Nia Marniati Etie Fajari
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

TIPOLOGI ARTEFAK BATU LIANG ULIN 2 Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol 10 No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1565.674 KB) | DOI: 10.24832/nw.v10i2.55

Abstract

Situs Liang Ulin 2 yang berada di kawasan karst Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan adalah salah satu gua hunian dari masa prasejarah. Data arkeologi yang berupa pecahan gerabah, alat tulang, dan artefak batu serta himpunan tulang binatang dan cangkang kerang adalah bagian dari aktivitas kehidupan manusia. Peralatan yang dihasilkan merupakan bentuk respon manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang paling dasar, antara lain pangan, sandang, dan papan. Sementara itu, keberadaan artefak batu di Liang Ulin 2 yang belum dibahas sebelumnya memunculkan permasalahan terkait dengan tipologi dan teknologi serta argumen fungsinya. Metode yang digunakan untuk menentukan tipologi adalah klasifikasi yang menghasilkan terminologi tiap kelompok yang terbentuk. Klasifikasi yang disusun berhasil menggolongkan artefak batu Liang Ulin 2 menjadi dua kelompok besar, yaitu alat dan bukan alat. Kelompok alat yang terdiri atas batu inti dan serpih dengan retus diketahui tidak memiliki bentuk dan fungsi tertentu. Alat serpih dibuat untuk fungsi praktis dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Sementara itu, kelompok bukan alat yang terdiri atas serpih proksimal, fragmen serpih, dan tatal adalah hasil dari pangkasan dalam proses pembuatan alat yang tidak digunakan
SUMBER BAHAN DAN TRADISI ALAT BATU AWANG BANGKAL Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol 5 No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i1.61

Abstract

Abstrak. Awang Bangkal tercatat sebagai salah satu situs paleolitik tertua di Kalimantan bagiantenggara. Penelitian pada 1970an telah berhasil menemukan kapak-kapak perimbas di beberapalokasi yang berada di aliran Sungai Riam Kanan ini. Kini penelitian lebih lanjut di lokasi tersebutsulit dilakukan, karena sebagian besar badan Sungai Riam Kanan telah tenggelam akibatpembendungan sungai untuk waduk pembangkit listrik. Yang masih tampak tersisa di daerahAwang Bangkal saat ini adalah perbukitan yang mengandung sumber batuan. Makalah ini akanmemaparkan dan membahas hasil survei di Awang Bangkal pada tahun 2010 yang berhasilmengumpulkan sampel batuan bahan alat dan beberapa temuan artefaktual. Hasil analisis temuanmemberikan gambaran mengenai jenis batuan apa saja yang digunakan untuk membuat alatbatu, serta tradisi budaya alat batu yang berkembang di Awang Bangkal. Jika dilihat dari tradisi alatbatunya, temuan artefaktual di situs ini tidak hanya menunjukkan ciri teknologi paleolitik tetapi jugateknologi neolitik. Hal ini dibuktikan dengan temuan beliung batu dan batu berbentuk paku yangsudah dikerjakan dengan baik dan dihaluskan.
ANALISIS RESIDU BEKAS PAKAI: PROSEDUR DAN MANFAATNYA UNTUK PENELITIAN ARKEOLOGI DI KALIMANTAN Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol 2 No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.165

Abstract

Microscopic analysis on traces of deposits on tools, either residue analysis or use-wear analysis, may provide information on technological characteristic, function, and types of use-wear of an artifact, which will further explain pattern of subsistence, exploiting plants and technology. Unfortunately, such analysis is still rarely used in an archaeological research in Kalimantan. This article discusses the advantages and prospect of benefiting microscopic analysis in archaeological researches in Kalimantan.
ANALISIS FITOLIT (PHYTOLITH ANALYSIS): PADA RESIDU ARTEFAK TULANG SITUS SONG BLENDRONG Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol 3 No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v3i2.178

