Chairil Anwar Siregar
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

KARBON TANAH DAN PENDUGAAN KARBON TEGAKAN Avicennia marina (Forsk.) Vierh. DI CIASEM, PURWAKARTA Dharmawan, I Wayan Susi; Siregar, Chairil Anwar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 5, No 4 (2008): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.677 KB)

Abstract

 ABSTRAK Meningkatnya  kandungan  karbondioksida  (CO2 )  di  atmosfer  merupakan  salah  satu  faktor  penyebab terjadinya perubahan iklim dunia (global climate change).   Penambatan karbondioksida melalui berbagai vegetasi hutan, misalnya di hutan mangrove diyakini sebagai salah satu upaya penurunan kandungan gas karbondioksida dari atmosfer. Avicennia marina (Forsk.) Vierh. sebagai salah satu jenis pohon pada tegakan mangrove memiliki potensi penambatan karbondioksida yang cukup besar. Selain melakukan pendugaan kandungan karbon pada tegakan Avicennia marina, juga dilakukan analisis karbon organik tanah.  Kegiatan penelitian ini dilakukan di BKPH Ciasem, KPH Purwakarta, Perum Perhutani Unit III – Jawa Barat dan Banten. Dari lima plot pengambilan contoh tanah, diperoleh hasil rata-rata kandungan karbon organik tanah sebesar 2,9%. Kandungan karbon organik tanah ini tergolong sedang.   Berdasarkan hasil dari sampling dengan merusak pohon di lapangan, diperoleh persamaan allometrik kandungan biomasa (Y) sebagai berikut: untuk biomasa atas Y = 0,1848(DBH)2,3524 R2 = 0,9839, untuk biomasa bawah   Y =  0,1682(DBH)1,7939 R2  =0,8581, dan untuk biomasa total  Y = 0,2905(DBH)2,2598 R2 = 0,9815.  Tegakan A. marina di BKPH Ciasem memiliki potensi kandungan biomasa total sebesar 364,9 ton/ha dan kandungan karbon sebesar 182,5 ton/ha. Nilai serapan CO2 total tegakan A. marina (Forsk.) Vierh. di BKPH Ciasem adalah 669,0 ton/ha dengan nilai serapan CO2 rata-rata 14,2 ton/ pohon.
EFFECT OF CHARCOAL APPLICATION ON THE EARLY GROWTH STAGE OF Acacia mangium and Michelia montana Siregar, Chairil Anwar
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 4, No 1 (2007): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2007.4.1.19-30

Abstract

Charcoal, or black coloured carbon-predominated stuff, is produced during incomplete combustion of  woody plant biomass. Charcoal application to the soil can improve chemical and nutritional nature thereby inducing better plant growth and development. However, the utilization of charcoal in forestry sector, especially industrial plantation, has not been introduced due to the absence of available information.  Indicator species used in this study are Acacia mangium and Michelia montana. A. mangium is one of  the most important species grown in industrial plantations in Indonesia. Meanwhile M. montana is critical endemic species in Gunung Halimun National Park. Glasshouse research was designed to examine the effectiveness of charcoal incorporation into marginal soils on the growth of 6-month-old Acacia mangium and 6-month-old Michelia montana. Charcoal treatments were 0,10, 15 and 20% (v/v) for A. mangium, while 0, 5, 10, 15 and 20 % (v/v) for M. montana. Representative samples of Orthic Acrisol (i.e. Very fine, mixed, semiactive, isohyperthermic, and Typic Paleudult) were collected from B horizon. A completely randomized design with four replications (for A. mangium) and five replications (for M. montana) was employed to examine the effect of charcoal application on the plant growth and some important chemical properties of  the corresponding soil. Charcoal additions to the soil significantly increased height, diameter, and leaf and stem biomass weight of A. mangium, and significantly increased height, diameter, and total biomass weight of  M. montana seedlings in comparison to those of a control.  Increasing the amount of charcoal higher than 10% level, however, have little effect on A. mangium growth. On the other hand, increasing the amount of charcoal higher than 10% is still effective on M. montana growth. This study indicated that charcoal application at the rates of 10 % for A. mangium and 15 % for M. montana would be adequate to improve the availability of soil nutrients, and hence significantly induce a better plant growth response.
SISTEM PERKAWINAN BAKAU BANDUL (Rhizophora mucronata Lamk) BERDASARKAN ANALISIS ISOZIM Hamzah, Hamzah; Siregar, Ulfah J.; Siregar, Chairil Anwar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.131 KB)

