Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

LEMBAGA ADAT DAN EKSISTENSI MASYARAKAT ADAT NEGERI LAFA KECAMATAN TELUTI KABUPATEN MALUKU TENGAH Jacob Serumena; Hermien Soselisa; Wellem R. Sihasale
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 4 No 1 (2021): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol4issue1page27-44

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang lembaga adat dan eksistensi masyarakat adat di Negeri Lafa Kecamatan Teluti Kabupaten Maluku Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Negeri Lafa Kecamatan Teluti Kabupaten Maluku Tengah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan lembaga-lembaga adat dalam kehidupan masyarakat adat dapat menjadi sarana untuk mengawasi dan mengatur pola-pola perilaku seluruh anggota masyarakat adat. Namun, realitas yang tampak terjadi saat ini bahwa keberadaan lembaga-lembaga adat dalam kehidupan masyarakat adat belum mampu melaksanakan tugas dan perannya dengan baik sehingga telah menyebabkan munculnya berbagai masalah adat seperti, diantaranya masalah batas-batas tanah petuanan dan masalah pemilihan raja. Guna mengatasi dan meminimalkan berbagai masalah adat yang muncul maka perlu adanya peningkatan peran lembaga-lembaga adat dan kesadaran seluruh anggota masyarakat adat untuk lebih mengenal serta memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam adat-istiadat yang dimiliki. Hal ini penting dilakukan supaya pola-pola perilaku seluruh anggota masyarakat adat dapat mencerminkan dan memperkokoh eksistensi masyarakat adat. Masih kurangnya peran lembaga adat dimaksud sebagaimana yang tampak pada Negeri Lafa sebagai salah satu negeri adat yang terdapat di Pulau Seram. Lembaga adat di Negeri Lafa, seperti lembaga saniri hingga saat ini belum mampu melaksanakan perannya dengan baik. Hal ini disebabkan oleh masih kurang terjalin interaksi antara anggota saniri yang terdiri dari para orang tua dan anak muda sehingga menghambat peran lembaga saniri tersebut.
STRATEGI INTEGRASI ORANG BUTON DAN ORANG WAKAL DI DUSUN WA HATU NEGERI WAKAL KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH Raihan Sopamena; Hermien L. Soselisa; Wellem R. Sihasale; Suleman Angkotasan
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 5 No 1 (2022): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol5issue1page1-21

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan strategi integrasi orang Buton dan orang Wakal di Dusun Wa Hatu Negeri Wakal Kecamatan Leihitu Kabupaten Mauku Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian di Dusun Wa Hatu Negeri Wakal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemajemukan yang terdapat pada masyarakat di Maluku yaitu kemajemukan antara warga asli dan warga pendatang. Warga pendatang tersebut terdiri dari berbagai macam suku di tanah air seperti Jawa, Bugis, Buton, Sumatera, dan suku bangsa lainnya. Para pendatang telah mengalami sebuah proses adaptasi dan interaksi dengan warga asli atau dengan sesama warga pendatang lainnya. Warga pendatang merupakan orang-orang yang datang dari luar daerah dengan berbagai macam kepentingan dan berbagai latar belakang budaya yang berbeda, tinggal serta menetap di daerah tertentu. Sebagaimana yang tampak di Negeri Wakal Kecamatan Leihutu kabupaten Maluku Tengah. Negeri Wakal, sejak dahulu telah didiami oleh suku asli. Pada tahun 1940, warga pendatang yang berasal dari Buton masuk dan mendiami daerah tersebut, khususnya pada dusun Wa Hatu. Kedatangan warga atau Orang Buton diterima dengan baik oleh seluruh warga masyarakat di Negeri Wakal. Hubungan kawin-mawin antara Orang Buton dengan warga asli merupakan salah satu bentuk dari strategi integrasi yang dilakukan supaya dapat bertahan hidup di Dusun Wa Hatu. Strategi integrasi yang dilakukan telah membawa dampak positif sebab hingga saat ini tidak pernah terjadi konflik antara masyarakat asli Negeri Wakal dengan Orang Buton. Kehidupan kedua kelompok masyarakat ini terpelihara dengan baik dan menjalani kehidupan bersama tanpa ada perpecahan diantara mereka
PERAN INSTITUSI LOKAL DAN NASIONAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI NEGERI LATURAKE, PULAU SERAM - MALUKU Christwyn R. Alfons; Hermien L. Soselisa
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 6 No 1 (2023): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol6issue1page1-16

