Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Formulasi Dan Karakterisasi Nanopartikel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) Pada Berbagai Variasi Komposisi Kitosan Dengan Metode Gelasi Ionik Dwiki Fitri; Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah; Tri Cahyani Widiastuti
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.811 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v5i1.39269

Abstract

Daun salam mengandung flavonoid sebagai antihipertensi, flavonoid yang diberikan secara peroral memiliki bioavailabilitas yang kurang baik karena kelarutan yang rendah dan tidak stabil terhadap faktor lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memformulasikan dalam sediaan nanopartikel menggunakan polimer kitosan dan natrium tri-polifosfat (NaTPP). Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi nanopartikel dari ekstrak etanol daun salam dengan variasi rasio konsentrasi kitosan. Ekstrak etanol daun salam diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Hasil ekstrak dibuat koloid nanopartikel menggunakan teknik gelasi ionic menggunakan variasi ekstrak etanol daun salam: kitosan: NaTPP (1:1:1); (1:5:1); dan (1:10:1). Koloid nanopartikel yang terbentuk dikarakterisasi ukuran partikel, dan nilai zeta potensial. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol daun salam positif mengandung flavonoid. Hasil karakterisasi nanopartikel ekstrak etanol daun salam menunjukkan bahwa formula F1, F2, dan F3 mempunyai ukuran partikel 284,2 ± 6,8; 410,6 ± 6,8; dan 630,1 ± 3,4 nm dan nilai zeta potensial F1, F2 dan F3 adalah 50,1 ± 4,3; 45,8 ± 0,7; dan 59,2 ± 1,2 mV. Semua formula menunjukan rentan karakterisasi sediaan nanopartikel (<1000nm) Peningkatan rasio kitosan dalam formulasi nanopartikel ekstrak etanol daun salam meningkatkan ukuran partikel dan nilai zeta potensial. F1 merupakan formula dengan ukuran partikel paling kecil dengan karakterisasi ukuran partikel <300nm dan stabilitas sistem dispersi yang optimal yaitu >30 mV. 
MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN OBAT MELALUI METODE CBIA Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah; Tri Cahyani Widiastuti; Kurniasih Kurniasih; Sugeng Supriyanto
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.396 KB)

Abstract

Swamedikasi adalah sebuah tindakan yang umum dilakukan oleh masyarakat, dan secara tidak langsung membantu pemerintah dalam upaya pemeliharaan kesehatan nasional. Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi. Dukuh Sikebo terletak di desa Selogiri, Kecamatan Karang Gayam, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara umum, kondisi geografis desa Selogiri berupa pegunungan dengan sarana dan prasarana pendukung terutama jalan yang masih sangat minim. Kondisi geografis yang sedemikian rupa di desa Selogiri membuat warga dituntut untuk bisa mandiri mengupayakan pertolongan pertama ketika mengalami sakit, sebelum mereka mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat Berdasarkan informasi diatas maka perlu kiranya diadakan penyuluhan mengenai pengunaan obat yang baik dan benar berdasarkan ilmu kefarmasian kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai obat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) atau “community based interactive approach”. Metode ini melibatkan para ibu agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan oleh keluarga. Hasil dari kegiatan ini didapatkan informasi bahwa kebiasaan masyarakat dalam melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi masih kurang. Masyarakat apabila merasakan sakit lebih memilih untuk pergi ke fasilitas kesehatan atau tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya dibandingkan dengan melakukan pengobatan sendiri hal ini dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat masih kurang mengenai informasi obat yang tertera di kemasan atau brosur.
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Demam Tifoid di Puskesmas Petanahan Periode Januari-Juni 2019 Tika Camelia Camelia; Muh Husnul Khuluq; Tri Cahyani Widiastuti
Jurnal Farmasi Klinik dan Sains Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Klinik dan Sains
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Gombong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.071 KB) | DOI: 10.26753/jfks.v1i1.676