Abstract

ABSTRAK Derajat perkawinan silang bakau bandul (Rhizophora mucronata Lamk.) dari beberapa pohon induk yang tumbuh di hutan alam Sumatera, yaitu Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Jawa, yaitu Muara Angke dan Ujung Kulon, diduga menggunakan isozim. Enam sistem enzim dicobakan dalam penelitian ini, masing-masing AAT, ADH, EST, IDH, MDH, dan PER. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakau bandul memiliki sistem perkawinan campuran, dengan perkawinan sendiri sebagai sistem perkawinan utama, karena perkawinan silang hanya berkisar antara 6-32%. Populasi-populasi pada hutan yang tidak mengalami kerusakan berat (Sumatera Utara, Jambi, dan Ujung Kulon) memiliki derajat perkawinan silang lebih tinggi (32%, 17%, dan19%) dibandingkan dengan populasi-populasi yang hutannya mengalami kerusakan berat (Riau dan Muara angke) yang besarnya masing-masing adalah 13% dan 16%. Rasio polen(serbuk sari) dan ovule(sel telur)beragam antar  lokus  dan  alel,  tetapi  menunjukkan pembentukan gamet  jantan  dan  gamet  betina  yangberimbang. Bakau bandul walaupun cenderung untuk selfing(menyerbuk sendiri), tidak memiliki sistem perkawinan berpilih (F = - 0,197), karena setiap alel pada ovule dan polen dari pohon-pohon bakau bandul yang berlainan berasosiasi secara acak. Angin dan serangga tampaknya berperan penting terhadap terjadinya penyerbukan silang. 
STOK KARBON TEGAKAN HUTAN ALAM DIPTEROKARPA DI PT. SARPATIM, KALIMANTAN TENGAH Dharmawan, I Wayan Susi; Siregar, Chairil Anwar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 8, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.61 KB)

