Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Phytochemical Compound Identification of Mangrove Leaves Sonneratia alba and in Silico Analysis as Antidiabetic Puspitasari, Yunita Eka; Hardoko, Hardoko; Sulistiyati, Titik Dwi; Fajrin, Alifah Nur; Tampubolon, Hezkiel Oktorully
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 27 No. 2 (2022): June
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/

Abstract

Mangrove plant, Sonneratia alba, can be found abundantly in Indonesia. Some previous studies reported phytochemical screening and bioactivity test of Sonneratia sp. as anti-diabetic (in vitro and in vivo analysis). However, phytochemical identification of S. alba leaves and inhibitory activity of α-glucosidase as anti-diabetic have not been reported. The purpose of this study are to identify phytochemical compounds of methanolic extracts S. alba leaves, and to predict inhibitory mechanisms of S. alba leaves against α-glucosidase through in silico analysis. In this study, the research method consists of two steps namely identification phytochemical compounds of methanolic extracts S. alba leaves, and prediction inhibitory activities of phytochemical compounds of methanolic extracts S. alba leaves against α-glucosidase by molecular docking (in silico) analysis. Methanolic extracts S. alba leaves contained orientin, vitexin, luteolin, oleanolic acid and reserpine. Reserpine was identified for the first time in S. alba leaves. Based on in silico analysis, binding energy of orientin, vitexin, luteolin, oleanolic acid, reserpine and acarbose (positive control) against α-glucosidase were -9,7; -9,7; -9,2; -8,6; -10,0 dan -8,3 kcal/mol. This result indicated that compounds inhibited α-glucosidase activities and can be considered as antidiabetic agent.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk) TERHADAP KADAR β-KAROTEN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius pangasius) cahyaningati, oktavia; Sulistiyati, Titik Dwi
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 4 No. 3 (2020): JFMR
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.03.5

Abstract

Bakso merupakan produk olah yang umumnya terbuat dari daging sapi, ayam atau ikan yang dilumat dan kemudian dicampur oleh beberapa bumbu untuk meningkatkan cita rasa. Salah satu daging ikan yang dapat digunakan dalam pembuatan bakso adalah daging ikan patin. Pada pembuatan bakso ikan dilakukan dengan cara menggiling daging ikan dan menambah pati beserta bumbu untuk menambah cita rasa serta penambahan bahan lain yang diijinkan. Adanya penambahan dari bahan tambahan tersebut dapat menambah kandungan gizi atau memperbaiki karakteristi bakso. Salah satunya adalah dengan penambahan tepung daun kelor pada bakso ikan patin. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari penambahan tepung daun kelor terhadap kadar β-karoten dan organoleptik pada bakso ikan. Serta mengetahui jumlah penambahan tepung daun kelor terbaik pada bakso ikan patin. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) sederhana dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan uji lanjut Tukey. Parameter organoleptik daianalisis menggunakan metode Kruskal-Wallis. Kemudian penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode de Garmo. Hasil dari penelitian menunjukkan penambahan tepung daun kelor pada bakso ikan patin berpengaruh nyata (p<0.05) pada kadar β-karoten dan organoleptik (kenampakan, tekstur, aroma dan rasa). Penambahan tepung daun kelor terbaik pada bakso ikan patin diperoleh pada perlakuan B (2.5%). Dimana nilai dari β-karoten sebesar 2941.44 mcg/100 g. Serta kandungan karbohidrat 23.66%, protein 7.71%, lemak 0.85%, abu 1.79% dan nilai kadar air sebesar 61.124%. Nilai organoleptik uji hedonik diperoleh kenampakan 3.225, tekstur 3.35, aroma 3.2, rasa 3.3.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG AMPAS TAHU TERHADAP KADAR SERAT PANGAN DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK OTAK-OTAK IKAN PATIN Haq, Ahmad Alim Junnatul; Sulistiyati, titik dwi
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 4 No. 2 (2020): JFMR
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.02.8

Abstract

Di Indonesia otak-otak ikan sudah banyak tersebar di berbagai daerah. Otak-otak ikan memiliki rasa yang enak dan harga yang cukup murah sehingga otak-otak ikan disukai oleh masyarakat Indonesia. Bahan baku utama otak-otak ikan adalah daging ikan segar. Tepung ampas tahu sendiri merupakan ampas tahu yang telah dikeringkan. Sedangkan ampas tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Secara fisik bentuknya agak padat, berwarna putih, diperoleh ketika bubur kedelai diperas kemudian di saring. Saat ini pemanfaatan ampas tahu kurang maksimal, padahal ampas tahu memiliki banyak kelebihan seperti mengandung protein, mengandung serat, murah dan mudah didapat. Melihat kelebihan tersebut maka dapat dikembangkan suatu bentuk usaha baru yang memanfaatkan ampas tahu sebagai bahan dasarnya. Dari permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan penambahan tepung ampas tahu pada produk otak-otak ikan. Konsentrasi penambahan tepung ampas tahu yang diberikan yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15% dari berat daging ikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kadar serat pangan dan karakteristik Organoleptik otak-otak ikan. Analisa parameter organoleptik menggunakan Kruskal-Wallis. Penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode de Garmo. Hasil penelitian menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan 5% penambahan tepung ampas tahu) dengan kadar serat pangan sebesar 6,65%, serat pangan larut 2,69%, serat pangan tidak larut  sebesar  3,96%,  protein  sebesar  9,41%, kadar  air  sebesar  51,33%,  lemak 1,09%, abu 1,97% dan karbohidrat sebesar 36,20%, hedonik kenampakan sebesar  3,52, hedonik aroma  sebesar  3,34, hedonik rasa sebesar  3,54  dan  hedonik  tekstur  sebesar  3,52 dan kekenyalan sebesar 9,32.
FORTIFIKASI BUBUR RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SEBAGAI SUMBER SERAT PANGAN PUTU MAYANG Octavia, Almira Putri; Sulistiyati, Titik Dwi
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 5 No. 1 (2021): JFMR
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.005.01.4

Abstract

Putu mayang merupakan salah satu pangan tradisional khas Jakarta. Salah satu usaha untuk meningkatkan gizi putu mayang adalah dengan fortifikasi bubur rumput laut Eucheuma cottonii. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar serat pangan putu mayang fortifikasi bubur rumput laut Eucheuma cottonii sebagai sumber serat pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan level konsentrasi fortifikasi bubur rumput laut Eucheuma cottonii memberikan pengaruh terhadap kadar serat pangan putu mayang. Seiring dengan bertambahnya bubur rumput laut Eucheuma cottonii kadar serat pangan bubur rumput laut Eucheuma cottonii, kadar serat pangan putu mayang semakin meningkat dan setiap level konsentrasi menunjukkan berbeda nyata. Hasil total serat pangan pada putu mayang fortifikasi bubur rumput laut Eucheuma cottonii konsentrasi 0%,10%,20%,30%,40% secara berturut-turut adalah 3,50%; 4,37%; 5,47%; 6,06%; 7,66%.