Abstract

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik akut yang menyerang saluran pencernaan terutama pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Salah satu tatalaksana penyakit ini adalah dengan pemberian antibiotika yang penggunaannya perlu dievaluasi untuk menjamin mutu dan efektivitas terapi demam tifoid, meliputi tepat indikasi, pasien, obat dan dosis (4T). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid di Puskesmas Petanahan Periode Januari-Juni 2019. Metode yang digunakan adalah penelitian non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian diperoleh 66 kasus demam tifoid. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Standar Operasional Prosedur Penanganan Demam Tifoid Puskesmas Petanahan periode 2018 dan Kemenkes 2006. Antibiotika yang digunakan di Instalasi Rawat Inap Puskesmas Petanahan periode januari-juni 2019 adalah chloramphenicol (40,90%), thiamphenicol (4,54%), cotrimoxazole (4,54%), ceftriaxone (18,18%), cefadroxil (4,54%), cefixime (24,24%) dan ciprofloxacin (3,03%). Hasil evaluasi diketahui bahwa 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 95,45% tepat obat dan 78,78% tepat dosis. Kesimpulan dari penelitian yaitu antibiotika kloramfenikol masih menjadi antibiotika lini petama untuk menangani pasien demam tifoid di Puskesmas Petanahan periode Januari-Juni 2019.Kata kunci: Antibiotika, Demam Tifoid, Evaluasi
MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN OBAT MELALUI METODE CBIA Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah; Tri Cahyani Widiastuti; Kurniasih Kurniasih; Sugeng Supriyanto
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Swamedikasi adalah sebuah tindakan yang umum dilakukan oleh masyarakat, dan secara tidak langsung membantu pemerintah dalam upaya pemeliharaan kesehatan nasional. Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi. Dukuh Sikebo terletak di desa Selogiri, Kecamatan Karang Gayam, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara umum, kondisi geografis desa Selogiri berupa pegunungan dengan sarana dan prasarana pendukung terutama jalan yang masih sangat minim. Kondisi geografis yang sedemikian rupa di desa Selogiri membuat warga dituntut untuk bisa mandiri mengupayakan pertolongan pertama ketika mengalami sakit, sebelum mereka mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat Berdasarkan informasi diatas maka perlu kiranya diadakan penyuluhan mengenai pengunaan obat yang baik dan benar berdasarkan ilmu kefarmasian kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai obat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) atau “community based interactive approach”. Metode ini melibatkan para ibu agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan oleh keluarga. Hasil dari kegiatan ini didapatkan informasi bahwa kebiasaan masyarakat dalam melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi masih kurang. Masyarakat apabila merasakan sakit lebih memilih untuk pergi ke fasilitas kesehatan atau tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya dibandingkan dengan melakukan pengobatan sendiri hal ini dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat masih kurang mengenai informasi obat yang tertera di kemasan atau brosur.
IDENTIFIKASI ETNOBOTANI TANAMAN OBAT YANG DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN Tri Cahyani Widiastuti; Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah; L Ledianasari
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 13, No 2 (2017): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jikk.v13i2.216

Abstract

Indonesian is a tropical country that has been known as a producer of various agricultural commodities, including medicinal plants. Traditional medicine is a hereditary heritage of the ancestors who are deeply rooted in the culture of the nation, therefore both in the herb and in its use as a traditional medicine is still based on experiences passed down from generation to generation both orally and in writing. Health services in Indonesia have grown, but people's interest in utilizing traditional medicine remains high. This study aims to reveal the knowledge of the community about the types of plants that are utilized for the fulfillment of daily living needs. This research was conducted around Sempor District Kebumen District. This study uses survey method designed to obtain a description of the various types of medicinal plants used by the community. Determination of informants by using snowball sampling. The results of the survey and the interviews were made of the categories of plant utilization. From the results of the research, it is found that the people around Sempor still have a good knowledge about the diversity of plants and their utilization in everyday life. Based on the survey results, there were 200 species of plants utilized by the community, grouped into categories: foodstuff (90 species), herbal medicine and traditional medicine (44 species), building materials (29 species), fuelwood (13 species) , animal feed ingredients (11 species), craft materials and tools (8 types), fiber materials and rope (3 types), and toxic materials (2 types)
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AKAR PASAK BUMI (EURYCOMA LONGIFORA JACK) TERSTANDAR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK TESTIS TIKUS WISTAR Condro Suro Miyarso; Tri Cahyani Widiastuti; Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 13, No 3 (2017): JURNAL ILMIAH KESEHATAN KEPERAWATAN
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jikk.v13i3.230

