Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Efektivitas Bubu Lipat Modifikasi dan Penggunaan Umpan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Penangkapan Spiny Lobster (Panulirus spp.) di Perairan Pesisir Timur Teluk Palabuhanratu Jawa Barat Zulkarnain Zulkarnain; Mulyono S Baskoro; Sulaeman Martasuganda; Daniel R Monintja
Buletin PSP Vol. 19 No. 3 (2011): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.871 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bubu lipat modifikasi dan penggunaan umpan cacing tanah pada penangkapan lobster. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen penangkapan dengan pola Rancangan Acak Kelompok, dimana digunakan 2 jenis bubu lipat, yaitu bubu lipat modifikasi pintu samping dan bubu lipat standard dan perlakukan 2 umpan, yaitu cacing tanah dan tembang (standar) dengan ulangan sebanyak 20 trip penangkapan. Hasil tangkapan terdiri dari target utama dan by-catch. Komposisi hasil tangkapan utama adalah lobster 31 ekor (33,7%), terdiri dari 3 spesies, yaitu lobster hijau pasir (Panulirus homarus) 29 ekor (31,5%), lobster hijau (Panulirus versicolor) 1 ekor (1,1%), dan lobster mutiara (Panulirus ornatus) 1 ekor (1,1%). Hasil tangkapan sampingan (HTS) atau by-catch dengan total 61 ekor (66,3%) yang terdiri dari kelompok krustasea (rajungan) 33 ekor (35,9%), kelompok moluska (sotong-Sepia sp.) 22 ekor (23,9%), kelompok ikan (kerapu tutul-Epinephelus maculatus) 5 ekor (5,4%), dan kelompok krustasea (udang ronggeng-Squilla mantis) 1 ekor (1,1%). Penggunaan bubu lipat penelitian dan jenis umpan berbeda nyata pada taraf nyata 5%, dimana bubu lipat standar lebih baik dalam menangkap lobster dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi. Sedangkan bubu lipat yang menggunakan umpan cacing tanah lebih baik dibandingkan dengan bubu lipat yang menggunakan tembang (standar). Bubu lipat modifikasi dapat mereduksi by-catch hingga 50% dibandingkan dengan bubu lipat standar.
Perhitungan Selektivitas Jaring Insang terhadap Ikan Cakalang dengan Pendekatan Metode Matsuoka Sulaeman Martasuganda; Ronny Irawan Wahju
Buletin PSP Vol. 19 No. 3 (2011): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.629 KB)

Abstract

Alat tangkap yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah jaring insang hanyut multifilamen 210D/12 dengan ukuran mata jaring 4,50 inch (11,43 cm). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hasil tangkapan dengan pendekatan metode Matsuoka. Data yang diolah adalah data hasil pengukuran ikan cakalang sebanyak 380 ekor yang didaratkan di TPI. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah peluang ukuran panjang (fork length) ikan cakalang yang dapat tertangkap dimana Girth opercular (Go) lebih kecil dari pada Mesh pelimeter (M1), dan Girth maximum (Gm) lebih besar dari pada Mesh pelimeter (M2). Hasil analisa menunjukkan peluang kisaran fork length ikan cakalang yang dapat tertangkap berada pada ukuran 36,25–49,91 cm. Kisaran panjang ikan cakalang yang tertangkap dengan menggunakan ukuran mata jaring 4,50 inch (ukuran pabrik), atau sama dengan 11,53 cm (hasil pengukuran = M) berada pada kisaran panjang 39,50 – 50,50 cm, sedangkan untuk kisaran panjang dari kurva selektivitas Ps (FL) berada pada kisaran panjang 37,86 – 48,20 cm. Dari hasil analisa secara keseluruhan, adanya kesamaan antara peluang kisaran panjang ikan yang da
PENGEMBANGAN DESAIN BUBU LOBSTER YANG EFEKTIF Zulkarnain Zulkarnain; Mulyono S. Baskoro; Sulaeman Martasuganda; Daniel Monintja
Buletin PSP Vol. 19 No. 2 (2011): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.961 KB)

