Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA Alkaririn, M Robby; Aji, Arif Sabta; Afifah, Effatul
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 5, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/pnj.v5i1.911

Abstract

Status gizi dapat memberikan gambaran status kesehatan seseorang sebagai dampak dari asupan makan yang dapat dilihat melalui massa tubuhnya. Status kesehatan yang berhubungan dengan gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas fisik, perilaku hidup yang instan, dan asupan makan yang tidak seimbang. Aktifitas fisik merupakan setiap gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang meningkatkan pengeluaran energi yang dapat mempengaruhi keadaan atau status gizi seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi Mahasiswa Keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Jumlah responden 124 mahasiswa. Cara penentuan sampel dengan teknik random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IPAQ. Analisis data menggunakan Chi-Square. Dari 124 mahasiswa keperawatan yang dijadikan responden penelitian: (1) secara merata mahasiswa melakukan aktifitas fisik dengan kategori kuat (23,4%), sedang (44,4%), dan rendah (32,3%); (2) Sebagian besar (49,2%) menunjukkan status gizi dengan kategori normal, dan selebihnya menunjukkan status gizi dengan kategori kurus (21%), obesitas (16,1%), dan overweight (13,7%). Aktifitas fisik  memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi mahasiswa (p=0.001). Ada hubungan aktifitas fisik dengan status gizi mahasiswa Mahasiswa Keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta. Mahasiswa senantiasa melakukan aktifitas fisik yang seimbang antara asupan gizi dengan kondisi berat badan dan tinggi badannya (IMT), sehingga  kadar kalori yang ada dalam tubuh dapat disalurkan melalui aktifitas fisik. Peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi mahasiswa tersebut.
Dietary magnesium intake and risk of hypertension among adult outpatients Umi Hasanah; Effatul Afifah; Esti Nurwanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, ISSUE 3, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.118 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(3).119-126

Abstract

ABSTRACTBackground : Hypertension still has been a great health problem in indonesia. In Indonesia, the prevalence of hypertension in 2013 was as many as 28.5 %, and in The Yogyakarta special was as many as 25,7 %. Several factors that can affect hypertension, some unavoidable as aging and sex, but some  can  as  lifestyle  very  closely  related  to  nutrition  as  deficiency  intake  calcium  and magnesium[LAL1] . Calcium may affect blood pressure because it inhibits the effects of the intake of salt naci high on blood pressure. And if less magnesium it can increase levels of sodium intracellular and sent down the potassium intracellular. [LAL2] Objectives : To know the relationship between calcium and magnesium intake with the genesis hypertension in outpatients at RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Methods : The research was observational with  case-control[LAL3]  design.  Research  was carried  out  in  February  2016  and  population  research was outpatients RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Sample case was outpatients the age of 30-60 years with the diagnosis hypertension. Control is outpatients with the age of 30-60 years who do not hypertension. The sample of the 45 patients with comparison cases control 1: 1, so the total sample was 90 patients with 45 patients hypertension and 45 a patient was not hypertension .Sampling method was by purposive sampling. Variable dependent was hypertension and independent variable was calcium and magnesium intake.[LAL4]  An instrument was form food frequency  questionary  (FFQ) form that was taken by  means  of  interview.  Data  analysis  using  analysis univariate ( descriptive with the spss version 19 and bivariat (test chi-square).Result : Bivariat analysis showed that calcium intake (p = 0.827; or = 0.909; el 95 % = 0.385 – 2.143) no significant relationship with the occurrence of hypertension .While intake of magnesium (p = 0.035; or = 2.471; el 95%= 1.058 - 5.768) had significant  relationship   with  the  occurrence  of  hypertension.Conclusion : A significant relation was between magnesium and the genesis hypertension. Was proven but intake calcium did not prove the  relationship with the genesis hypertension[LAL5] . KEYWORDS : hypertension, calcium and magnesium intake
Asupan kalium-natrium dan status obesitas sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pasien rawat jalan di RS Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Effatul Afifah
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 1, JANUARI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.213 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(1).41-48

