Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

OPTIMASI VOLUME TEMPLAT DNA DAN JUMLAH SIKLUS AMPLIFIKASI UNTUK DETEKSI Wuchereria bancrofti METODE REAL-TIME PCR Anisa Safanah; Ai Djuminar; Fusvita Merdekawati; Entuy Kurniawan; Ernawati Ernawati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.883 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.741

Abstract

Filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pemeriksaan mikroskopis darah sebagai gold standard memiliki beberapa kelemahan, sehingga diagnosis klinis berbasis Biologi Molekuler mulai dikembangkan, khususnya metode Real-Time PCR. Pada penelitian ini untuk mencapai hasil terbaik dilakukan optimasi terhadap volume templat DNA dan jumlah siklus amplifikasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui berapa volume templat DNA dan jumlah siklus amplifikasi yang optimum untuk deteksi Wuchereria bancrofti dengan menggunakan metode Real-Time PCR. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Desain penelitian yang dilakukan yaitu dibuat matriks terhadap volume templat DNA dan jumlah siklus amplifikasi yaitu 2;30, 3;30, 4;30, 2;35, 3;35, 4;35, 2;40, 3;40, 4;40, kemudian dilakukan pemeriksaan dari produk templat DNA Wuchereria bancrofti. Analisis data menggunakan grafik hasil amplifikasi berupa nilai Ct (cycle threshold). Dari hasil penelitian menunjukkan kondisi optimal untuk volume templat DNA adalah 2µL, sedangkan untuk jumlah siklus amplifikasi adalah 35 siklus.
PERBANDINGAN EKSTRAKSI DNA Salmonella typhi DARI KULTUR DARAH METODE SPIN COLUMN DAN ALCOHOL BASED Fauziyah Fadllan; Ai Djuminar; Acep Tantan; Asep Dermawan; Ernawati Ernawati
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.143 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.745

Abstract

Penggunaan metode biologi molekular seperti PCR dapat mempercepat diagnosis demam tifoid serta memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun sampel yang berasal dari kultur darah mengandung Sodium polyanethole sulfonate (SPS) yang merupakan inhibitor bagi proses PCR. Proses eliminasi SPS terdapat pada tahap ekstraksi DNA sehingga perlu dipilih metode yang tepat untuk mengekstraksi sampel kultur darah agar proses PCR berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil ekstraksi DNA Salmonella typhi dari kultur darah menggunakan metode Spin column dan Alcohol based. Metode penelitian yang digunakan bersifat eksperimental, dengan membandingkan ekstraksi DNA dari dua metode tersebut ditambah dengan pengenceran sampel 10-1, 10-2, 10-3 dan 10-4 untuk meminimalkan potensi SPS. Hasil ekstraksi kemudian di PCR dan divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarose serta didukung dengan pemeriksaan bakteriologis isolat s.typhi pada kultur MCA, uji API 20E dan uji serologi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa metode Alcohol based berhasil dalam mengekstraksi sampel kultur darah dan menghasilkan band elektroforesis yang jelas hingga pengenceran 10-4 namun metode Spin column gagal karena tidak menghasilkan band elektroforesis bahkan hingga pengenceran 10-4, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Alcohol based lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi sampel kultur darah dibandingkan metode Spin column.
PERBANDINGAN NILAI PENGUKURAN KUANTITATIF HASIL EKSTRAKSI DNA SALMONELLA TYPHI MENGGUNAKAN METODE BOILING, NAOH, KIT KOMERSIAL Fadla Ghina Dayanti; Ai Djuminar; Asep Dermawan; Acep Tantan
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.043 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.762

