Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR Sugiyo, Warlan; Jumaeri, -; Kurniawan, Cepi
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 8, No 1 (2010): June 2010
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v8i1.339

Abstract

Kualitas garam produksi petani garam di Indonesia rata-rata masih rendah danbelum memenuhi kualitas yang dibutuhkan untuk industri maupun konsumsi.Permasalahannya, bagaimana cara meningkatkan kualitas garam produksi petanigaram tersebut. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui perbandingan berapapenambahan bahan pengikat impurities dapat menghasilkan kadar garam maksimum.Populasi, air tua dengan kepekatan 2Be dari Rembang Jawa Tengah. Sampel, air tuadari Meteseh Kaliori Rembang JawaTengah. Variabel terikat, kadar NaCl garamdapur yang dihasilkan. Variabel bebas, variasi perbandingan volume bahan pengikatimpurities, NaOH-NaH dan NaOH-Na2, masing-masing 0 : 10 ; 1 : 9 ; 3 : 7 ; 5 : 5 ; 7 :3 ; 9 : 1 ; 10 : 0. Langkah penelitian, kristalisasi garam dapur tanpa bahan pengikatimpurities, kristalisasi garam dapur dengan bahan pengikat impurities, karakterisasigaram dapur terdiri dari penentuan kadar air, penentuan kadar NaCl, penentuan kadarion pengotor, dan penentuan karakter garam dapur. Hasil penelitian yang diperoleh,penambahan bahan pengikat impurities dengan NaOH- Na2 lebih baik daripadaNaOH-NaH , karena memberikan peningkatan kadar NaCl lebih tinggi. Variasiperbandingan NaOH- Na2terbaik adalah 5 : 5 , karena memberikan peningkatantertinggi diantara perbandingan NaOH- Na2 yang lain. Sedangkan penurunan kadarair yang paling efektif adalah penggunaan bahan pengikat impurities NaOHNa2denganperbandingan 1 : 9.Kata Kunci: impurities, pengikat, air tua, kepekatan
SINTESIS KITOSAN DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ANTI MIKROBIA IKAN SEGAR Mahatmanti, F Widhi; Sugiyo, Warlan; Sunarno, Wisnu
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 8, No 2 (2010): December 2010
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v8i2.328

Abstract

Penggunaan senyawa anti mikroba yang tepat dapat memperpanjang umursimpan suatu produk serta menjamin keamanan produk. Untuk itu dibutuhkan bahansebagai anti mikroba yang alami supaya tidak membahayakan bagi kesehatan.Penggunaan kitosan untuk menghambat aktivitas mikrobia pada ikan nila segar akandiuji efektivitasnya. Pada penelitian ini kitosan yang digunakan sebagai anti mikrobiaikan nila disintesis dari cangkang udang windu (Peneaus Monodon). Populasicangkang udang yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkang udang winduyang berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Tambak Lorok Semarang Populasi ikansegar yang digunakan adalah ikan nila hidup yang langsung berasal dari tambak diJuwana Pati. Kitin dan Kitosan disintesis dari cangkang udang windu (PeneausMonodon) dengan menggunakan metode Hong K.No (Mahatmanti, 2001). Kitin dankitosan yang berhasil disintesis dikarakteristik hasilnya meliputi pengujian kadar air,kadar abu, kadar Nitrogen, Derajad Deasetilasi. Kitosan setelah dikarakteristik,digunakan sebagai anti mikrobia ikan nila segar. Kitosan dilarutkan dalam asamasetat 2% dengan konsentrasi kitosan bervariasi 1%, 1,5%, dan 2%. Sebagai controldigunakan larutan asam asetat 2% dan akuades. Lama waktu penyimpanan ikan nilabervariasi 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam, 12 jam, dan 14 jam. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa Kitin mempunyai kadar air 2,5%, kadar abu 7,78%,kadar Nitrogen 5,6%, dan Derajad Deasetilasi 67,64%. Kitosan mempunyai kadar air3,75%, kadar abu 8,75%, kadar Nitrogen 8,26%, dan Derajad Deasetilasi 81,11%.Hasil uji mikroba larutan kitosan terhadap ikan nila segar menunjukkan bahwaperlakuan dengan menggunakan larutan kitosan 1% pada ikan nila selama 10 jam(A1B1) yaitu sebesar 38.104 Sel/ mL adalah kondisi paling optimum.Kata Kunci : Kitosan, Anti mikrobia, Ikan Nila Segar.
SINTESIS KOMPOSIT KITOSAN-SILIKA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKTIL Sugiyo, Warlan; Mahatmanti, F. Widhi; Alauhdin, M.
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 9, No 1 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v9i1.5521