Abstract

The result of phytolith analysis on Song Blendrong bone tools was the identification of a number of plant species which likely to had been benefited from by human in the past. In accordance to its morphological analysis, the identification was used as reference to interpret the function of Song Blendrong bone tools, which suggest their continuous use during the Pleistocene. It is futher suggested that humans in Song Blendrong used bone tools to exploit their surrounding enviroment, especially edible plant resources. This article discusses the phytolith analysis result that were done at bone tools from Song Blendrong rockshelter for describing the bone tools function.
KERANGKA MANUSIA DARI SITUS GUA JAUHARLIN 1, KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Delta Bayu Murti; Nia Marniati Etie Fajari; Ulce Oktrivia; Eko Herwanto; Gregorius Dwi Kuswanta; Muhammad Wishnu Wibisono; Toetik Koesbardiati
Naditira Widya Vol. 14 No. 2 (2020): Naditira Widya Volume 14 Nomor 2 Oktober Tahun 2022
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian di situs Gua Jauharlin 1 telah dilakukan selama dua tahun, pada 2018 dan 2019. Pada tahun kedua diperoleh temuan kerangka manusia. Kondisinya hampir lengkap, tanpa bagian kaki, dan diberi kode GJL 1.1. Akan tetapi, di dekat cranium GJL 1.1, ditemukan sepasang tulang kaki manusia yang diduga milik individu GJL 1.1. Tujuan penelitian ini adalah menentukan identitas rangka GJL 1.1 berkaitan dengan data individu dan analisis konteks kuburnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis makroskopis untuk data individu GJL 1.1, serta pendekatan arkeotanatologi untuk analisis konteks kuburnya. Analisis makroskopis menghasilkan informasi profil biologis GJL 1.11, yang mengindikasikan individu berjenis kelamin laki-laki, umur 26,9-42,5 tahun, tinggi badan 155,1–165 cm, dan memiliki afiliasi dengan populasi Asia. Aktivitas mengunyah sirih pinang terindikasi berdasarkan fitur warna kuning kecokelatan pada permukaan labial dan buccal gigi individu GJL 1.1. Hasil analisis arkeotanatologi menunjukkan arsitektur kubur peletakan-penimbunan mayat GJL 1.1, serta tipe kubur yang bersifat primer. Hasil uji short tandem repeat combined deoxyribonucleic acid index system (STR CODIS) dengan menggunakan sampel dari sepasang tulang kaki dan rangka GJL 1.1, menunjukkan bahwa keduanya adalah individu yang berbeda.The two-season researches in Gua Jauharlin 1 site were carried out in 2018 and 2019. A human skeleton, sans its lower limbs, was discovered during the second season of excavation and coded GJL 1.1. However, a pair of human leg bones were found close to the cranium of GJL 1.1, which was suggested to belong to the individual of GJL 1.1. The research objective was to determine the identity of the GJL 1.1 in association with its individual attribute and the analysis of its burial context. This study uses a macroscopic analysis method to obtain individual data of GJL 1.1, as well as an archeothanatology approach to analyse the burial context. The macroscopic analysis yielded information on the biological profile of GJL 1.11 suggesting the individual is male, aged 26.9-42.5 years, height 155.1-165 cm, and has an affiliation with the Asian population. The brownish-yellow stain on the labial and buccal surface of human teeth of GJL 1.1 indicate betel nut chewing. The result of archeothanatological analysis suggests the architecture of the burial of GJL 1.1 with regard to laying-covering corpses and a primary burial. The results of the short tandem repeat combined deoxyribonucleic acid index system (STR CODIS) test, using samples from a pair of leg bones and the GJL 1.1 skeleton, indicate that the two came from different individuals.
SITUS PULAU SIRANG: DATA BARU JEJAK PALEOLITIK DI KALIMANTAN Nia Marniati Etie Fajari; Jatmiko; Imam Hindarto; Eko Herwanto; Yuka Nurtanti Cahyaningtyas; Ulce Oktrivia
Naditira Widya Vol. 12 No. 1 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jejak budaya paleolitik di Kalimantan ditemukan di lembah Sungai Riam Kanan, yaitu di situs Awang Bangkal danRantau Balai. Data arkeologi yang ditemukan di situs-situs tersebut berupa kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, kerakal dipangkas, dan fragmen serpih. Debit air waduk Riam Kanan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan secara signifikan memunculkan situs yang semula tenggelam, yang disebut Pulau Sirang. Fenomena ini memunculkan pertanyaanpertanyaanyang berkaitan dengan bentuk, sebaran, dan kronologi data arkeologi. Penelitian ini merupakan penelitian penyelamatan yang bertujuan untuk mengumpulkan, dan mendokumentasikan data arkeologi sebanyak mungkin denganrangkaian metode penelitian survei, ekskavasi, dan analisis. Kami laporkan hasil survei dan ekskavasi di Pulau Sirangberupa (dalam terminologi Movius) kapak perimbas, kapak penetak, proto pahat genggam, kapak genggam, serpih, serut,bilah, lancipan, fragmen serpih, perkutor, batu inti, dan tatal. Sebaran artefak batu tersebut terkonsentrasi di permukaan Pulau Sirang utama, dan beberapa ditemukan di pulau-pulau lain di sekitarnya. Palaeolithic sites in Kalimantan are located in the Riam Kanan Valley at the Awang Bangkal and Rantau Balai sites. Lithics include pebble