Abstract

ABSTRAK Terdapat dua alasan mengapa hutan alam penting dalam skema perdagangan karbon : a). Peranan hutan alam di dalam penyerapan CO2 dan pelepasan O2 ke atmosfer melalui proses fotosintesis; b). Adanya kompensasi pendanaan dari perdagangan karbon akan menjadi alternatif yang menarik untuk merubah basis pengelolaan hutan alam dari kayu ke jasa lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya kapasitas tegakan hutan alam sebagai pengikat karbon pada biomasa bagian atas (above ground biomass), biomasa bagian bawah (below ground biomass) dan biomasa total. Lokasi penelitian di  tegakan hutan alam IUPHHK-HA PT. Sarpatim, Kabupaten Sampit, Provinsi Kalimantan Tengah.  Prosedur yang dilakukan dalam pengukuran biomasa ini menggunakan metode destructive sampling pada tegakan yang ditebang. Destructive sampling  dilakukan mulai dari tegakan  berdiameter > 5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan alometrik untuk biomasa di atas tanah, biomasa di bawah tanah dan biomasa total masing-masing adalah :  Y = 0,0112(DBH)2,6878 (R2 = 0,91); Y = 0,011(DBH)2,3251 (R2 = 0,88) dan Y = 0,0194(DBH)2,603 (R2 = 0,91). Tegakan hutan alam dipterokarpa di PT. Sarpatim memiliki potensi kandungan biomasa total dan kandungan karbon total masing-masing sebesar 506,65 ton/ha dan 253,33 tonC/ha. Serapan karbondioksida (CO2) total dan serapan CO2 rata-rata tegakan hutan alam dipterokarpa di PT. Sarpatim masing-masing sebesar 928,86 tonCO2/ha dan 20,64 ton CO2/pohon.
FORMULASI ALLOMETRI BIOMASA DAN KONSERVASI KARBON TANAH HUTAN TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DI KEDIRI Siregar, Chairil Anwar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini memformulasikan persamaan allometrik yang diperlukan untuk estimasi biomasa bagian atas, biomasa bagian bawah, dan  biomasa total tanaman Paraserianthes falcataria (L.)  Nielsen berdasarkan pengukuran langsung 35 pohon contoh di hutan tanaman di KPH Kediri, Jawa Timur.  Persamaan ini sangat diperlukan dalam menghitung karbon tersimpan dalam biomasa.  Analisis tanah juga dilakukan mencakup kerapatan lindis pada kedalaman 0-30 cm dan 0-100 cm, serta kandungan karbon tanah.  Data ini digunakan untuk menghitung akumulasi kandungan karbon pada tubuh tanah.   Formulasi persamaan allometrik yang dihasilkan untuk biomasa bagian atas adalah Y = 0,3196 X1,9834, R2 = 0,8748, untuk biomasa bagian bawah Y= 0,0069 X2,5651, R2  = 0,9413, dan untuk biomasa total Y = 0,2831 X2,0630, R2 = 0,91, di mana  X adalahdiameter setinggi dada. Persamaan ini direkomendasikan untuk estimasi biomasa karena hanya berdasarkan variabel diameter setinggi dada, sederhana, dan menguntungkan. Variabel ini mudah diukur di lapangan dan sangat umum dicatat dalam kegiatan inventarisasi hutan.   Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi biomasa bagian atas dan biomasa bagian bawah dari tanaman dengan kerapatan 376 tanaman/ha masing- masing adalah 73,33 ton/ha dan 10,64 ton/ha (setara dengan 36,67 ton C/ha dan 5,32 ton C/ha).  Selanjutnya jumlah kumulatif konservasi karbon tanah pada kedalaman 0-30 cm dan kedalaman 0-100 cm masing- masing sebesar 36-38 ton C/ha dan 99 ton C/ha, dan produksi serasah berkisar 46-256 kg/ha dengan rataan156 kg/ha.
STATUS EKOLOGIS SILVOFISHERY POLA EMPANG PARIT DI BAGIAN PEMANGKUAN HUTAN CIASEM-PAMANUKAN, KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN PURWAKARTA Gunawan, Hendra; Siregar, Chairil Anwar; Sawitri, Reny; Karlina, Endang