Abstract

Sintesis kitosan-silika dilakukan terhadap kitosan penambahan silika dengan mengkarakteristik komposit yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan silika pada larutan kitosan terhadap permeabilitas dan daya adsorpsinya terhadap zat warna tekstil Direct Blue 86. Pembuatan komposit menggunakan dua macam cara, yang pertama menggunakan media kertas saring dan yang kedua tanpa menggunakan kertas saring. Pembuatan komposit dengan menggunakan kertas saring memakai proses perendaman. Pembuatan komposit tanpa menggunakan kertas saring dilakukan dengan metode pencetakan membran. Membran komposit yang dihasilkan dikarakteristik dengan menggunakan foto SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan silika pada larutan kitosan membuat komposit menjadi porogen sehingga fluks permeat dan permeabilitas air menjadi tinggi. Permeabilitas komposit secara keseluruhan dipengaruhi bagaimana pori-pori komposisi tersusun. Komposit yang terbuat dari kertas saring mempunyai daya adsorpsi yang lebih baik dibandingkan dengan komposit yang tanpa kertas saring.
PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA2C2O4 – NAHCO3 DAN NA2C2O4 – NA2CO3 Sulistyaningsih, Triastuti; Sugiyo, Warlan; Sedyawati, Sri Martini Rahayu
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 8, No 1 (2010): June 2010
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v8i1.335

Abstract

Telah dilakukan pemurnian garam dapur melalui penambahan bahan pengikatpengotor pada proses kristalisasi air tua dalam pembuatan garam dapur dengan tujuandiperoleh garam dapur yang berkadar NaCl tinggi.Sampel dalam penelitian ini adalahair tua dari Meteseh, Kec. Kaliori, Kab. Rembang Jawa Tengah yang diambil secaraacak. Air tua dikristalisasi biasa dan dengan penambahan bahan pengikat pengotorlarutan Na2C2O4 – NaHCO3, dan larutan Na2C2O4 – Na2CO3 yang divariasikonsentrasinya. Kadar air, kadar pengotor dan kadar NaCl dihitung sebelum dansesudah perlakuan kristalisasi. Kadar NaCl ditentukan dengan metode analisisArgentometri sedangkan pengotor Mg2+, Ca2+, Fe3+ ditentukan menggunakanSSA.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar NaCl garam dapur dapatditingkatkan secara efektif dengan pemurnian secara kristalisasi air tua menggunakanbahan pengikat pengotor, Na2C2O4 dan Na2CO3 dibandingkan dengan Na2C2O4 danNaHCO3. Kadar NaCl sebelum dimurnikan sebesar 80,117 % meningkat menjadi96,460 %.Kata kunci : garam dapur, air tua, bahan pengikat pengotor
Effect of Ultrasonic Assisted on The Degree of Deacetylation of Chitosan Extracted from Portunus Pelagicus Buanasari, Buanasari; Sugiyo, Warlan; Rustaman, Heri
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 10, No 1 (2021): June 2021 [Nationally Accredited - SINTA 2]
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v10i1.27648

Abstract

The technology for extracting chitin from shell and other materials needs to be continuously improved, including its conversion to chitosan. Chitosan is a biocompatible polymer, biodegradable, non-toxic, water-soluble at pH below 6.5, and it has protonated amino groups. The benefits of chitosan in industry, food and medicine make it necessary to fully study an efficient chitosan synthesis method and the results can be applied on an industrial scale. This study examined the effect of ultrasonic-assisted in increasing the degree of deacetylation of chitosan produced from Portunus pelagicus shell waste. The production process of chitosan goes through the stages of deproteination, demineralization and deacetylation. All these steps are ultrasound assisted processes with a frequency of 40 kHz through a digital ultrasonic cleaner. Ultrasonic-assisted chitin and chitosan were examined using FTIR spectrometry. The results showed that the ultrasonic method was able to increase the deacetylation degree of chitin with a value of 68.45±0.11% compared to 62.52±0.08% without ultrasonic. Application of ultrasonic assisted deacetylation gave a deacetylation degree of 85.35 ± 0.20%, higher than without ultrasonic 80.24 ± 0.19%.  Physically, ultrasonic-assisted chitosan is smoother and brighter in color. The ultrasonic-assisted chitosan manufacturing method could increase the deacetylation degree and produce high grade chitosan.
Effect of Ultrasonic Assisted on The Degree of Deacetylation of Chitosan Extracted from Portunus Pelagicus Buanasari, Buanasari; Sugiyo, Warlan; Rustaman, Heri
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 10, No 1 (2021): June 2021 [Nationally Accredited - Sinta 2]
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v10i1.27648