tools, hand-axes, flakes and debitage. Power plant construction has recently lowered the level of the Riam Kanan reservoir, revealing a formerly submerged site with surface lithics called Pulau Sirang. This phenomenonraises questions on the morphology of lithics, and their distribution and chronology. The present investigation is a rescueresearch which aims to collect and record as many archaeological data as possible by a sequence of method comprisingsurvey, excavation, and analysis. We report on archaeological survey and excavation at Pulau Sirang, a site which hasyielded (in Movius terminology) a range of choppers, chopping tools, proto-hand-adzes, hand-axes, flakes, scrapers,blades, points, flake shatter, awls, cores, and debitage. The distribution of these lithics is concentrated on the surface of themain Pulau Sirang, and some are also found on other small emergent islands around it.
KARAKTERISTIK SITUS-SITUS ARKEOLOGI KALIMANTAN SELATAN BERDASARKAN LOKASI GEOGRAFIS Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol. 11 No. 1 (2017): Naditira Widya Volume 11 Nomor 1 April Tahun 2017
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki bentang lahan berupa wilayah Pegunungan Meratus, perbukitan karst Meratus, lahan basah pada daerah aliran sungai, serta wilayah pesisir dan kepulauan. Lingkungan di keempat satuan lahan tersebut menyediakan kekayaan hayati melimpah sehingga menjadi kawasan budaya yang dihuni oleh manusia sejak masa prasejarah sampai dengan saat ini. Penelitian arkeologi di Kalimantan Selatan menemukan situs-situs arkeologi yangtersebar pada tiap-tiap satuan lahan. Artikel ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana karakteristik situs arkeologi yang berada di Kalimantan Selatan berdasarkan kondisi geografisnya. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dari tahun 1993-2015 di wilayah Kalimantan Selatan. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan klasifikasi situs berdasarkan lokasi geografis. Langkah selanjutnya adalah identifikasi situs berdasarkan parameter letak geografis dan kondisi lingkungan, karakteristik temuan, karakteristik budaya, dan kronologi waktu baik absolut ataupun relatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik situs pada setiap lokasi geografis yang berbeda. Hasil analisis menghasilkan kecenderungan karakteristik situs arkeologi di Kalimantan Selatan, yaitu adanya orientasi pemilihan lokasi hunian seiring dengan kronologi waktu, karakteristik situs dan data arkeologi dipengaruhi oleh kondisi geografisnya, dan usulan lokasi strategis yang dapat ditindaklanjuti oleh tim peneliti di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan. South Kalimantan Province has a landscape in the form of Meratus Mountains, Meratus karst hills, wetlands in the Barito River Basin, coastal areas and islands. Environment at those landscapes provides abundant resources and become cultural areas that has been occupied since prehistory until recently. The archaeological research in KalimantanSelatan has found archaeological sites that spreads along each landscapes. This article discusses about characteristics of archaeological sites in Kalimantan Selatan based on geographical location. The sources of study are from some archaeologicalreports conducted by Balai Arkeologi Kalimantan Selatan during 1993 to 2015. The research method has been done byclassifying the archaeological sites based on geographical location. Then identyfication is conducted to develop the parameterconsisting of geography and environmental conditions, characteristic of data, cultural characteristics, and the chronology either absolute or relative to define the character of archaeological sites. This study aims to determine the characteristics of sites in each different geographic location. The result shows that there is a tendency of the characteristics such as orientation of residential location choice which is along with chronology, the characteristics and archaeological data are influenced by geographical conditions, and the proposed strategies of site location that can be followed up by researchers at Balai Arkeologi Kalimantan Selatan.
TIPOLOGI ARTEFAK BATU LIANG ULIN 2: ANALISIS FUNGSIONAL BERDASARKAN MORFOLOGI Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol. 10 No. 2 (2016): Naditira Widya Volume 10 Nomor 2 Oktober Tahun 2016
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Situs Liang Ulin 2 adalah salah satu ceruk hunian prasejarah di kawasan karst Mantewe, Kalimantan Selatan. Artefak dan ekofak yang ditemukan merupakan jejak aktivitas manusia masa lalu. Data tersebut adalah bentuk respon manusia guna pemenuhan kebutuhan hidup yang paling mendasar, antara lain pangan, sandang, dan papan. Penelitian ini membahas permasalahan mengenai keragaman artefak batu yang ditemukan di Liang Ulin 2. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan fungsi alat batu berdasarkan bentuk dan tipologinya. Penjabaran fungsi alat diharapkan dapat menambah informasi tentang kehidupan masa prasejarah di Liang Ulin 2. