Articles
Deep Sea Sediment Gravity Flow Deposits in Gulf of Tomini, Sulawesi
Kusnida, Dida;
Subarsyah, Subarsyah
Indonesian Journal on Geoscience Vol 3, No 4 (2008)
Publisher : Geological Agency
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (416.142 KB)
|
DOI: 10.17014/ijog.v3i4.62
http://dx.doi.org/10.17014/ijog.vol3no4.20084Micro plate collision against the Eastern Arm of Sulawesi since Pliocene has resulted in a major supply of terigenous sediments into Late Miocene rift-basins in Gulf of Tomini. Studies on offshore multi-channel seismic reflection data complemented by published on-land geological data indicate a series of tectonic events that influenced the depositional system in the Gulf of Tomini. During the Late Neogene, alternating pulses of terigenous sediments were deposited in the basins in the form of deep-sea slump-turbidite-pelagic sediments. A sediment gravity flow deposit system at the slope and the base of the basins changed gradually into a deep-sea pelagic fill system toward the center of the basins. Three tectono-stratigraphy sequences (A, B, and C) separated by unconformities indicating the Late Neogene history and the development of the basins were identified. These tectonic processes imply that the earlier sediments in the Gulf of Tomini are accomplished by a differential subsidence, which allows a thickening of basin infill. The Pliocene-Quaternary basin fill marks the onset of a predominant gravity flow depositional system Â
Basement Configuration of the Tomini Basin deduced from Marine Magnetic Interpretation
Kusnida, Dida;
Subarsyah, Subarsyah;
Nirwana, B.
Indonesian Journal on Geoscience Vol 4, No 4 (2009)
Publisher : Geological Agency
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1781.838 KB)
|
DOI: 10.17014/ijog.v4i4.86
DOI:Â 10.17014/ijog.v4i4.86This paper presents the result of marine magnetic survey in Tomini Basin, Central Indonesia. On the basis of marine magnetic modeling, the main structural and geological elements of the basement of Tomini Basin are identified. At the centre of the basin, the up-doming feature points to an elevated magnetic susceptibility value. A geological model indicates that the entire basement of Tomini Basin is characterized by an oceanic-like crust with a basin axis at the centre nearly an east-west direction and suggests a rift-related graben.
PENGARUH BANDWIDTH FREKUENSI TERHADAP KUALITAS PENAMPANG SEISMIK PADA DATA SEISMIK REFLEKSI 2D DI PERAIRAN WETAR MALUKU
Sukmadraeni, Peby;
Subarsyah, Subarsyah;
Iryanti, Mimin
ISSN
Publisher : Program Studi Fisika
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Frekuensi sinyal seismik di lapangan mempunyai bandwidth yang cukup lebar namun tidak semuanya mengandung sinyal seismik yang diinginkan karena sebagian merupakan noise sehingga dapat mempengaruhi kualitas penampang yang dihasilkan baik S/N ratio, penetrasi dan resolusinya. Filter lolos-pita merupakan salah satu metode filtering yang mampu menekan noise dalam spektrum frekuensi dari sinyal. Ketepatan pemilihan bandwidth frekuensi yang diloloskan merupakan hal yang sangat penting dalam proses filter lolos-pita. Proses filter lolos-pita dilakukan pada data seismik refleksi 2D di Perairan Wetar, Provinsi Maluku. Untuk mendapatkan penampang yang optimal secara kualitatif, dilakukan pengujian bandwidth frekuensi yang bervariasi pada filter lolos-pita. Bandwidth frekuensi yang lebar yang meloloskan seluruh frekuensi pada selubung pertama dari spektrum frekuensi menghasilkan penampang seismik dengan kualitas optimal. Bandwidth frekuensi 5Hz-100Hz menghasilkan penampang seismik terbaik di Perairan Wetar lintasan 15. Hal tersebut terlihat dari resolusi yang tinggi, penetrasi yang dalam dan noise teratenuasi cukup baik dibandingkan dengan penampang yang lain.
VARIASI NILAI MIGRATION APERTURE PADA MIGRASI KIRCHOFF DALAM PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI 2D DI PERAIRAN ALOR
Nuraisah, Siti;
Subarsyah, Subarsyah;
Iryanti, Mimin
ISSN
Publisher : Program Studi Fisika
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Migrasi merupakan salah satu tahapan dalam pengolahan data seismik dengan tujuan untuk memindahkan posisi pemantul semu (hasil rekaman) ke posisi pemantul yang sebenarnya (pemantul geologi). Proses migrasi dilakukan setelah data di-stack dalam domain waktu (post stack time migration) dengan menggunakan migrasi Kirchoff pada data seismik refleksi 2D di perairan Alor. Untuk mendapatkan penampang bawah permukaan yang terbaik dilakukan pengujian beberapa nilai migration aperture. Perbandingan dari setiap penampang untuk nilai migration aperture yang berbeda dianalisis dan digunakan untuk mengidentifikasi struktur geologi yang terdapat di Perairan Alor. Nilai migration aperture sebesar 512,5 meter memberikan penampang terbaik untuk data seismik di Perairan Alor lintasan 21, terlihat dari kemampuan menghilangkan efek bowtie di sekitar CDP 15421 sampai CDP 16261, kontinuitas reflektor yang jelas dan menerus pada CDP 13741 sampai CDP 18151 dan mempunyai penampang dengan resolusi lateral lebih baik dibandingkan dengan penampang dengan nilai migration aperture yang lain. Struktur geologi yang terdapat pada penampang yaitu struktur berupa patahan, antiklin dan sinklin.