Abstract

Peranan institusi atau kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam di Pulau Seram terlihat pada praktik-praktik implementasi kebijakan. Institusi dimaksud baik adat, nasional (pemerintah) dan agama. Situasi demikian memperlihatkan bentuk tanggungjawab lembaga-lembaga sosial terhadap eksistensi sumber daya alam berkelanjutan bagi keberlangsungan hidup masyarakat adat di wilayah tersebut. Metode yang dilakukan masing-masing institusi sesuai aturan dan/atau ritual khusus, dimana terlihat secara langsung melalui mekanisme dan penempatan tanda-tanda larangan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam sekitar. Fokus perhatian pada pola hubungan institusi terhadap pengelolaan sumber daya alam pada masyarakat adat Desa Laturake Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Dengan fokus ini, penelitian bertujuan menemukan praktik-praktik kebijakan pengelolaan sumber daya alam di Taniwel, baik yang masih dilakukan, maupun yang pernah ada. Metode pengumpulan data yang dipergunakan mencakup observasi dan wawancara.
DAMPAK KEBIJAKAN PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP AKTIVITAS NELAYAN TANIMBAR Hermien Lola Soselisa; Pieter Sammy Soselisa
Pattimura Proceeding 2020: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2019
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/PattimuraSci.2020.SNPK19.30-40

Abstract

Salah satu tujuan utama dari kebijakan dan program Pemerintah dalam bidang perikanan dan kelautan adalah peningkatan kesejahteraan penduduk, terutama penduduk lokal yang mendiami wilayah pesisir dan terlibat dalam kegiatan perikanan berskala kecil. Walaupun demikian, tidak semua kebijakan dan program berjalan sesuai dengan tujuan. Salah satu penyebab adalah tingkat pemahaman yang terbatas terhadap masyarakat target, terutama tentang budaya yang terkait mata pencaharian di laut dan interpretasi lokal terhadap lingkugannya. Makalah ini membahas dampak dari kebijakan pemerintah terhadap mata pencaharian nelayan lokal, dimana perubahan yang terjadi ada yang menguntungkan, tetapi ada juga yang tidak sejalan dengan pengetahuan dan karakter lokal. Dengan menggunakan data lapangan dari desa Lermatang, sebagai salah satu desa di Kecamatan Tanimbar Selatan, digambarkan bagaimana pengenalan akan budidaya rumput laut, dan keputusan presiden untuk skema kilang di darat (onshore) pengelolaan LNG pada Lapangan Abadi Blok Masela di wilayah Tanimbar Selatan mengarah pada perubahan aktivitas dan perilaku nelayan serta hak melaut (fishing rights). Metode pengumpulan data yang dipakai adalah observasi dan wawancara yang dilakukan dalam selang waktu yang bervariasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa strategi lokal yang dipilih sebagai respons terhadap program yang datang dari luar berimplikasi pada perubahan pengelolaan lingkungan di wilayah darat dan laut yang berakibat pada perubahan aktivitas mata pencaharian di laut
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Potensi Lokal Sukun dalam Upaya Mendukung Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Negeri Latuhalat, Kota Ambon Simona C.H. Litaay; Hermien L. Soselisa; Elsina Titaley; Syane Matatula; Christwyn Ruusniel Alfons; Jouverd F. Frans; Pieter Hendra Manuputty; Rizki Muhammad Ramdhan
Jurnal Nusantara Berbakti Vol. 1 No. 4 (2023): Oktober : Jurnal Nusantara Berbakti
Publisher : Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59024/jnb.v1i4.252