Abstract

Spiny lobster (Panulirus spp.) merupakan komoditas perikanan laut unggulan yang memiliki nilai ekonomis penting dalam perdagangan tingkat lokal maupun internasional. Kegiatan penangkapan lobster merupakan salah satu kegiatan usaha perikanan tangkap andalan bagi masyarakat nelayan, karena dengan kuantitas hasil tangkapan lobster minimum dan kualitas yang prima, akan tetap memberikan keuntungan usaha sekaligus meningkatkan pendapatan. Di Indonesia, nelayan menangkap lobster dengan alat tangkap yang sederhana dengan tingkat usaha penangkapan skala kecil. Penggunaan bubu untuk kegiatan penangkapan lobster secara komersial belum banyak dilakukan, karena bubu yang digunakan oleh nelayan selama ini hanya untuk menangkap ikan, rajungan dan kepiting bakau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2010 menggunakan metode desk study. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perkembangan rancang bangun bubu lobster sebagai dasar upaya pengembangan desain yang efektif. Berdasarkan penelitian, diperoleh rancangan gambar desain bubu lipat satu pintu samping bentuk kotak dan bubu lipat satu pintu atas bentuk trapesium keduanya dipasang dengan pemicu pintu masuk. Efektivitas bubu lobster ini perlu diuji lebih lanjut, baik dalam pengujian skala laboratorium maupun skala lapangan.
PERBANDINGAN METODE UNTUK ESTIMASI SELEKTIVITAS JARING INSANG Sulaeman Martasuganda; Anraku Kazuhiko; Kawamura Gunzo; Matsuoka Tatsuro
Buletin PSP Vol. 18 No. 3 (2009): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research has been done in the Akime waters, Kagoshima, Japan. Spratelloides japonicas is the target fish of gillnet multifilament use in this research. 5 units of the gillnet multifilament 210D/4 with different value of mesh size were used in this research. This research was aimed to determine the difference of selectivity curve that had been calculated based on Sparre, Kitahara, and Matsuoka selectivity method.The result showed that Matsuoka and Kitahara’s selectivity curves were similar in terms of the shape and slope from each mesh size, whereas Sparre’s selectivity curve was different from Matsuoka and Kitahara’s curves.The results of the comparison between Kitahara and Matsuoka’s selectivity curve and length distribution curve from each mesh size showed that Kitahara and Matsuoka’s have close value of range between the length range of selectivity curve and the length range of caught fishes. Sparre’s method showed a significant difference between the length range of selectivity curve and the length range of caught fishes. From that results concluded that Kitahara and Matsuoka’s selectivity methods are accountable and Sparre’s method is unaccountable.Keywords : gillnet selectivity,Kitahara,Matsuoka's methods, size selectivity, Sparre et al.
PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA: SUATU KAJIAN OPTIMASI PENANGKAPAN IKAN DAN BUDIDAYA LAUT Yogi Yanuar; Budy Wiryawan; Sulaeman Martasuganda
Buletin PSP Vol. 17 No. 2 (2008): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In order to support the sustainability of Karimunjawa National Park (KNP) especially for its function as a protected area, some regulations are needed through optimization of fishermen activities in KNP Traditional Fisheries Use Zone, i.e the determination of fish type, fishing season and number of fishing gears. The results show there are 4 (four) fish type that become fishermen’s major commodities : anchovies (Stolephorus spp.) with indeks value 3.16, frigate tuna (Auxis thazard) with indeks value 1.75, narrow-barred spanish mackerel (Scomberomerus commersoni) with indeks value 1.60, and yellowtail fussilier (Caesio cunning) with indeks value 1.05. Fishing season of anchovies occurs for 5 (five) months from June until October, frigate tuna occurs for 5 (five) months from August until December, narrow-barred spanish mackerel occurs for 5 (five) months from December until April and yellowtail fussilier occurs for 6 (six) months during February until May, September and October. The optimum number of fishing gears are (1) 81 units for Liftnet with anchovies as target fish, (2) 101 units for fish troll with frigate tuna and narrow-barred spanish mackerel as target fish, (3) 71 units for gillnet with yellowtail fussilier as target fish and (4) traps. Wider waters is needed to facilitate seaweed culture as alternative livelihood for local fishermen are 913 ha, with number of culture units needed by each fisherman are 3 units for floating fish cageculture based activities, 4 units for fish troll based activities with frigate tuna as target fish, 2 units for fish troll based activities with narrow-barred spanish mackerel as target fish, and 7 units for each repositioned fishermen, that are fishermen who has to completely change their activities to seaweed culturing.
PERANGKAP “JUVELOB” SEBAGAI ALTERNATIF ALAT PENANGKAP JUVENIL LOBSTER Sulaeman Martasuganda; Iwan Dirwana; Zulkarnain Zulkarnain
Buletin PSP Vol. 20 No. 4 (2012): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini telah dilakukan di perairan Desa Sanggra Wayang Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dengan target tangkapan juvenil lobster. Alat tangkap yang diujicobakan dalam penelitian ini berbentuk perangkap yang terbuat dari jaring waring (Polyamide) yang disebut dengan perangkap “juvelob” (juvenil lobster) dengan 7 rangkaian perangkap yang dipasang secara vertikal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan alat tangkap dalam memperoleh juvenil lobster dan untuk menganalisis hasil tangkapan juvenil lobster berdasarkan perbedaan kedalaman alat tangkap dari permukaan air. Kegiatan operasi penangkapan telah dilakukan 22 trip sebagai ulangan dan diperoleh hasil tangkapan sebanyak 52 ekor juvenil lobster yang terdiri dari jenis lobster bambu hijau (Panulirus versicolor, Latreille 1804) berjumlah 6 ekor, lobster hijau pasir (Panulirus homarus, Linnaeus 1758) berjumlah 21 ekor, lobster mutiara (Panulirus ornatus, Fabricius 1798) (Holthuis, 1991) berjumlah 2 ekor dan juvenil lobster (transparan) 23 ekor.  Hasil tangkapan sampingan terdiri dari 263 ekor udang rebon , 27 ekor anak kepiting, 4 ekor ikan kepe-kepe, 9 ekor ikan beloso, 13 ekor  ikan blodok, 27 ekor benih udang ronggeng, 3 ekor benih belut laut, 5 ekor juvenil buntal, 2 ekor ikan blue angle fish, 34  ekor  udang putih merah, 62 ekor ikan monster dan 16 ekor udang hijau. Semua hasil tangkapan juvenil lobster ditampung dalam kotak penampungan fiber glass dalam keadaan hidup. Berdasarkan hasilpenelitian menunjukkan bahwa juvenil lobster dapat ditangkap dengan alat tangkap perangkap juvelob yang terbuat dari waring dan perbedaan pelakuan dari kedalaman perangkap terhadap hasil tangkapan berbeda nyata. Hasil penelitian ini menjanjikan untuk dapat mendukung pengembangan budidaya pembesaran lobster melalui perolehan benih lobster dari alam. Kata kunci: perangkap juvelob, juvenil lobster
Keselamatan Kerja pada Operasi Penangkapan Ikan Cantrang Nelayan Tanjung Sari, Kabupaten Rembang Suparman Sasmita; Sulaeman Martasuganda; Ari Purbayanto; Totok Hestirianoto
Buletin PSP Vol. 21 No. 1 (2013): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas nelayan di perairan laut mempunyai resiko yang tinggi. Pengoperasian alat tangkap cantrang di kapal berukuran 20 GT membutuhkan 13 orang nelayan. Aktivitas nelayan sangat terbatas di area kapal, terutama pada saat kegiatan penangkapan berlangsung. Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi kemungkinan kecelakaan, tingkat resiko dan upaya penanggulangan kecelakaan pada pengoperasian cantrang. Tahapan kerjanya mempunyai resiko yang tinggi, dimulai dengan setting, towing dan hauling, serta aktivitas memasak. Kemungkinan kecelakaan tertinggi pada saat hauling yaitu aktivitas penarikan tali, dimana sering terjadi tali kusut di kelos gardan. Indeks resiko saat hauling termasuk sedang dan tinggi. Resiko tinggi sering mengakibatkan cedera anggota tubuh dan meninggal dunia, sedangkan aktivitas sedang berupa tabrakan, dan jatuh saat penarikan jaring.Kata kunci: cantrang, resiko, keselamatan
Perancangan Model untuk Pengujian Desain dan Konstruksi Cantrang Pantai Utara Jawa (Model Engineering for Testing The Design and Construction of Cantrang North Coast of Java) Suparman Sasmita; Sulaeman Martasuganda; Ari Purbayanto
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 4 No. 1 (2013): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.196 KB) | DOI: 10.29244/jmf.4.1.51-57