Abstract

Demam tifoid merupakan penyakit yang sering terjadi di negara berkembang, secara global S.typhi merupakan penyebab utamanya. Di Indonesia, kasus tersangka tifoid cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6 – 5 %. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi demam tifoid yaitu pemeriksaan berbasis bakteriologis, uji serologi, serta pemeriksaan berbasis biologi molekuler. Ekstraksi DNA merupakan tahapan yang penting dalam teknik molekuler untuk mendapatkan isolat DNA. Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperimental dengan mengekstraksi DNA S.typhi menggunakan beberapa metode dan variasi perlakuan. Produk hasil ekstraksi diukur konsentrasi dan kemurniannya menggunakan Spektrofotometer NanoDrop. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi diperoleh dari produk hasil ekstraksi dengan menggunakan metode kit komersial, konsentrasi yang diperoleh adalah 2,15 ng/ μL dan kemurniannya mencapai 1,83. Pada metode boiling, konsentrasi dan kemurnian tertinggi didapatkan dari ekstraksi dengan pemanasan 100oC selama 25 menit, dengan konsentrasi 1,9 ng/μL dan kemurnian mencapai 1,73. Sedangkan pada metode ekstraksi dengan menggunakan NaOH, kemurnian tertinggi didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan NaOH 25 µM, dengan konsentrasi 1,7 ng/ μL dan kemurnian mencapai 1,72.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT PISANG MULI (Musa acuminata L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus METODE MAKRODILUSI imellia putri deradjat; Ai Djuminar; Yeni Wahyuni; Ira Gustira Rahayu
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.443 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.770

Abstract

Penyakit karena infeksi dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, dari hewan ke manusia dan disebabkan juga oleh mikrooganisme seperti, bakteri, jamur, virus dan parasit. Salah satunya adalah bakteri Staphylococcus aureus. Upaya pengendalian terhadap bakteri Staphylococcus aureus telah banyak dilakukan dengan adanya antibiotik. Namun penyalahgunaannya dapat menyebabkan resistensi dalam penggunaan jangka waktu lama. Untuk mengatasinya maka perlu mengembangkan antibakteri dari obat tradisional terutama bahan alamiah yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti obat antibakteri. Salah satunya adalah kulit pisang muli (Musa acuminata L.) sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak kulit pisang muli sebagai antibakteri dan waktu kontak yang efektif terhadap Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah analitik laboratorik yang dilaksanakan pada bulan Maret 2019 hingga Mei 2019. Simplisia kulit pisang muli dilakukan dengan maserasi dengan etanol 96% kemudian dilakukan tahap freeze drying dibuat konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%. Sampel uji dilakukan metode makrodilusi yaitu pegukuran absorban menggunakan spektrofotometer UV-Vis panjang gelombang 620 nm dengan lama waktu kontak 0 jam, 5 jam, 15 jam, 30 jam dan 40 jam. Data absorban dianalisis dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dari rerata hasil absorban diperoleh konsentrasi minimum dan waktu kontak efek ekstrak kulit pisang muli. Hasil penelitian diperoleh bahwa ekstrak kulit pisang muli (Musa acuminata L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 0,4% dengan waktu kontak optimum 30 jam.
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK SERAI DAPUR (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans METODE MAKRODILUSI Ratih Sukma Pujawati; Mamat Rahmat; Ai Djuminar; Ira Gustira Rahayu
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.401 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.771

Abstract

Kandidiasis merupakan suatu penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida sp. dan dapat menyerang mulut, vagina, kuku, kulit, bronki, atau paru-paru. Untuk mengatasi kandidiasis, dapat digunakan antijamur yang berasal dari bahan alam, diantaranya adalah serai dapur. Serai dapur memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, tannin, flavonoid, terpenoid, dan alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak serai dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) terhadap pertumbuhan C.albicans dengan menggunakan metode makrodilusi. Penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap ini menggunakan serai dapur yang dibagi ke dalam variasi konsentrasi ekstrak 0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0.8%, 1% dan variasi waktu kontak 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam lalu diukur kekeruhannya pada spektrofotometer. Data hasil absorban kemudian dibuat kurva dan dilakukan analisa pengukuran absorban terhadap konsentrasi dan waktu kontak. Dari hasil tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dalam menghambat pertumbuhan C.albicans adalah pada konsentrasi ekstrak 0,4% dan waktu kontak yang efektif dalam menghambat pertumbuhan C.albicans adalah pada waktu kontak 36 jam.
OPTIMIZATION OF DENATURATION TEMPERATURE AND TIME USING REAL-TIME PCR METHOD IN HEPATITIS B TEST Tanti Yulia Dewi; Fusvita Merdekawati; Ai Djuminar; Yogi Khoirul Abror
Journal of Vocational Health Studies Vol. 8 No. 2 (2024): November 2024 | JOURNAL OF VOCATIONAL HEALTH STUDIES
Publisher : Faculty of Vocational Studies, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jvhs.V8.I2.2024.131-136