ELIMINASI ARTEFAK DALAM PENAMPANG SEISMIK DENGAN TAHAPAN PENGOLAHAN DATA SEISMIK MULTICHANNEL DI AREA BONE LINE 1
Purwanti, Sinta;
Subarsyah, Subarsyah;
Iryanti, Mimin
ISSN
Publisher : Program Studi Fisika
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Telah dilakukan pengolahan data seismik multichannel pada Area Bone line 1.Proses pengolahan data ini terdiri dari dua bagian penting yaitu preprocessing dan processing. Preprocessing meliputi tahapan geometri, bandpassfilter, true amplitudo recovery dan dekonvolusi. Processing meliputi analisa kecepatan, koreksi NMO, stacking dan migrasi. Hasil dari stacking didapatkan penampang seismik yang dapat digunakan sebagai interpretasi awal dari pencitraan bawah permukaan. Hasil analisis dari penampang seismik hasil stacking pada penelitian ini masih terdapat noise berupa artefak seismik seperti bow tie dan multipel. Artefak ini bisa dihilangkan melalui proses migrasi. Pada penelitian ini proses migrasi yang digunakan adalah post stack migration yaitu migrasi yang dilakukan setelah proses stack. Hasil penampang dari proses migrasi pada penelitian ini artefak seismik pada penampang berupa bow tie dapat dihilangkan walaupun masih terdapat swing atau efek smile pada penampang tersebut. Pada penampang baik hasil stacking ataupun migrasi masih terdapat multipel. Multipel ini tidak dapat dihilangkan namun di atenuasi. Pada penelitian ini untuk atenuasi multipel digunakan metode wave equation multiple rejection (WEMR). Metode ini baik digunakan pada data yang memiliki offset yang terbatas. Proses dari metode ini yaitu memprediksikan multipel dengan cara picking horizon pada reflektor primer kemudian dieleminasikan pada multipel yang ingin dihilangkan.
APLIKASI METODE TRANSFORMASI RADON UNTUK ATENUASI MULTIPLE PADA DATA SEISMIK REFLEKSI MULTICHANNEL di PERAIRAN PULAU MISOOL
Evant, Solina;
Subarsyah, Subarsyah;
Feranie, Selly
ISSN
Publisher : Program Studi Fisika
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Telah dilakukan pengolahan data sesimik 2D di perairan Pulau Misool Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat. Lintasan yang digunakan adalah lintasan 42 pada area bawah permukaan di perairan Pulau Misool (PMSL 42). Data yang diperoleh memunculkan gelombang refleksi dapat menginformasikan penampang seismik permukaan bawah laut dengan melemahkan atau menghilangkan gelombang lainnya termasuk noise di dalamnya. Kehadiran noise menyebabkan gangguan terhadap interpretasi data. Oleh karena itu noise pada data tersebut dapat diupayakan untuk dihilangkan dengan menggunakan beberapa aplikasi dalam metode seismik, seperti dekonvolusi, stacking dan migrasi. Metode Transformasi Radon ini merupakan metode yang biasa digunakan untuk mengatenuasi multiple pada data seismik 2D terutama water bottom multiple. Metode Transformasi Radon digunakan dalam domain tau-phi, hal ini dikarenakan suatu multiple akan mudah dibedakan data primernya, dengan memanfaatkan nilai perbedaan move out antara sinyal primer dan multiple. Hasil analisa penampang seismik dengan menggunakan Transformasi Radon diperoleh kesimpulan bahwa metode Transformasi Radon dapat melemahkan multiple yang ada pada lintasan PMSL 42. Penampang yang dihasilkan setelah dilakukan metode Transformasi Radon tidak lagi setebal warna sebelum dilakukan metode Transformasi Radon.
INITIAL STUDIES OF THE MARINE GEOPHYSICAL SURVEY IN THE OFFSHORE WAIGEO, WEST PAPUA
Kusnida, Dida;
Subarsyah, Subarsyah;
Saputro, Eko;
ali, arif
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 17, No 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (8053.425 KB)
The offshore northern Waigeo situated and evolved within the obliquely converging of the Australian and Pacific plates boundary zone and bound by an active left-lateral transform fault of the Sorong Fault Zone (SFZ) in the southern part. In general the Waigeo waters characterized by +200 nT to -150 nT of total magnetic intensities which indicate that the study area possibly overlain by a homogenous rock of oceanic origin in the form of highs (terranes) and lows (basins). Seismic data indicate that the morphology of the study area relatively steep due to the tectonic contact boundary between island-terranes of Waigeo and between Ayu islands and Pacific Oceanic crust. This tectonic contact boundaries characterized by the present of Waigeo Trough that extends southeast-northwest direction. Seismic data reveal about 1000 meters thick of acoustically chaotic to laminated, indicate fine-grained sediments of slumps at Waigeo Trough slope and trough floor, and about 1500 meters thick of pelagic sediments at the Ayu Trough.