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 4 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Silvofishery diterapkan untuk meredam laju konversi illegal hutan mangrove menjadi tambak.  Di satu sisi silvofishery diyakini mampu mengkombinasikan antara kepentingan konservasi mangrove dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.  Di sisi lain dengan perubahan struktur, komposisi, dan luas vegetasi mangrove dikhawatirkan mengganggu fungsi ekologisnya.   Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari perubahan ekologis hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak dengan  pola  silvofishery (empang  parit)  dan  tanpa  silvofishery (tambak  biasa).    Analisis  laboratorium dilakukan terhadap contoh substrat, air, plankton, dan benthos dari tiga lokasi penelitian (mangrove, empang parit, dan tambak biasa) untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologis.  Pengamatan burung dilakukan dengan metode IPA (Indices Ponctuels d’Abundance).   Hasil penelitian ini menemukan bahwa parameter kualitas air di tiga lokasi contoh (mangrove, empang parit, dan tambak biasa) relatif tidak berbeda mencolok, hanya air perairan mangrove lebih keruh.  Substrat mangrove memiliki kandungan N, P, K yang lebih tinggi daripada empang parit ataupun tambak biasa.    Sebaliknya tambak biasa  mengandung bahan pencemar berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi dari mangrove dan 14 kali lebih tinggi daripada empang parit. Pembukaan hutan mangrove menjadi empang parit telah mengubah struktur komunitas phytoplankton dan benthos.  Sementara struktur komunitas zooplankton tidak banyak berubah.  Struktur komunitas ikan liar di ketiga lokasi contoh sangat berbeda yang ditunjukkan oleh rendahnya nilai similarity index.  Pada mangrove di empang parit dijumpai 13 jenis burung dengan nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) 2,038, dan indeks keseragaman (e) 0,7944.
PENGARUH APLIKASI ARANG TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL Michelia Montana Blume DAN PERUBAHAN SIFAT KESUBURAN TANAH PADA TIPE TANAH LATOSOL (The Effect of Biochar Application on Early Growth of Michelia montana Blume and Change in Soil Fertility of Latosol Soil Type) Siringoringo, harris Herman; Siregar, Chairil Anwar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan arang (biochar) sebagai salah satu bahan soil conditioner dalam bidang usaha hutan tanaman masih jarang digunakan, walaupun jumlah bahan baku berupa sisa-sisa tebangan hutan untuk diolah menjadi biochar sangat melimpah dan secara potensial tersedia untuk digunakan sebagai soil conditioner, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang efek positif arang halus dalam merangsang pertumbuhan jenis tanaman Michelia montana Blume umur enam bulan pada tipe tanah Latosol yang bertekstur liat di Kebun Percobaan Carita, Provinsi Banten. Aplikasi arang sebagai soil conditioner juga diharapkan dapat meningkatkan sejumlah parameter kesuburan tanah yang bergeser ke arah yang lebih baik. Kondisi iklim di Carita termasuk tipe B dengan rerata curah hujan tahunan sebesar 2.516 mm dengan temperatur minimum 22 derajat Celcius dan maksimum 33 derajat Celcius serta kelembaban udara antara 76-84%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi dosis arang halus 5% (v/v) cukup nyata menaikkan laju pertumbuhan awal tanaman M. montana Blume. Sementara efek positif aplikasi bahan arang terhadap sifat kesuburan kimia tanah tampak dalam hal naiknya pH, Ca2+, Mg2+, K+, KTK, KB, K2O, P2O5 dan turunnya kadar H+-dd dan Al3+ -dd. Aplikasi arang dapat memperbaiki kualitas kesuburan tanah yang signifikan pada tipe tanah Latosol yang bertekstur liat. 
ANNUAL CUMULATIVE OF SOIL CARBON CHANGE IN Pinus merkusii PLANTATION IN CIANTEN, WEST JAVA Siringoringo, Harris Herman; Siregar, Chairil Anwar
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 2, No 2 (2005): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2005.2.2.117-123