Abstract

ABSTRACTBackground: Hypertension is one of the problems in the medical and public health area. Based on National Health Research Association in 2013, hypertension is the third leading cause of death of all ages patterns, after stroke and TB, with the proportion of deaths was 6.8%. The prevalence of hypertension in DIY was 25.7%. The risk factors of diet containing high fat, high sodium, and low potassium to elevate blood pressure.Objectives: To know the effect of the intake of sodium-potassium and the status of obesity as a risk factor for hypertension.Methods: This study used analytic observational study design with control-case design. Samples were 104 and divided into 52 cases and 52 controls. Data were collected using a questionnaire include: name, age, gender, address, education level, the type of work, and form of food frequency questionnaire (FFQ) to inquire patterns of food intake (intake of sodium-potassium) for 3 months with food models. Obesity status was measured using body mass index (BMI), and merqurial sphygmomanometer hypertension wasused to measure blood pressure. Analysis of data used statistical test independent t-test, chi-square.Results: No significant correlation between age and the incidence of hypertension (OR=2.448), neither did sodium intake with hypertension, potassium intake with hypertension, and nutritional status (obesity) associated with the incidence of hypertension.Conclusions: Age was the risk factor for hypertension, while the intake of sodium-potassium and status of obesity were not.KEYWORDS: hypertension, sodium intake, potassium intake, obesityABSTRAKLatar belakang: Hipertensi merupakan salah satu masalah dalam dunia medis dan kesehatan masyarakat. Dalam riset kesehatan dasar nasional tahun 2013, hipertensi merupakan penyebab kematian semua umur yang ketiga, setelah stroke dan tuberculosis (TB), dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. Prevalensi hipertensi untuk wilayah DIY 25,7% termasuk angka yang tinggi. Faktor risiko pola makan yang mengandung tinggi lemak, tinggi natrium dan rendah kalium memiliki kontribusi terhadap peningkatantekanan darah.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh asupan natrium, kalium, dan status obesitas sebagai faktor risiko hipertensi.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol dengan jumlah total sampel 104 yang terbagi dalam 52 kasus dan 52 kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan dan formulir food frequency questionnaire (FFQ) untuk menanyakan pola asupan makanan (asupan natrium, kalium) selama 3 bulan menggunakan food model. Status obesitas diukur dengan menggunakan indek massa tubuh (IMT) dan hipertensi diukur menggunakan merqurial sphygmomanometer. Analisis data menggunakan uji statistik independent t-test, chi-square.Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian hipertensi (OR=2,448). Asupan natrium tidak berhubungan signifi kan dengan hipertensi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan hipertensi dan status gizi (obesitas) tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi.Kesimpulan: Usia merupakan faktor risiko kejadian hipertensi, sedangkan asupan natrium, kalium, dan status obesitas bukan merupakan faktor risiko hipertensi.KATA KUNCI: hipertensi, asupan natrium, asupan kalium, obesitas
Pemberian ekstrak air buah sawo (Manilkara zapota L.) menurunkan kadar glukosa darah tikus (rattus norvegicus) diabetes mellitus Effatul Afifah
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 3, SEPTEMBER 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.309 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(3).180-186

Abstract

ABSTRACTBackground: Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic problem disorder characterized by hyperglicemia which is caused by insulin deficiency produced by β-pancreas cells, thus causing abnormalities of carbohydrate, protein, and fat metabolism, and tend to cause complications. Objectives: To know the effect of sapodilla extract water on blood glucose level of diabetic induce mice. Methods: This was an experimental study with pre-post control group design. Sapodilla extract water (EABS) was fed to group of mice with alloxan diabetes induction. Twenty four DM induced mice were separated into 4 groups, e.g. control without and with medication of glibenclamide, EABS 1 (treated with 3.6 mL/200 g body weight), and EABS 2 (treated with 7.2 mL/200 g body weight). Mice were then measured for their blood glucose level at the day of 3, 14, and 30. Results: EABS 1 and EABS 2 decreased blood glucose levels at week of 1st, 2nd, and 3rd after induction. The greatest reduction was shown by EABS 2 at the 3rd week. EABS decreased blood glucose level of mice induced DM and signifi cantly shown at glibenclamide group, followed by EABS 2 and EABS 1.Conclusions: EABS reduced blood glucose levels of diabetic mice and signifi cantly shown for glibenclamide group, followed by EABS 2 and EABS 1.KEYWORDS: diabetes mellitus, sapodilla extract water, blood glucoseABSTRAKLatar belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh kekurangan insulin yang dihasilkan oleh sel β-pankreas sehingga menimbulkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, dan cenderung menimbulkan komplikasi.Tujuan: Mengetahui efek pemberian ekstrak buah air sawo terhadap kadar glukosa darah tikus yang diinduksi DM.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan pre-post test control group design dengan memberikan intervensi ekstrak buah air sawo (EABS) pada kelompok tikus yang diberikan induksi DM menggunakan aloksan. Sebanyak 24 tikus yang diinduksi DM dikelompokkan ke dalam 4 perlakuan, antara lain kontrol tanpa dan dengan pengobatan glienclamide, EABS 1 (diberi 3,6 mL/200 g berat badan), dan EABS 2 (7,2 mL/200 g berat badan). Tikus diukur kadar gula darahnya pada hari ke-3, 14, dan 30. Hasil: EABS mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus, baik pada kelompok EABS 1 maupun EABS 2 pada minggu ke-1, ke-2, dan ke-3 setelah induksi. Hasil penurunan kadar glukosa yang paling besar terjadi pada kelompok EABS 2 pada minggu ke-3 perlakuan. EABS dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi DM dan paling signifi kan terjadi pada kelompok glibenclamide diikuti oleh EABS 2 dan EABS 1.Kesimpulan: EABS mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi alloxan.KATA KUNCI: diabetes mellitus, ekstrak air buah sawo, glukosa darah
Kebiasaan jajan dan pola makan serta hubungannya dengan status gizi anak usia sekolah di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta Kurnia Noviani; Effatul Afifah; Dewi Astiti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 2, MEI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.923 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(2).97-104

