: obesity, ads, junk food, energy, saturated fat, natrium, sucroseABSTRAKLatar Belakang: Peningkatan prevalensi obesitas dapat disebabkan oleh iklan makanan junk food ketika anak menontontelevisi. Pemilihan makanan yang diinginkan oleh anak banyak dipengaruhi oleh iklan tersebut, sehingga mempengaruhiasupan kalori dan berkorelasi dengan obseitas. Obesitas pada anak dapat menyebabkan obesitas saat dewasa dandapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes dan kardiovaskuler.Tujuan: Untuk mengukur tingkat risiko paparan iklan junk food dan konsumsi junk food terhadap   kejadian obesitaspada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan kasus-kontrol. Populasi penelitian adalah anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Kelompok kasus adalah anak yang mengalami obesitas,sedangkan kelompok kontrol adalah teman sekelas yang tidak mengalami obesitas dan duduk paling dekat di sebelahkanan kasus tanpa melihat umur dan jenis kelaminnya Jumlah subjek untuk masing-masing kelompok sebesar 244(1:1). Obesitas didefi nisikan dengan IMT/U>persentil 95th kurva NCHS/CDC. Pengambilan sampel untuk menemukanobesitas dengan probability proportional to size (PPS) dan pengambilan sampel untuk kasus dan kontrol menggunakanteknik random sampling. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan Chi-square,dan multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Data dianalisis dengan menggunakan program STATA 11 dengantingkat kemaknaan 95% dan nutrisurvey.Hasil: Analisis bivariat dengan Chi-square menunjukkan variabel yang berpengaruh dengan kejadian obesitas, di antaranyapaparan iklan junk food (OR=1,70, 95%CI:1,17-2,48, dan p=0,004), asupan energi junk food (OR= 1,58,  95%CI:1,08-2,32dan p=0,01), asupan lemak jenuh junk food (OR=1,74 95%CI 1,18-2,56 dan p=0,004), asupan natrium junk food (OR=1,83,95%CI:1,25-2,69 dan p=0,001) serta jenis kelamin (OR= 0,58, 95%CI:0,40-0,85 dan p= 0,0035). Hasil analisis multivariatdengan regresi logistik memperlihatkan variabel yang berpengaruh terhadap obesitas adalah paparan iklan junk food (OR=1,63,95%CI:1,13-2,36 dan nilai p <0,05) dan jenis kelamin (OR=0,62, 95%CI:0,43-0,91 dan p<0,05).Kesimpulan: Paparan iklan junk food dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas.KATA KUNCI: obesitas, iklan, junk food, energi, lemak jenuh, natrium, sukrosa
Gaya Hidup dan Hipertensi Pada Lanjut Usia di Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta Edi Sampurno Ridwan; Esti Nurwanti
JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia) (Indonesian Journal of Nursing and Midwifery) Vol 2, No 2 (2014): Juli 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.607 KB) | DOI: 10.21927/jnki.2014.2(2).67-70

Abstract

Life style plays important role toward emerging chronic diseases including hypertension. This is an observationanalytical research using cross-sectional design. It was 100 respondents in the research obtained using Slovin formula from 9887 population. Stratified random sampling and simple random sampling were assigned to select sample. Variables were measured with FFQ (food frequency questionnaire), International Physical Activity Questionnaire, and Smoking Questioner. Data was analyzed using Chi-Square and the result was junk food consumption leading to 4 times risk for hypertension (OR, 4,083). In addition, sedentary behavior (p 0.004) and smoking (p 0.001) were significant factors to lead hypertension for older people. Conclusion, junk food, sedentary behavior, and smoking habits can be the risk factors of hypertension. Thus, it is imperative to develop health promotion program focusing on the changing life style for aged group.