Abstract

Important    carbon  storage  in a forest vegetation   includes  below  ground  carbon  storage  and above ground   carbon   storage.    Carbon   storage  under  the ground   is  higher  than  that  above  ground,   so that soils are critical both  as a source  and sink of  carbon.   The  main  objective  of  this research  is to examine the annual  changes  of  soil carbon   storage   from  year 2001   to year 2003 in the permanent   plots  of  an experimental   plantation    (new  plantation   established   in the  year 2001)  and in the  permanent    plots  of control   plot/baseline  (young  secondary  forest),  in Cianten  Experimental    Site, Bogor,  West Java.    Soil carbon content   at 0-30 cm depth   for 0 year old, 1  year old and 2 year old plantations   are 4.14- 9.35%, 4.08  8.83%  and 3.04-   7.61  %, respectively.    Soil carbon  content  at control  plot  for 2001,  2002 and 2003 are 1.86-5.75%,  2.32 - 5.79% and 2.05 - 4.84%,  respectively.    Bulk density   at 0-30 cm soil depth  for 0 year old,  1  year old, and 2 yea.r  old plantations   are 0.38 - 0.5  mg/ m,  0.38 - 0.52%  mg/ m3 and 0.32  - 0.5 mg/ m, respectively.    Bulk density  at control  plot  for 2001,  2002 and 2003 are 0.47 - 0.63  mg/m3,  0.43 -0.6 mg/m3  and 0.4 1- 0.55  mg/m3,  respectively.     The  cumulative   soil carbon   stock  of  Pinus  merkusii plantation   is somewhat   higher  than  that of  baseline in Cianten  Experimental   Site, Bogor, West Java.
PENDUGAAN BIOMASA PADA HUTAN TANAMAN PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DAN KONSERVASI KARBON TANAH DI CIANTEN, JAWA BARAT Siregar, Chairil Anwar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 3 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi persamaan allometrik yang diperlukan untuk estimasi biomasa bagian atas, biomasa bagian bawah, dan biomasa total tanaman Pinus merkusii Jungh et de Vriese berdasarkan pengukuran langsung 80 pohon contoh di hutan tanaman di RPH Gunung Bunder dan RPH Cianten, BKPH Leuwiliang, Jawa Barat. Persamaan ini sangat diperlukan dalam menghitung karbon tersimpan dalam biomasa.  Metode destructive sampling dilakukan pada tegakan berumur 1, 4, 5, 11, 19, dan24  tahun.  Analisa  tanah  juga  dilakukan  mencakup  kerapatan  lindis  pada  kedalaman  0-100  cm  serta kandungan karbon tanah.  Data ini digunakan untuk menghitung akumulasi kandungan karbon pada tubuh tanah.  Formulasi persamaan allometrik yang dihasilkan untuk biomasa bagian atas adalah Y = 0,0936X2,4323, R2  = 0,9536, untuk biomasa bagian bawah Y = 0,0103X2,6036, R2  = 0,9424, dan untuk biomasa total Y =0,1031X2,4587, R2 = 0,9541, di mana  X adalah diameter setinggi dada. Persamaan ini direkomendasikan untuk estimasi biomasa karena hanya berdasarkan variabel diameter setinggi dada, sederhana, dan menguntungkan.Variabel ini mudah diukur di lapangan dan sangat umum dicatat dalam kegiatan inventarisasi hutan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi biomasa total pada umur tegakan 1, 4, 5, 11, 19, 24 tahun masing- masing adalah sebesar 0,25 ton/ha; 25,43 ton/ha; 29,84 ton/ha; 159,35 ton/ha; 411,89 ton/ha; dan 421,60 ton/ha (setara dengan 0,13 ton C/ha; 12,72 ton C/ha; 14,92 ton C/ha; 79,68 ton C/ha; 205,95 ton C/ha; dan210,80 ton C/ha).  Selanjutnya jumlah kumulatif konservasi karbon tanah pada kedalaman 0-100 cm adalahsebesar 195,43 ton C/ha dan produksi serasah berkisar 49,04-94,23 kg/ha dengan rataan 74,10 kg/ha.
AKUMULASI BIOMASSA KARBON PADA SKENARIO HUTAN SEKUNDER DI MARIBAYA, BOGOR, JAWA BARAT Siregar, Chairil Anwar; Heriyanto, N. M.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 7, No 3 (2010): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan dari tahun 2002 sampai tahun 2005 di Maribaya, Bogor, bertujuan untuk memperoleh informasi tentang akumulasi biomassa karbon pada skenario hutan sekunder. Pada plot tertutup (pagarbambu, tanpa pemanfaatan oleh masyarakat) kandungan karbonnya meningkat dari 2,87 ton C/ha (tahun 2002) menjadi 17,28 ton C/ha (tahun 2005). Pada plot terbuka (tanpa pagar bambu, dimanfaatkan olehmasyarakat) kandungan karbonnya meningkat dari 1,81 ton C/ha (tahun 2002) menjadi 11,96 ton C/ha (tahun 2005). Sedangkan tumbuhan bawah kandungan karbonnya berturut-turut sebesar 2,43 ton C/ha dan 2,83 tonC/ha. Selisih akumulasi karbon pada plot tertutup dan terbuka yaitu sebesar 3,86 ton C/ha, dianggap sebagai kebocoran (leakage) dalam proyek sejenis. Kandungan karbon rata-rata pada hutan sekunder yang dijadikan base line pada kawasan hutan tanaman Acacia mangium Willd. di Maribaya yaitu sebesar 17,25 ton C/ha atau setara dengan 63,31 ton CO /ha. Kandungan karbon A. mangium berumur empat tahun di Maribaya sebesar 31,41 ton C/ha atau setara dengan 115,29 ton CO2 /ha. Bila dibandingkan dengan kandungan karbon base line di tempat yang sama, ada selisih sebesar 14,16 ton C/ha setara dengan 51,97 ton CO2/ha. Persamaan alometri antara biomassa bagian atas tanah dengan diameter ialah Y = 0,1769 X 2,0501  (R2  = 0,78), antara biomassa batang dengan diameter ialah Y = 0,1147 X 1,9238  (R2  =  0,65), antara biomassa akar dengan diameter ialah Y = 0,0203 X 2,1291  (R2  = 0,63) dan antara biomassa total dengan diameter ialah Y = 0,1969X = 0,72)