Abstract

The technology for extracting chitin from shell and other materials needs to be continuously improved, including its conversion to chitosan. Chitosan is a biocompatible polymer, biodegradable, non-toxic, water-soluble at pH below 6.5, and it has protonated amino groups. The benefits of chitosan in industry, food and medicine make it necessary to fully study an efficient chitosan synthesis method and the results can be applied on an industrial scale. This study examined the effect of ultrasonic-assisted in increasing the degree of deacetylation of chitosan produced from Portunus pelagicus shell waste. The production process of chitosan goes through the stages of deproteination, demineralization and deacetylation. All these steps are ultrasound assisted processes with a frequency of 40 kHz through a digital ultrasonic cleaner. Ultrasonic-assisted chitin and chitosan were examined using FTIR spectrometry. The results showed that the ultrasonic method was able to increase the deacetylation degree of chitin with a value of 68.45±0.11% compared to 62.52±0.08% without ultrasonic. Application of ultrasonic assisted deacetylation gave a deacetylation degree of 85.35 ± 0.20%, higher than without ultrasonic 80.24 ± 0.19%.  Physically, ultrasonic-assisted chitosan is smoother and brighter in color. The ultrasonic-assisted chitosan manufacturing method could increase the deacetylation degree and produce high grade chitosan.
KUALITAS SOAL BUATAN GURU DAN DINAS PENDIDIKAN BIDANG STUDI KIMIA Nugraheni, Yuliana Putri; Widodo, A. Tri; Sugiyo, Warlan
Chemistry in Education Vol 2 No 1 (2013): Terbit bulan April 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Curriculum enactment of SBC lead to variations in the manufacturing of test questions. Problem in some districts created by the teacher, while some other districts compiled by the Department of Education (MGMP). In its function as a tool to determine student achievement of competence, the test must be regarded as a good problem to meet the criteria of validity, reliability, level of difficulty, different power, objectivity, praktikabilitas, and economics. This study aims to determine the quality of the final semester of odd-test questions and the teacher made ​​the education field of study of chemistry. The method used in this study is the method of documentation. Samples were analyzed to determine the students' responses about the quality of the content of student work. The results showed that the question of teacher-made and not yet fully meet the education criteria about the quality parameters. Both of these types of problems can not be said as a test of good to be used as a general test questions semester. Based on these results concluded that the question of artificial Odd Semester End of Deuteronomy in the District of Semarang and Teacher Education Office Pemalang district to subject areas of chemistry in 2011/2012 do not meet the criteria of a good question.
PERBANDINGAN KUALITAS KITOSAN PADA LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS DAN MENTAH DITINJAU DARI % N-DEASETILASI Yudhantara, Sandi Mahesa; Sugiyo, Warlan; Buanasari, Buanasari
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol 6 No 2 (2023)
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52216/jfsi.vol6no2p200-204

Abstract

Chitosan is chitin that is deacetylated as much as possible whose quality can be measured by the value of % N-Deacetylated. Chitosan has the potential to be used in various industrial and health fields, so its needs are influenced by its quality standards. Crab shells, which are one of the sources of chitosan-making materials, have not yet been fully utilized, especially shells from consumption waste (restaurants). Researchers intend to test Chitosan derived from raw and cooked crab shells to compare their quality. The process of making chitosan goes through three main stages, namely deproteination, demineralization and deacetylation, while at the analysis stage using the base line method using an FT-IR spectrophotometer. As a result, the %N-Deacetylated price was obtained at 74.8640% in the raw crab shell sample (A), while in the cooked crab shell sample (B), the %N-deacetylation price was 68.9313 %. The difference between sample A and sample B is only 5.9327%.