Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH SENTRIPUGASI SEDERHANA PADA BEBERAPA VARIASI WAKTU PENGADUKAN DAN TINGKAT KETUAAN KELAPA TERHADAP BERAT JENIS, BILANGAN ASAM DAN ORGANOLEPTIK DARI VCO Andi Lisnawati
Buletin Loupe Vol 12 No 02 (2014): Edisi Desember 2014
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembuatan VCO dengan menggunakan alat sentripugal sederhana yaitu mixer bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh tingkat ketuaan kelapa dan waktu pengadukan terhadap berat jenis dan bilangan asam serta tingkat kesukaan terhadap warna dan aroma yang dihasilkan. Pembuatan Virgin Coconut Oil dilakukan dengan perbedaan tingkat ketuaan kelapa yaitu sangat tua (sudah bertunas) dan tua serta lama pengadukan yaitu 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit dan masing-masing sampel ini diuji kualitasnya yang meliputi Berat Jenis, dan Bilangan Asam serta tingkat ksukaan yang diperoleh dan dilanjutkan dengan analisis factorial RAL untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Hasil penelitian diperoleh bahwa perbedaan tingkat ketuaan kelapa dan lama pengadukan mempengaruhi kualitas virgin coconut oil yang dihasilkan, yaitu semakin tua kelapa dan semakin lama pengadukan, maka persentase Berat Jenis semakin besar begitupun dengan bilangan asamnya semakin besar.
Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Dalam Meningkatkan Produksi Rengginang Di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Netty Maria Naibaho; Andi Lisnawati; Khusnul Khotimah; Rudito Rudito; Anis Syauqi; Mujibu Rahman; Tere Adi Susanti; Hamka Hamka; M. Yamin
Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS) Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.646 KB) | DOI: 10.33474/jipemas.v3i1.4465

Abstract

Rengginang is one of the traditional foods of the archipelago that has been consumed as a snack or main food since time immemorial. At the first rengginang is a food made from the rest of rice that does not run out, rather than being wasted in rice, it is processed into savory and crunchy food in the form of rengginang. Usually the processing is very simple, it is only dried by drying and frying and can be consumed immediately. Along with the time the tasty and crunchy food is very popular with consumers, so that the prestige of rengginang extends among the community and becomes one of the business opportunities for the culprit, especially the housewife, namely Mrs. Darmini. This science and technology for the community has a positive effect on partners and other business people that the importance of using simple technology is effective, thus increasing the production process of rice. The introduction and administration of a sealer is also very important to maintain the quality of the rengginang. Besides that, the need for legality of business such as P-IRT to ensure food security for consumers. This science and technology activity for the community is expected to continue as an effort to provide coaching and mentoring for micro-businesses that have the prospect of being able to survive and develop in the future
Aplikasi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix) Sebagai Active Agent Dalam Pembuatan Edible Coating Berbasis Tepung Agar Pada Produk Bakso Sapi Farida Aryani; Nur Maulida Sari; Andi Lisnawati
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.823 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.942

Abstract

Kesadaran masyarakat akan penggunaan bahan tambahan makanan alami berdampak baik bagi pengembangan penggunaan minyak atsiri sebagai salah satu alternatif sebagai bahan pengawet makanan. Salah satu minyak atsiri yang memiliki potensi sebagai antibakteri adalah minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk purut (Citrus hystrix). Minyak atsiri dari daun jeruk purut dapat ditambahkan sebagai active agent dalam pembuatan coating pada produk bakso sapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut yang paling efektif untuk digunakan pada pembuatan edible coating yang dapat memperpanjang masa simpan produk bakso sapi dan tingkat kesukaan panelis terhadap produk bakso sapi dengan adanya penambahan konsentrasi yang berbeda. Tahapan penelitian diawali dengan proses pengambilan sampel bahan baku pembuatan minyak atsiri daun jeruk purut, lalu dilanjutkan dengan proses penyulingan dengan menggunakan metode uap dan air (water steam distillation), lalu kemudian dilakukan proses pemisahan minyak. Pembuatan edible coating menggunakan tepung agar dengan minyak atsiri daun jeruk sebagai active agent dilakukan dalam beberapa konsentrasi yaitu 0.1% ; 0,3% ; dan 0,5%. Bakso yang disimpan pada suhu 25oC selama 2 hari telah mengalami kerusakan berdasarkan nilai pH dan total mikroba. Sedangkan pada suhu 12 оC sampai hari ke-12 dan suhu 4 oC sampai hari ke 19 bakso yang ditambah minyak atsiri jeruk purut masih baik berdasarkan pH dan total mikroba. Bakso yang dihasilkan disukai panelis dengan sifat sensorik terhadap warna, dan tekstur, kecuali pada rasa dan aroma hanya disukai bakso dengan konsentrasi 0 dan 1% kandungan minyak atsiri jeruk purut pada edible coating bakso. Edible coating pada bakso dengan penambahan bahan anti bakteri dari minyak atsiri jeruk purut memiliki fungsi sebagai bahan antibakteri yang baik. Secara keseluruhan, penelitian ini menghasilkan paket teknologi tepat guna dalam optimalisasi potensi minyak atsiri jeruk purut sebagai upaya inovatif dalam pengembangan Ipteks pengemasan pangan yang aman dan ramah lingkungan, khususnya pada pengemasan bakso.
Studi Pengolahan Manisan Kering Buah Nipah (Nypa fruticans) Andi Lisnawati
Buletin Loupe Vol 16 No 01 (2020): Edisi Juli 2020
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.536 KB) | DOI: 10.51967/buletinloupe.v16i01.74