Abstract

This community outreach initiative is driven by the limited awareness among the community regarding the abundant breadfruit potential thriving in the city of Ambon, which serves as an attractive resource for supporting tourism and providing a positive economic impact on the local population. Breadfruit trees are widespread along the streets and in residents' yards, possessing significant historical value for the people of Ambon. Breadfruit has long been an integral part of Ambonese culture and traditions. Consequently, empowering the community through socialization and holistic training methods is of utmost importance. This project was conducted in the village of Latuhalat, Nusaniwe District, Ambon City, Maluku Province, and was attended by local government officials, community leaders, community groups who own breadfruit trees, as well as entrepreneurs/producers and sellers of breadfruit-based products. The project progressed smoothly and effectively, resulting in increased participant understanding and knowledge, fostering awareness about the promotion and marketing of breadfruit products, and further enhancing the community's ability to manage the local breadfruit potential in support of sustainable tourism development.
Persepsi Masyarakat Terhadap Perkawinan Muka Eptukar di Desa Persiapan Wagrahi, Pulau Buru - Maluku Wamese, Narges; Soselisa, Hermien L.
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 6 No 2 (2023): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol6issue2page62-73

Abstract

Perkawinan Muka Eptukar (Kawin tukar) merupakan tradisi adat yang telah ada sejak para leluhur. Hal ini berlaku untuk 24 marga di Pulau Buru. Adat perkawinan Muka Eptukar (Kawin tukar) adalah perkawinan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan keluarga serta tokoh adat. Proses perkawinan ini tidaklah melewati masa saling mengenal diantara calon pasangan suami isteri, namun atas kesepakatan kedua pihak keluarga. Perkembangan tradisi perkawinan tersebut hingga masa sekarang ini masih dijalankan oleh sebagian masyarakat adat setempat, tetapi perkembangan zaman esensi dasar nilai telah mengalami perubahan. Sesungguhnya dorongan masyarakat untuk melakukan tradisi perkawinan adat dimaksud. Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap perkawinan Muka Eptukar. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Waigrahi Kecamatan Fenaleisela Kabupaten Buru. Teknik pengumpulan data diambil melalui lembar observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara deskriptif kualitatif.
Penyadaran Perilaku Masyarakat Terhadap Ketersediaan Produksi Tanaman Lokal Berkelanjutan di Negeri Sila Kecamatan Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah Alfons, Christwyn R.; Soselisa, Hermien L.; Titaley, Elsina; Frans, Jouverd F.
AJAD : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Divisi Riset, Lembaga Mitra Solusi Teknologi Informasi (L-MSTI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59431/ajad.v4i1.304

Abstract

The results of local terrestrial natural resources in the archipelagic region, especially indigenous communities in the Petuanan region, are superior potential that they possess as assets, both individually and collectively. This ownership has economic value to support the welfare and fulfillment of family needs, from the perspective of community tradition or culture, the potential of local natural resources as an identity and inheritance of the value of managing and utilizing the surrounding nature from ancestors in the past to the present. In fact, the meaning of inheriting these values ​​is the strategic steps taken by parents in the past to provide local food availability for the benefit of continuing the economic security of their children and grandchildren in the future. If we look closely at the goals of the ancestors in the traditional areas of Maluku, they have the view that it is the responsibility of parents to provide certainty of life for their offspring, so that they can now be seen enjoying it. As a result of this pattern of action, the community is not aware of the rejuvenation process in the context of sustainability. Sila Village, Nusalaut District, Central Maluku Regency is relatively faced with this reality, therefore efforts need to be made to create awareness in community behavior regarding the importance of maintaining the sustainability of local plants as a superior potential to support the family economy in the future. This is also a strategic step to maintain the sustainability of local crop production and regional identity.
Marriage Kinship in the Customary Marriage Institution in Seith Negeri, Ambon Island Alfons, Christwyn Ruusniel; Soselisa, Hermien L.; Titaley, Elsina
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 18, No. 4 : Al Qalam (Juli 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v18i4.3512

