Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JURNAL BIOMEDIK

Benda Asing dalam Kornea akibat Kurangnya Peralatan Keselamatan: Laporan Kasus Sumual, Vera; Nursalim, Ade J.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 11, No 3 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.11.3.2019.26334

Abstract

Abstract: Poor Occupational Safety and Health (OSH) implementation can cause work accidents. Eye trauma related to work is still quite a lot worldwide. We reported a case of work accident due to lack of awareness of personal protective equipment. This case was a male of 21 years old, worked as a welder. Due to working without using any eye protection equipment the patient got an eye trauma. The patient washed his eye with water directly and applied some drops of an eyedrop containing dexamethasone, neomycin sulphate dan polymyxin B sulphate. After three days without improvement, he went to Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Eye examination revealed visual acuity of the right eye 6/9 and of the left eye 6/6. There were also blepharospasme and lacrimation on the right eye. Slit lamp examination showed a foreign particle of 0.5x0.5 mm in the right cornea, 8 o’clock direction, between paracentral and peripheral regions estimated to be 1/3 of the anterior stromal thickness. Foreign particle removal left an ulcer of 1/3 of the stromal thickness. Gentamycin eye ointment was aplied three times daily and eye patching was performed. After one day of treatment, visus of the right eye became 6/7.5. Slit lamp examination showed epithelialized ulcer sized less than 0.5x0.5 mm. Gentamycin eye ointment was further applied. The patients showed improvement of visus and corneal condition.Keywords: Occupational Health and Safety, welder, cornea, personal protective equipment Abstrak: Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Kasus trauma mata yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di seluruh dunia masih terbilang cukup banyak. Kami melaporkan kasus kecelakaan kerja akibat kurangnya kesadaran penggunaan alat pelindung diri pada seorang laki-laki pekerja las berusia 21 tahun. Oleh karena tidak menggunakan alat pelindung mata, saat kerja, mata pasien terkena serpihan besi. Segera setelah kejadian itu, pasien langsung mencuci mata dengan menggunakan air kran dan menggunakan tetes mata kombinasi dexamethasone, neomycin sulphate dan polymyxin B sulphate. Setelah tiga hari tidak terdapat perbaikan pasien akhirnya berobat ke RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pada pemerik-saan didapatkan tajam penglihatan mata kanan 6/9 dan mata kiri 6/6. Terdapat blefarospasme dan lakrimasi. Pada pemeriksaan dengan slitlamp didapatkan serpihan benda asing dengan ukuran sekitar 0,5x0,5 mm pada kornea mata kanan di arah jam 8 antara regio parasentral dan perifer kornea sekitar 1/3 ketebalan storma anterior. Pengangkatan benda asing menyisakan ulkus 1/3 tebal stroma pasca tindakan. Pasien diberikan gentamycin salep mata dan dilakukan eye patching. Saat kontrol satu hari kemudian didapatkan tajam penglihatan mata kanan 6/7,5 dan mata kiri 6/6. Pada pemeriksaan dengan slit lamp didapatkan ulkus kornea mata kanan berukuran <0,5x0,5 mm yang telah terepitelisasi. Pengobatan dengan gentamycin salep mata dilanjutkan. dan terjadi perbaikan tajam penglihatan dan kondisi anatomis kornea.Kata kunci: Kesehatan dan Keselamatan Kerja, pekerja las, kornea, alat pelindung diri
Hubungan antara tajam penglihatan dengan derajat non-proliferative diabetic retinopathy pada pasien diabetes melitus tipe 2 Nursalim, Ade John; Sumual, Vera
Jurnal Biomedik : JBM Vol 8, No 2 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.8.2.2016.12673