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan dua tahap kegiatan, yaitu analisis dan interpretasi. Analisis data dilakukan secara makroskopis untuk menentukan morfologi dan tipologi artefak batu. Interpretasi disusun berdasarkan argumen fungsional sesuai dengan bentuk alat batu yang sudah ditetapkan. Hasil analisis menunjukkan terdapat dua kelompok artefak batu, yaitu alat dan bukan alat. Alat terdiri atas batu inti dan serpih dengan retus, sedangkan kelompok bukan alat terdiri atas serpih proksimal, fragmen serpih, dan tatal. Analisis argumen fungsional menunjukkan, jenis alat batu serpih dengan retus digunakan untuk aktivitas manusia sehari-hari sepertimengupas, memotong, menyerut, dan mengiris. Alat batu Liang UIin 2 memiliki bentuk bervariasi yang digunakan untukberbagai keperluan, tanpa ada tipe khusus yang disiapkan untuk aktivitas tertentu. Liang Ulin 2 is one of the prehistoric rock-shelters in the Mantewe karst region, South Kalimantan. Artifacts dan ecofacts that had been found there were traces of past human activity. The data are forms of human responses for fullfiling the basic needs, such as food, clothing, and shelter. This study discusses the diversity of lithics found in Liang Ulin 2. The aim of this research is to explain the function of stone tools based on morphology and typology. The description of tool function is expected to add information of the prehistoric life in Liang Ulin 2. This research uses descriptive method with twosteps, analysis and interpretation. Macroscopic analysis was conducted to determine the lithic morphology and typology.Interpretation is elaborated based on a functional argument in accordance with the lithic morphology that have been defined. The result showed there were two groups of lithic, which are tool and debitage. Tool consists of core and flake, while debitage consists of proximal flake, flake shatter, and nonflake. Functional argument analysis shows that retouching flake tool was used for everyday human activities, such as peeling, cutting, scrapping, and slicing. Lithic of Liang UIin 2 has varied forms used for many purposes, without any special typhology prepared for a particular activity.
JEJAK REKAM BALAI ARKEOLOGI BANJARMASIN DALAM LAPORAN PENELITIAN ARKEOLOGI TAHUN 1993-2013 Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol. 9 No. 1 (2015): Naditira Widya Volume 9 Nomor 1 April Tahun 2015
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Laporan Penelitian Arkeologi yang lebih dikenal dengan istilah LPA merupakan output kegiatan penelitian arkeologi di Balai Arkeologi Banjarmasin. Laporan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban baik secara administrasi dan ilmiah untuk setiap penelitian yang sudah dilakukan. Namun, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar LPA disusun untuk sekedar memenuhi kewajiban administrasi dan cenderung mengabaikan sisi keilmiahannya. Makalah ini disusun untuk membahas kecenderungan jenis-jenis penelitian arkeologi berdasarkan LPA di Balar Banjarmasin serta mengungkapkan permasalahan yang ada dalam penelitian dan penyusunan laporan. Kajian dilakukan dengan pengamatan parameter penelitian pada setiap jenis penelitian arkeologi yang terdiri atas eksploratif, eksplikatif atau deskriptif, dan eksplanatif. Laporan penelitian arkeologi dikelompokkan berdasarkan parameter penelitiannya, yang mencakup rumusan permasalahan dan metode penelitian (model penalaran, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data). Hasil identifikasi tersebut kemudian diamati untuk melihat kecenderungan yang tampak pada kegiatan penelitian di Balar Banjarmasin. Kecenderungan yang dapat dilihat, yaitu sebagian besar penelitian bersifat deskriptif dengan model penalaran induktif. Kajian ini juga mengidentifikasi dua jenis masalah dalam kegiatan penelitian yang terdiri atas permasalahan akademis dan teknis. Permasalahan tersebut dirasa cukup fundamental, sehingga perlu dipikirkan solusi yang tersinergi untuk membawa penelitianarkeologi Balar Banjarmasin menuju ke arah yang lebih baik.Archaeological research reports known as LPA (Laporan Penelitian Arkeologi) are the output of archeological research activities at Balai Arkeologi Banjarmasin. The reports are compiled as the form of accountability for both administration and scientific aspects in every conducted research. The fact indicates that the most of reportswere composed as administration obligation rather than important memoir. This paper discusses the trend of archaeological research types based on the reports at Balai Arkeologi Banjarmasin and also reveals problems during the research implantation and report composing. The assessment was undertaken through research parameter observation for all kindof archaeological researches which consist of explorative, explicative or descriptive, and explanative. The reports are divided based on the content of research parameters, problem formulation and methodology (reasoning, data collecting, and analysis method). Furthermore, the resultswere observed to see the tendency in every conducted researches. The most of archaeological researches have tendency of descriptive-inductive. It is also identified the two kind of problems during research activities, academic and technical. The problems become fundamental, and need to be considered for gaining the synergies solution in order to bring archaeological researches at Balai Arkeologi Banjarmasin towards a better direction.