Abstract

Pengamatan alat tangkap umumnya dilakukan pada skala lapang bersamaan dengan operasi penangkapan.  Permasalahan yang muncul pada saat pengamatan dapat diatasi, dengan melakukan pengamatan alat berskala laboratorium.  Pengujian tersebut membutuhkan model alat tangkap yang dirancang untuk diujikan pada skala laboratorium. Model cantrang dibuat berdasarkan data desain dan konstruksi cantrang nelayan Brondong, Jawa Timur yang berukuran panjang total 53,16 meter. Metode perancangan model dibuat dibuat menggunakan perbandingan 1:30 pada seluruh bagian cantrang. Pengujian dilakukan pada Laboratorium flume tank pada dua kecepatan berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan pertama bukaan mulut jaring berbentuk bulat dengan tinggi antara 22 hingga 24 cm, dan pada kecepatan 2 berbentuk oval dengan tinggi mulut berukuran 15 hingga 18 cm.Kata kunci:cantrang, perancangan, flume tank, model
PENGARUH PERBEDAAN ATRAKTOR TERHADAP HASIL TANGKAPAN JUVENIL LOBSTER DENGAN KORANG DI DESA SANGRAWAYAN, PALABUHANRATU (The Effect of Different Attractor Against Catch of Juvenile Lobster By Korang in Sangrawayan Village, Palabuhanratu) Harits Adli Tegar Nevada; Sulaeman Martasuganda; Nimmi Zulbainarni; Iwan Dirwana
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 3 No. 2 (2012): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.092 KB) | DOI: 10.29244/jmf.3.2.129-133