Abstract

ABSTRACTBackground: Elementary school children are in the developmental age, thus need nutritions with good and proper quality and quantity. Nutrient needs can be fulfilled through eating habits. Snacking habit can also contribute to nutritional status in children if the snack consumed has good quality in term of the typeand quantity.Objectives: To understand the relationship between snacking habit and diet with nutritional status of elementary school children in SD Sonosewu Bantul Yogyakarta.Methods: This study was an observational research with cross sectional approach. This study population was all students in SD Sonosewu Bantul Yogyakarta grades III, IV, V, that were 160 respondents. The sample used in this study was 65 people selected by using simple random sampling. The process ofselecting a random sample was based on the random number table. The research instruments used were questionnaires, form of 24 -hour food recall for 1 day, bathroom scales, and microtoise. The collected data was analyzed by using a statistical test chi-square.Results: Respondents who had frequent snacking habit with a normal nutritional status was 27 respondents (81%), whereas those who had less frequent snacking habit with wasting nutritional status was 7 respondents (21.9%). Respondents with a good diet (>80% RDA) with wasting nutritional status was 9 respondents (75%) and respondents who had bad diet with normal nutritional status was 34 respondents (66%). Chi-Square analysis in the relationship between snacking habit and nutritional status obtained 0.781 p value (p>0.05) which mean that there was no statistically significant of relationship between snacking habits and child’s nutritional status. Whereas Chi-Square analysis of diet and nutritional status showed a significant relationship with 0.008 p value (p<0.05) means that there was a relationship between diet and nutritional status.Conclusions: There was a relationship between diet and nutritional status of elementary school children, but there was no relationship between snacking habits and nutritional status of them.KEYWORDS: snacking habit, diet, nutritional status, elementary school childrenABSTRAKLatar belakang: Anak usia sekolah dasar termasuk usia perkembangan sehingga membutuhkan nutrisi dengan kualitas maupun kuantitas yang baik dan benar. Kebutuhan gizi tersebut di antaranya dapat dipenuhi melalui kebiasaan makan. Pola jajan juga dapat memberikan kontribusi terhadap status gizi anak apabila jenis jajan yang dikonsumsi berkualitas dari segi jenis dan kandungan gizinya.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan jajan dan pola makan dengan status gizi di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari kelas III, IV, V yang berjumlah 160 siswa di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 65 yang diambil dengan teknik simple random sampling. Proses memilih sejumlah sampel secara random berdasarkan tabel bilangan random. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner, formulir food recall 24 jam selama 1 hari, timbangan injak, dan microtois. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji statistic chi-square.Hasil: Responden yang memiliki kebiasaan jajan sering dengan status gizi normal yaitu sebanyak 27 responden (81%), dan yang tidak sering jajan dengan status gizi kurus berjumlah 7 responden (21,9%). Responden dengan pola makan yang baik >80% AKG dengan status gizi kurus sebesar 9 responden (75%) dan responden yang memiliki pola makan tidak baik dengan status gizi normal sebesar 34 responden (66%). Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,781 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi. Hasil analisis Chi-Square hubungan pola makan dengan status gizi diperoleh p 0,008 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara pola makan dengan status gizi.Kesimpulan: Tidak ada hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta. Ada hubungan pola makan dengan status gizi di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta.KATA KUNCI: kebiasaan jajan, pola makan, status gizi, anak sekolah dasar
Asupan lemak dan aktivitas fisik serta hubungannya dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan Lusi Ayu Kartika; Effatul Afifah; Isti Suryani
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.962 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(3).139-146