STUDI PENGGUNAAN MAGNETOMETER DALAM PEMBUATAN PETA SEBARAN LOGAM UNTUK MENDUKUNG PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT
Umam, Syukron Khotibul;
Yuwono, Yuwono;
Subarsyah, Subarsyah
GEOID Vol. 7 No. 1 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.12962/geoid.v7i1.1326
Magnetometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya suatu benda logam dengan cara mendeteksi anomali magnetiknya. Pengolahan data survei magnetik menggunakan alat magnetometer dengan memanfaatkan ukuran anomali magnetik, sehingga dapat menyediakan informasi spasial berupa peta sebaran benda logam untuk menunjang pemasangan pipa bawah laut di Selat Sunda. Pengambilan data dilakukan terhadap 13 lintasan regional pada area seluas 27 km x 500 m dengan spasi antar lintasan lebih kurang 40 m. Proses akuisisi data dilakukan dengan menggunakan alat SeaSPY Magnetometer. Pengolahan data diawali dengan koreksi IGRF untuk mendapatkan anomali medan magnet total. Kemudian dilakukan proses griding dengan spasi 3 meter untuk memperapat data dan hasilnya adalah digunakan untuk proses derivative vertikal dan horizontal untuk mencari nilai gradiennya. Kemudian, terakhir dilakukan proses analisis sinyal. Hasil interpretasi kualitatif menunjukkan adanya anomali dipole magnetik pada kilometer point ke-138 yang disinyalir sebagai anomali dari jalur pipa yang membentang dari arah barat daya ke timur laut, dengan rentang intensitas magnetik sebesar -216.945 nT hingga +110.593 nT. Hasil yang didapatkan dari analisis sinyal merubah sifat dipolar anomali magnetik menjadi monopolar yang menyebabkan rentang intensitas magnetik berubah antara 0 sampai dengan 42.253 yang tergambar dalam peta sebaran benda logam.
Peran Sosiologi Hukum dalam Pembangunan Hukum di Indonesia
Galih, Mochamad;
Subarsyah, Subarsyah
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 6: Oktober 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56799/jceki.v4i6.11503
Artikel ini mengeksplorasi peran sosiologi hukum (sociological jurisprudence) dalam proses pembangunan hukum di Indonesia. Dengan ini kajian pada konsep hukum yang hidup (living law) dan wacana hukum sebagai alat rekayasa sosial (law as social engineering) yang diadaptasi ke konteks Indonesia oleh seorang tokoh seperti Mochtar Kusumaatmadja, tulisan ini menelaah bagaimana pendekataan sosiologis dapat menjembatani hukum positif dengan norma dan praktik sosial yang hidup di dalam masyarakat. Metode yang digunakan merupakan kajian pustaka dan analisis konseptual terhadap artikel ilmiah, makalah, dan sumber primer tentang sosiologi hukum di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa integrasi perspektif sosiologi hukum memperkuat dalam legistimasi dan efektifitas hukum jika pembentuk dan penegak hukum mempertimbangkan norma adat, sosial, dan praktik lokal dalam proses legislasi dan implementasi kebijakan hukum. Namun terdapat beberapa tantangan seperti ketimpangan penegakan, politisasi hukum, dan disparitas budaya tetap perlu diatasi melalui mekanisme pertisipatif dan kebijakan berbasis bukti.
2D Marine Seismic data Analysis Using Comparison of Kirchhoff’s Migration Method and Finite Difference Method (Case Study: Nias Basin, North Sumatera)
Annisa, Cindy Fatika Nur;
Muliadi, Muliadi;
Ivansyah, Okto;
Subarsyah, Subarsyah
JURNAL GEOCELEBES Vol. 8 No. 1: April 2024
Publisher : Departemen Geofisika, FMIPA - Universitas Hasanuddin, Makassar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20956/geocelebes.v8i1.24638
Seismic migration is one of the important stages in seismic data processing which aims to map seismic events to their actual positions. The migration process used in this study is post-stack time migration in the time domain using the Kirchhoff migration technique and the finite difference method to determine the results of subsurface imaging from the two migration techniques and then compare them to determine the accuracy of selecting the appropriate migration for the L08 basin trajectory research area. Nias basin, North Sumatra. The processing steps are carried out according to the preprocessing to processing stages in the Promax 5000 software. Based on the results of the study, the optimum use of aperture migration in Kirchhoff migration will produce good subsurface cross-sectional imaging. The aperture value used is 3000 ms. In the finite difference migration, subsurface imaging is much more focused with a time step variation of 10 ms, whose function is to focus the hyperbolic diffraction energy on the migration data.