Abstract

The root of pasak bumi (Eurycoma longifolia, Jack) is one of plant from Indonesia known as aphrodisiac. The study about its standardized extract as aphrodisiac was show increasing libido, testosterone level, FSH and LH on male rats. This study was conducted to evaluate testosterone level and histopathological changes of the testes of male rats of standardized extract of pasak bumi root. There are 50 old male rats which ages 3-4 months old divided to five groups. Group I as negative control was administered aquadestilata. Group II as positive control was administered testosterone (Andriol®). Group III, IV and V ware given standardized extract of pasak bumi root at the dose 50, 100 and 200 mg/kg body weight Respectively. The extract was given orally twice a day for six days and forty nine days and then the testes was taken out on 7th and 50th day. The histopathological of the testes was evaluated using quantitative parameter by the presence of testes weight, number and diameter of Leydig cells. Testosterone level was taken on 7th and 50th day used ELISA method. The results were analyzed using parametric test, one way ANOVA (P<0,05), post hoc Dunnet (2-sided) (P < 0,05). The result of this study shows that the standardized extract of pasak bumi root was not effect on histopathological changes of the testes but it could increased the level of testosterone m at the dose 100 and 200 mg/kg body weight.  Key word : Eurycoma longifolia, Jack, aphrodisiac, histopathological testes testosteron
HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN SUPLEMEN UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS TUBUH SELAMA PANDEMI COVID-19 PADA MASYARAKAT DI DESA KEDAWUNG KABUPATEN KEBUMEN Tika Amalia; Tri Cahyani Widiastuti; Rafila Intiyani
Jurnal Farmasi Klinik dan Sains Vol 4, No 1 (2024): Jurnal Farmasi Klinik dan Sains
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Gombong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jfks.v4i1.935

Abstract

COVID-19 merupakan penyakit menular pada pernapasan yang disebabkan oleh virus SARSCoV2. Upaya pencegahan yang direkomendasikan oleh WHO salah satunya yaitu meningkatkan imunitas tubuh. Suplemen kesehatan yang telah diteliti dan direkomendasikan oleh Kemenkes RI antara lain vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan zink. Penggunaan suplemen kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan mengetahui kegunaan suplemen kesehatan. Pengetahuan dan perilaku masyarakat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan dan perilaku penggunaan suplemen untuk meningkatkan imunitas tubuh selama pandemi COVID-19 pada masyarakat di Desa Kedawung Kabupaten Kebumen. Penelitian observasional dengan pengambilan data secara prospektif. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden. Analisis data menggunakan uji chi square. Tingkat pengetahuan kategori cukup 44% dan perilaku kategori cukup 49%. Hasil chi square terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan terakhir (0,000), pekerjaan (0,003), penghasilan (0,010), tempat membeli suplemen kesehatan (0,047) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara perilaku karena nilai p value >0,05. Pengetahuan dan perilaku masyarakat di Desa Kedawung menunjukkan hasil yang cukup. Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan terakhir (0,000), pekerjaan (0,003), penghasilan (0,010), tempat membeli suplemen (0,047) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara perilaku karena nilai p value >0,05. Harapannya pada penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan masyarakat mengenai dagusibu dalam upaya untuk meningkatkan imunitas tubuh selama pandemi COVID-19.
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL MIKROBA PADA MINUMAN SUSU KEDELAI (Glycine max L. Merr.) TANPA MEREK DI KECAMATAN GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN Nurul Luthfia Faizah; Tri Cahyani Widiastuti; Titi Pudji Rahayu
Jurnal Farmasi Klinik dan Sains Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Farmasi Klinik dan Sains
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Gombong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jfks.v3i1.916

Abstract

Makanan dan minuman yang dibuat oleh industri rumahan sering terkontaminasi oleh mikroorganisme karena masih menggunakan teknik manual, waktu produksinya cukup memakan waktu lama dalam proses produksi, penyimpanan produk, distribusi produk dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Keberadaan mikroorganisme di dalam makanan/minuman sangat tidak diinginkan karena dapat menyebabkan perubahan organoleptik pada makanan/minuman tersebut, terutama jika makanan tersebut masuk kedalam tubuh. Kandungan nutrisi susu kedelai juga hampir sama dengan susu sapi. Susu kedelai berasal dari alam sehingga mempunyai harga yang lebih murah dari susu sapi dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yang menjadikannya banyak disukai oleh masyarakat umum. Peelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas, keamanan mutu susu kedelai dan ada tidaknya cemaran mikroba bakteri susu kedelai yang dijual di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif dengan metode ALT (Angka Lempeng Total ) pada media PCA (Plate Count Agar). Hasil dari penelitian 10 sampel susu kedelai didapatkan bahwa nilai ALT susu kedelai jual oleh penjual C 3 x 104, D 4,9 x 104, F 7 x 103, H 4 x 103, I 2,7 x 103, J 3 x 103, memenuhi syarat karena jumlah koloni <104 dan sampel susu kedelai yang dijual oleh penjual A 2,0 x 105, B 2,5 x 105, E 2,8 x 104, G 2,3 x 105, tidak memenuhi syarat karena jumlah koloni >104. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa data tidak berbeda signifikan yang artinya bahwa jumlah koloni dari tiap penjual tidak jauh berbeda. Hasil yang diperoleh dari tiap penjual tidak jauh berdeda (P<0,05). Penjual A kurang higienis dibadingkan dengan penjual B, C, D, E, F, G, H, I dan J.