Abstract

Background: The hepatitis B test can be conducted using the real-time PCR method. In chronic cases, the test is performed by detecting one of the Hepatitis B Virus (HBV) specific genes, HBcAg. The real-time PCR method requires optimization to obtain optimal results. Purpose: This research aims to determine the optimal temperature and time for denaturation in the hepatitis B test using the real-time PCR method. Method: The research method used was a quasi-experiment involving variations in temperature (94 °C, 95 °C, and 96 °C) and time (10 seconds, 15 seconds, and 20 seconds) for denaturation. Data processing resulted in static group comparisons based on 27 primary data from the Cycle Threshold (CT) value. Result: Variations in temperature conditions, specifically at 94 °C, 95 °C, and 96 °C, combined with a denaturation time of 10 seconds, yielded the mean CT values of 26.495, 26.355, and 26.003, respectively. When the temperature conditions were maintained at 94 °C, 95 °C, and 96 °C, with a denaturation time of 15 seconds, yielded the mean CT values of 25.962, 25.641, and 25.396. Similarly, under temperature conditions of 94 °C, 95 °C, and 96 °C with a denaturation time of 20 seconds, yielded the mean CT values of 26.544, 26.505, and 25.830 were obtained. Conclusion: Optimal results in this study are obtained through the acquisition of the smallest CT value, namely at temperature conditions of 96 °C and 15 seconds.
OPTIMIZATION OF ANNEALING TEMPERATURE AND PRIMER CONCENTRATION OF CYTOCHROME B (CYT B) GENE FOR PIG DNA DETECTION WITH REAL-TIME PCR METHOD Novia Azahra Fatoni; Ai Djuminar; Acep Tantan Hardiana; Fusvita Merdekawati
Journal of Vocational Health Studies Vol. 8 No. 3 (2025): March 2025 | JOURNAL OF VOCATIONAL HEALTH STUDIES
Publisher : Faculty of Vocational Studies, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jvhs.V8.I3.2025.164-170

Abstract

Background: One company in Indonesia has developed a pig DNA detection kit by designing primers with the real-time Polymerase Chain Reaction (PCR) method using the cytochrome b (cyt b) gene. It is necessary to optimize the PCR process to optimize pig DNA detection, including annealing temperature and primer concentration, which can increase sensitivity, specificity, and precision. Purpose: This research aims to determine the optimum annealing temperature and primer concentration for the detection of pig DNA using cyt b gene. Method: In this research, the extracted sample isolates were subjected to 12 treatments with 2 repetitions. Optimal data analysis was based on the lowest Cycle Threshold (CT) value in the amplification curve. Result: Out of a total of 24 samples, an increase in the CT value was observed at annealing temperatures of 57 °C, 59 °C, and 60 °C compared to 58 °C, across various primer concentrations. The primer concentrations with the lowest CT values were successively found to be 0.4 μM, 0.3 μM, and 0.2 μM. Conclusion: The results of the research that has been conducted indicate that the optimal annealing temperature for detecting pig DNA using the cyt b gene in this research is 58 °C, and the optimal concentrations of forward and reverse primers are 0.4 μM.