Abstract

Abstract: This study aimed to determine the relationship between visual acuity and degree of Non Proliverative Diabetic Retinopathy (NPDR) in patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM). This study was conducted in Retina Subdivision Ophthalmology Department Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado, North Sulawesi, Indonesia. Samples were 354 eyes. Visual acuity examination was performed on all patients diagnosed with NPDR by using a Snellen chart at 6 meters distance. NPDR degree was graded according to the International Clinical Diabetic Retinopathy Disease Severity Scale of the American Academy of Ophthalmology. Correlation analysis between visual acuity and the NPDR degree was done by using Kruskal Wallis test which showed a P value of 0.185 (> 0.05). Conclusion: Visual acuity had no significant relationship to the degree of NPDR.Keywords: visual acuity, NPDR, T2DMAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tajam penglihatan dengan derajat Non Proliverative Diabetic Retinopathy (NPDR) pada penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Mata Subdivisi Retina RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Sampel penelitian berjumlah 354 mata. Pemeriksaan visus dilakukan pada semua pasien yang terdiagnosis NPDR dengan menggunakan Snellen chart pada jarak 6 meter. Penilaian derajat NPDR berdasarkan International Clinical Diabetic Retinopathy Disease Severity Scale dari American Academy of Ophthalmology. Analisis hubungan visus dengan derajat NPDR dilakukan dengan uji statistik Kruskal Wallis yang menunjukkan nilai P = 0,185 (>0,05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tajam penglihatan (visus) dan derajat NPDR.Kata kunci: visus, NPDR, DMT2
Idiopathic Macular Hole yang Terjadi setelah Pembedahan Katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi: Laporan Kasus Nursalim, Ade John; Sumual, Vera
Jurnal Biomedik : JBM Vol 11, No 3 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.11.3.2019.26332

Abstract

Abstract: Macular hole (MH) up to now has an unknown exact etiology or mechanism behind its formation. It can be formed post cataract surgery with phacoemulsification technique with a relatively small probability. We reported a male of 74 years old who came with diminished visual acuity of his left eye three months after cataract surgery with phacoemulsification procedure. In ophthalmologic examination we found the visual acuity of the right eye was 6/60 and of the left eye was 2/60. Fundoscopy of the left eye revealed a depression in fovea region with estimated size of 500 μm. Optical coherence tomography (OCT) examination resulted in intraretinal fluid with multiple cyst appearance in retinal layers associated with retinal thickening. Based on anamnesis, physical examination, and imaging examination, the diagnosis of this patient was stage 3 macular hole with vitreomacular traction. Management of this patient was pars plana vitrectomy (PPV). One week after PPV, the patient gained a remarkable visual acuity improvement (6/12), albeit, there was still slight metamorphosia.Keywords: macular hole, cataract surgery, phacoemulsification Abstrak: Macular hole (MH) hingga saat ini masih tidak diketahui penyebab pastinya ataupun mekanisme dasar terjadinya MH. Penyakit ini juga dapat terbentuk pasca operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi meskipun dengan probabilitas yang relatif kecil. Kami melaporkan sebuah kasus MH pada seorang laki-laki berusia 74 tahun dengan keluhan pandangan kabur pada mata kiri 3 bulan setelah operasi katarak (teknik fakoemulsifikasi). Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan tajam penglihatan mata kanan 6/60 dan mata kiri 2/60. Pada pemeriksaan lanjut mata kiri menggunakan funduskopi ditemukan cekungan pada bagian fovea dengan ukuran sekitar 500 μm. Pemeriksaan dengan OCT mendapatkan intra-retinal fluid dengan gambaran kista multipel pada lapisan retina disertai penebalan retina. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan imaging, diagnosis pada pasien ini ditegakkan sebagai macular hole stadium 3 dengan vitreomacular traction pada mata kiri. Tata-laksanayang dilakukan ialah vitrektomi pars plana (VPP). Satu minggu setelah VPP, tajam penglihatan pasien membaik secara drastis menjadi 6/12 walaupun masih terdapat metamorphopsia ringan.Kata kunci: macular hole, operasi katarak, fakoemulsifikasi