Abstract

Nipah (Nypa fruticans (thund.)Wurmb)) termasuk tanaman dari suku Palmae dan dikelompokkan ke dalam tanaman hutan mangrove. Nipah merupakan sumber pangan dan energi, namun belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan pangan yang memiliki mutu gizi yang tinggi. Dengan komposisi yang tepat, buah nipah bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi manisan yang nantinya memiliki nilai ekonomis sebagai sumber penghasilan masyarakat sekitar hutan mangrove. Sebanyak 100 gr buah nipah dipotong kecil. Kemudian direndam air kapur 15 gram kapur/750 ml air selama 15-30 menit lalu dicuci dan ditiriskan. Buah nipah lalu diblancing selama 5 menit dan disiapkan larutan gula dengan konsentrasi 40%, 50% dan 60% dan dimasak selama 10-15 menit dan direndam dalam larutan gula selama 24 jam, lalu ditiriskan. Untuk mendapatkan manisan kering digunakan oven dengan suhu 60OC selama 10 jam. Hasil uji sensoris rasa, warna, aroma dan tekstur yang disukai adalah perlakuan 1 dengan niali masing-masing adalah 3.49, 3.44, 3.31 dan 3.11. Sedangkan untuk sifat kimia yang masuk dalam SNI Manisan adalah perlakuan 1 dengan kadar air 11%, kadar abu 0.5%, rendemen 64.33% dan kandungan gula (total padatan terlarut adalah 12.17%.
Karakteristik Kimia dan Sensori Abon Nangka Muda dengan Penambahan Daging Ayam pada Rasio yang Berbeda Andi Lisnawati
Buletin Loupe Vol 17 No 01 (2021): Edisi Juni 2021
Publisher : Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.376 KB) | DOI: 10.51967/buletinloupe.v17i01.500

Abstract

Nangka muda merupakan salah satu sayuran yang selama ini hanya digunakan dan dimanfaatkan sebagai sayuran, memiliki daya simpan yang relative cukup singkat, dan kandungan proteinnya yang rendah, sehingga perlu tambahan bahan lain untuk meningkatkan kandungan proteinnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada penelitian ini dilakukan pembuatan abon dari nangka muda dengan penambahan daging ayam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor dan masing-masing 2 taraf, sehingga ada 4 perlakuan yaitu: P1(80% nangka kukus:20% daging ayam), P2(80% nangka direbus : 20% daging ayam), P3(60% nangka dikukus : 40% daging ayam) dan P4(60% nangka direbus: 40% daging ayam). Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar protein, serta uji organoleptic yang meliputi aroma, rasa, warna dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air terendah, kadar abu tertinggi dan kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 yang secara berturut-turut nilainya adalah 9,25%, 7,73%, dan 22,12%. Adapun hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa secara umum abon disukai panelis dimana skor tertinggi untuk warna 4,08, rasa sebesar 3,96, aroma sebesar 3,88 serta tekstur sebesar 3,92.
Forest Land Change Assessment of Karang Mumus Sub-Watershed Area Sri Endayani; Andrew Stefano; Fathiah; Hamka; Andi Lisnawati:
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 29 No. 1 (2023)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7226/jtfm.29.1.35