Abstract

ABSTRACTThis research has been done in Palabuhanratu bay, Indonesia. Juvenile lobster (Panulirus sp.) is the main target fish in this research. This research was used Fish Aggregating Devices with two different types of attractor. This research was aimed to known differences in the effectiveness of attractor that had been calculated used on Mann-Whitney Methode. Attractor which used for comparison were seaweed and palm leaf as a test and a seaweed as a control. Korang was a tool that used to gotten a data and put a attractor. The result of comparition show that a total of catches with seaweed and palm leaf more than seaweed. From the result concluded that seaweed and palm leaf more effective than seaweed.Key words: effectiveness of attractor, juvenile lobster, fish aggregating devices, korang-------ABSTRAKPenelitian ini dilakukan di perairan Teluk Palabuhanratu, Indonesia dengan target utama tangkapan juvenil lobster (Panulirus sp.). Penelitian ini menggunakan rumpon dengan 2 jenis atraktor yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efektivitas atraktor yang dihitung menggunakan Mann-Whitney. Atraktor yang digunakan untuk perbandingan adalah rumput laut dan daun kelapa sebagai percobaan dengan rumput laut sebagai kontrol. Korang merupakan alat yang digunakan unuk pengambilan data sekaligus tempat meletakkan atraktor. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan pada atraktor rumput laut dan daun kelapa lebih banyak dibandingkan dengan rumput laut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa atraktor rumput laut dan daun kelapa lebih efektif dibandingkan dengan rumput laut.Kata kunci: efektivitas atraktor, juvenil lobster, rumpon, korang
PENGGUNAAN LIGHT EMITTING DIODE PADA LAMPU CELUP BAGAN (The Use of Light Emitting Diode on Sunked Lamps of Lift Net) Imanuel M. Thenu; Gondo Puspito; Sulaeman Martasuganda
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 4 No. 2 (2013): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.94 KB) | DOI: 10.29244/jmf.4.2.141-151

Abstract

ABSTRACTLift net fishermen usually use fluorescent lamp as attractor to lure fish. As price of fuel rise, fishermen are forced to find another option to change their attractor into some much lower cost and more energy-save lamp, or in other words, to change into LED lamp. This research are providing evidence that sunked LED lamps can be utilized as a helper tools, and also determined the best time for catching fish in the lift net. Two lift net used in this research, one of them used sunked LED lamps and the other used ordinary fluorescent lamps. Lift net are operated as long as 20 nights, with four catching times per night, between 18.00-21.00, 21.00-00.00, 00.00-03.00, and 03.00-06.00. Results showed that LED lamps give a better result with 11 organisms successfully catch (287,6 kg), compared to ordinary fluorescent lamps with only six organisms (238,3 kg). The best time for catching with LED lamps are between 18.00-21.00 (121 kg), while between 21.00-00.00 (67,4 kg), 00.00-03.00 (46,9 kg) and 03.00-06.00 (52,3 kg).Key words: fluorescent lamp, lift net, light emitting diode, Palabuhanratu,sunked lights-------ABSTRAKNelayan bagan biasa menggunakan lampu fluorescent sebagai atraktor untuk memanggil ikan. Harga bahan bakar yang mahal menyebabkan nelayan harus beralih memakai jenis lampu lain yang hemat energi, seperti lampu LED (light emitting diode) Penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa lampu celup LED dapat digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan pada bagan dan menentukan waktu operasi penangkapan terbaik. Dua bagan digunakan dalam penelitian ini. Masing-masing menggunakan lampu celup LED dan lampu fluorescent. Bagan dioperasikan selama 20 malam. Dalam 1 malam dilakukan 4 kali penangkapan, yaitu antara jam 18.00-21.00, 21.00-00.00, 00.00-03.00 dan 03.00-06.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lampu celup LED pada bagan menghasilkan 11 jenis organisma tangkapan seberat 287,6 kg, atau lebih banyak dari lampu fluorescent sejumlah 6 organisma (238,3 kg). Adapun waktu penangkapan terbaik pada bagan yang menggunakan lampu LED adalah antara pukul 18.00-21.00 yang menghasilkan tangkapan seberat 121 kg, sedangkan 21.00-00.00 (67,4 kg), 00.00-03.00 (46,9 kg) dan 03.00-06.00 (52,3 kg).Kata kunci: lampu fluorescent, bagan, light emitting diode, Palabuhanratu, lampu celup