Abstract

Traditions in indigenous communities on Ambon Island are found in various aspects of life. Relatively, traditions become rules or guidelines for the community to carry out their life activities in the economic, political, legal, socio-cultural, and other fields. Of course, the ancestors placed this effort to avoid irregular living behavior so that the community would feel peace and comfort. Therefore, the basis laid for generations will become a reference for acting and building a life together, such as marriage kinship in the traditional marriage process in Negeri Seith, Ambon Island. Seith, as a Muslim negeri, provides space for the mechanism of customary practices of its community, especially in the tradition of marriage. Therefore, marriage kinship receives recognition and is integrated into marriage religiously. This reality illustrates that traditional and religious institutions do not compete but together contribute to strengthening society and its people who want to build a new household. This research aims to reveal, discover, and analyze the value and meaning of marriage kinship in the traditional marriage process in Negeri Seith. The research method used is qualitative, using interview and observation data collection techniques. Indeed, this is important to show the objective reality of the community carrying out customary rules regulated by ancestors and the provisions of God Almighty through religious institutions. The marriage kinship is the marriage guardian, and the bride-to-be's father's relatives determine that religious marriage will be carried out if it is by these provisions.
KUNCI LABUANG (Suatu Kajian Sosio-Kultural Terhadap Ritual Melaut Orang Kilang) Patihawean, Benly; Soselisa, Hermien L.; Sihasale, Wellem R.
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 3 No 1 (2020): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kunci Labuang adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh masyarakat di Negeri Kilang sebelum melakukan Ritual aktifitas mencari hasil laut. Ritual ini dilakukan secara komunal untuk kepentingan bersama dan dilakukan pada moment-moment tertentu saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan proses Ritual Kunci Labuang. Sehingga dari prosesi ritual yang dipelajari tersebut dapat terlihat bagaimana pandangan masyarakat negeri Kilang terhadap laut. Dengan melakukan ritual Kunci Labuang, masyarakat Negeri Kilang mempercayai bahwa mereka akan memperoleh hasil yang melimpah serta jaminan keamanan saat melakukan aktifitas mengambil hasil laut tersebut. Ritual ini memperlihatkan bagaimana kedekatan masyarakat Negeri Kilang dengan alam, khususnya laut sekaligus memperlihatkan bahwa alam turut membentuk perilaku maasyarakat. Ritual Kunci Labuang menjadi akses bagi masyarakat Negeri Kilang untuk memanfaatkan alam dengan segala sumber dayanya dengan tetap berpedoman pada keteraturan yang diwariskan leluhur secara turun temurun. Dengan melakukan ritual ini masyarakat negeri Kilang meyakini akan adanya kekuatan supranatural yang senantiasa menjaga mereka di laut. Ritual Kunci Labuang juga memperlihatkan bahwa meskipun masyarakat Negeri Kilang secara umum dikenal sebagai masyarakat pegunungan, tetapi mereka juga punya cara pandang tersendiri terhadap laut yang juga menjadi bagian dari wilayah negeri. Laut tidak terpisah dari daratan. Laut dan darat adalah sebuah kesatuan dalam wilayah petuanan negeri Kilang.
NUAULU SIMALOU DALAM PLURALITAS AGAMA (Tinjauan Sosiologis di Dusun Simalou Kabupaten Maluku Tengah) Kukurule, Simon; Soselisa, Hermien L.; Sihasale, Wellem R.
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 3 No 1 (2020): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menganalisis tentang pluralitas agama dalam masyarakat tradisional Nuaulu Simalou di Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berpedoman pada pendapat Miles dan Hubermann, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa pada Negeri Nuaulu terdapat beberapa agama yang dianut masyarakatnya, yaitu agama Suku, agama Kristen protestan, agama Kristen Katolik, dan agama Islam. Selain itu, masyarakat Nuaulu merupakan suatu kelompok masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai adat istiadat yang begitu kuat sehingga agama dan adat tidak bisa dipisahkan. agama diyakini sebagai pilihan hidup dan keyakinan seseorang yang di dalamnya juga terkandung berbagai nilai-nilai kemanusiaan, sehingga adat dan agama bisa dijadikan rujukan dalam mengatur perilaku individu maupun kelompok, menuju kehidupan yang rukun dan damai. Komitmen orang Nuaulu adalah kebersamaan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kebersamaan yang dilandasi dengan semangat “kami semua adalah saudara satu susah semua susah”, tentu tidak saja diterapkan pada situasi-kondisi konflik, akan tetapi lebih jauh dari itu dapat menjadi pedoman hidup sehari-hari dalam mengatasi problem sosial, ekonomi dan politik yang kerap muncul di tengah-tengah dinamika kehidupan sosial.