Abstract

ABSTRACTBackground: Hypertension is a great health problem in Indonesia. The cause of hypertension was high fat intake and low physical activity. In Indonesia in 2013, the prevalence of hipertension was 28,5%, and in Yogyakarta was 25,7%. Objectives: To Know the correlation between fat intake and phisical activity and hypertension among outpatients in RSUD Panembahan Senopati Bantul.Methods: This was an observasional study with case-control design. Cases was outpatient aged 30 – 60 years with hypertension. Controls was outpatient aged 30-60 years without hypertension. Data were analyzed by using univariable (descriptive), bivariable (chi-square test), and multivariable anaysis (logistic regression).Results: Bivariat analysis showed that there was significant relationship between fat intake (p =0,009; OR=3,839; CI 95% = 1,357 – 10,861), outpatient aged (p=0,008; OR=3,37; CI=1,340-8,476)   and hypertension. However, no significant relationship between physical activity ( τ = 0,075; p= 0,451), Body mass index (p=0,065; OR=2,155; CI 95%= 0,949–4,893) and hypertension. Multivariate analysis showed that variables most influential against an hypertension is fat intake (p=0,010; OR (CI 95%) = 4,246 (1,418 – 12,721)).Conclusions: There was significant correlation between fat intake, aged, and hypertension. However, physical activity and body mass index  failed to prove the correlation with hypertension.KEYWORDS : Hypertension, Fat Intake, Physical Activity, BMI, Aged ABSTRAKLatar Belakang: Hipertensi masih menjadi permasalahan kesehatan yang besar di Indonesia. Penyebab terjadinya hipertensi diantaranya adalah asupan makanan tinggi lemak dan aktivitas fisik yang rendah. Di Indonesia pada tahun 2013 prevalensi stunting sebanyak 28,5 %, dan di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 25,7%. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara  asupan lemak dan aktivitas fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan case-control. Kasus adalah pasien rawat jalan usia 30 – 60 tahun dengan diagnosa hipertensi. Kontrol adalah pasien rawat jalan usia 30 – 60 tahun yang tidak hipertensi. Analisis data menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (uji chi-square), dan multivariat (uji regresi logistik).Hasil: Analisis bivariat menunjukan asupan lemak ( p =0,009; OR=3,839; CI 95% = 1,357 – 10,861), dan usia (p=0,008; OR=3,37; CI=1,340-8,476) memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Aktivitas fisik ( τ = 0,075; p= 0,451), dan IMT ( p=0,065; OR=2,155; CI 95%= 0,949–4,893)  tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi. Analisis multivariat menunjukan variabel yang paling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi adalah asupan lemak (p=0,010; OR (CI 95%) = 4,246 (1,418 – 12,721)).Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dan usia dengan kejadian hipertensi. Namun aktivitas fisik dan IMT tidak berhasil membuktikan hubungan dengan kejadian hipertensi.KATA KUNCI : Hipertensi, Asupan Lemak, Aktivitas Fisik, IMT, Usia.
Tingkat Ekonomi dan Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Ummi Latifah Argomulyo, Sedayu Yogyakarta Heni Maulida; Effatul Afifah; Desiana Pitta Sari
JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia) (Indonesian Journal of Nursing and Midwifery) Vol 3, No 2 (2015): Juli 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.496 KB) | DOI: 10.21927/jnki.2015.3(2).116-122

Abstract

Profile of Indonesian health in 2013 showed that the percentage of exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 months is about 61.5%. The low level scope exclusively breastfeeding can not be separated from some factors affecting and one of them is a mother motivation to give exclusively breastfeeding to their baby. The other factors affecting breastfeeding are the socio-culture economy (formal education mother, family income and status working mother). The purpose of this study was to know the relationship between economic level and mother motivation towards exclusive breastfeeding provision in infants aged 0-6 months in BPS Ummi Latifah. This study was an observational analytic with a cross sectional design. Total population are 94 breastfeeding mother. Samples was obtained by accidental sampling techniques which consisted of 48 respondents. Analysis test used kendall-tau (τ). The results showed that the relationship between economic level and mother motivation towards exclusivebreastfeeding provision in infants aged 0-6 months was 0.339 with p=0.007 and coeffi cients contingency 0.662. In conclusion, there was a strong relationship between economic level and mother motivation towards exclusive breastfeeding provision in infants aged 0-6 months in BPS Ummi Latifah.
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA M Robby Alkaririn; Arif Sabta Aji; Effatul Afifah
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 5, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.458 KB) | DOI: 10.30602/pnj.v5i1.911