Abstract

Karang Mumus watershed is an important area as a port and gateway to the inland of East Kalimantan, causing the trade sector and water transportation services in this city to be very developed. Traders and immigrants from various regions who came in, stopped by, performed business, and stayed have caused the riverbanks to develop into economic and trade centers. One of the issues in the Karang Mumus sub-watershed is the conversion of forest area to agricultural land. With the improper use of agrotechnology and soil conservation, agricultural operations result in erosion and reduced land yield. This study aims to evaluate the Karang Mumus sub-potential watersheds to support land capability by using the overlay method (geoprocessing) of a geographic information system (GIS) based on criteria for classifying land capabilities and a data analysis approach. The findings revealed that the Karang Mumus sub-land watersheds primarily are categorized as land capacity class III, with a moderate erosion limiting factor that covers 15,864 ha (50.45%). The remaining areas are categorized into land capability classes IV and VI, with class IV having a severe slope limiting factor and class VI having a severe slope limiting factor with a fairly strong soil sensitivity to erosion, covering 8,751.14 ha (27.83%) and 6,829.85 ha (21.72%), respectively. Class III land is recommended for agricultural cultivation, application of appropriate agro-technology, and soil and water conservation. This study recommends that class IV and VI lands area are used for community forests or plantation forests managed by government agencies involved in the forest area stabilization center (BPKH) Region IV Samarinda.
PENGENALAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITAS PERKEBUNAN BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR: Introduction To Plantation Commodity Processing Technology For Senior High School Students In Samarinda, East Kalimantan M. Atta Bary; Edi Wibowo Kurniawan; Rudito Rudito; Andi Lisnawati; Ahmad Zamroni; Mujibu Rahman; Muh. Yamin; Elisa Ginsel Popang; Anis Syauqi; Netty Maria Naibaho; Hamka Hamka; Farida Aryani; Mika Debora Br Barus; Adnan Putra Pratama; Dody Purwanto; Supriono Supriono; Yuliana Sabarina Lewar; Silvia Darmans; Rindawati Rindawati
MESTAKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 5 (2023): Oktober 2023
Publisher : Pakis Journal Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58184/mestaka.v2i5.154

Abstract

Higher education has a noble task, namely disseminating science and technology and cultural arts to all citizens with personal and institutional references to the principles of scientific methodology. Community capabilities need to be developed from various social strata by conveying the Tri Dharma of Higher Education, which is the main task of lecturers, this is a form of effort from universities to accelerate competitiveness to encourage the realization of government programs in national development. This community service activity is in collaboration with partners, namely high school and vocational schools (SMA / K) in Samarinda. The target of this program is to introduce and disseminate laboratory-based processing of plantation commodities at the Samarinda State Agricultural Polytechnic (PPNS) campus. From the results of observations in the field, there are still many high school / vocational students in Samarinda who are still not familiar with the processing technology of plantation commodities and the processing process and analysis techniques. The method of this activity is the delivery of material directly (lectures), discussion and deepening of the material by means of questions and answers, as well as simulation of laboratory-scale plantation commodity processing technology. The result of the implementation of this service is an increase in students' knowledge regarding plantation commodity processing technology and the students involved in this activity are able to master plantation commodity processing technology.
Impact Of Climate Change On Cognitive Aspect And Income Of Marn Farmers In Marginal Area In Lombok Timur District Muhammad Joni Iskandar; Adnan Putra Pratama; Andi Lisnawati
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 10 No 2 (2023)
Publisher : UNIVED Press, Dehasen University Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/agritepa.v10i2.4979

Abstract

Climate change is a phenomenon that farmers do not want to exist because the production risk it creates is quite high. Given that the ability of farmers in anticipation is still minimal with limited information and knowledge so that the potential for crop failure is large. The purpose of this study is to estimate the impact of climate change on the cognitive aspects and income of corn farmers in marginal areas. The research location was determined purposively in Jerowaru District. The research sample of 30 was determined by census in the Temodo Lestari farmer group. Estimation of the cognitive aspects uses the EPIC model with the Likerts Summated Rating Scale (LSRS) while income is estimated using the concept of total revenue minus the total cost while running a corn farming business. The results showed that more than 60 percent of farmers know about climate change and the risks it poses. While the climate change adaptation strategy for the majority of farmers has not implemented it as a result of more than 30 percent of farmers still lack information related to climate change. The income of corn farmers due to climate change is more than 40 million per hectare.