Abstract

Status gizi dapat memberikan gambaran status kesehatan seseorang sebagai dampak dari asupan makan yang dapat dilihat melalui massa tubuhnya. Status kesehatan yang berhubungan dengan gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas fisik, perilaku hidup yang instan, dan asupan makan yang tidak seimbang. Aktifitas fisik merupakan setiap gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang meningkatkan pengeluaran energi yang dapat mempengaruhi keadaan atau status gizi seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi Mahasiswa Keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Jumlah responden 124 mahasiswa. Cara penentuan sampel dengan teknik random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IPAQ. Analisis data menggunakan Chi-Square. Dari 124 mahasiswa keperawatan yang dijadikan responden penelitian: (1) secara merata mahasiswa melakukan aktifitas fisik dengan kategori kuat (23,4%), sedang (44,4%), dan rendah (32,3%); (2) Sebagian besar (49,2%) menunjukkan status gizi dengan kategori normal, dan selebihnya menunjukkan status gizi dengan kategori kurus (21%), obesitas (16,1%), dan overweight (13,7%). Aktifitas fisik  memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi mahasiswa (p=0.001). Ada hubungan aktifitas fisik dengan status gizi mahasiswa Mahasiswa Keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta. Mahasiswa senantiasa melakukan aktifitas fisik yang seimbang antara asupan gizi dengan kondisi berat badan dan tinggi badannya (IMT), sehingga  kadar kalori yang ada dalam tubuh dapat disalurkan melalui aktifitas fisik. Peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi mahasiswa tersebut.
Gardening-cooking based intervention for improving healthy eating habits in preschool children Herawati, Herni Dwi; Kurniasari, Yulinda; Rahayu, Herwinda Kusuma; Hositanisita, Hastrin; Afifah, Effatul; Isvianti, Anggita; Susilowati, Novaeni Sri; Batubara, Saimarrasoki; Sonia, Putri
Paediatrica Indonesiana Vol. 64 No. 3 (2024): May 2024
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi64.3.2024.218-26

Abstract

Background Preschool children generally have inadequate fruit and vegetable intake, but a high intake of calories. Nutrition education taught from an early age might instill good eating habits and behavior, especially regarding fruit and vegetable consumption. Objectives To compare preschoolers’ fruit and vegetable preferences, fiber intake, and consumption of high-calorie food before and after a gardening-cooking intervention. Methods This study had a quasi-experimental, pre- and post-test design, as well as intervention and control groups. Subjects were preschool children aged 4-6, selected by purposive sampling, with 33 subjects in each group. The intervention group engaged in nutrition education, gardening, and cooking programs. While the control group was not given the programs, only given nutrition education at the end of data collection. Data were analyzed using independent T-test, paired T-Test, Wilcoxon, and Mann-Whitney tests. Results There were significant increases in attitude score, fruit and vegetable preference, and fiber intake, as well as decreased intake of high calorie foods (P<0.05 for all) before and after treatment in the intervention group. In contrast, there were no significant changes in the control group pre- and post-test. Conclusion Gardening-cooking based intervention for 9 sessions is effective in improving attitudes, fruit and vegetable preferences, and fiber intake, as well as reducing high-calorie food consumption in preschool children.
Determinants of Chronic Energy Deficiency among Indonesian Women in The Preconception Period Sundari, Fina Dewi; Afifah, Effatul; Paratmanitya, Yhona
Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity) 2023: Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/iseth.4219

Abstract

Purpose: This study aimed to determine the determinants of CED among Indonesian women in the preconception period. Methodology: This was a cross-sectional study involving 113 premarital women in Bantul District, Yogyakarta, Indonesia. Determinants of CED studied were socio-demographic factors, knowledge about preconception nutrition, and body mass index (BMI). Socio-demographic background was obtained through a questionnaire. Knowledge about preconception nutrition was measured using a validated questionnaire consisting of 25 questions. Height and body weight were measured using a microtoise and digital scale, respectively. Data were analyzed with Chi-Square test and multiple logistic regression, with statistical significance at α=0.05. Results: The overall prevalence of CED was 26.5%. Majority of the premarital women were ≤25 years old (65.5%), work (65.9%), and only 24.8% had higher education. The proportion of underweight and overweight was 18.6% and 28.3%, respectively. The result from multiple logistic regression showed that factors associated with CED were age and BMI (Odds Ratio [OR] 8.5, 95% confidence interval [CI] 1.54-45.99; and OR 58.2; 95% CI 11.21-302.09, respectively) Applications/Originality/Value: The difference between this research and previous research lies in the research time, research respondents, literature used, and theory used.