Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL MIKROBA PADA MINUMAN SUSU KEDELAI (Glycine max L. Merr.) TANPA MEREK DI KECAMATAN GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN Nurul Luthfia Faizah; Tri Cahyani Widiastuti; Titi Pudji Rahayu
Jurnal Farmasi Klinik dan Sains Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Farmasi Klinik dan Sains
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Gombong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jfks.v3i1.916

Abstract

Makanan dan minuman yang dibuat oleh industri rumahan sering terkontaminasi oleh mikroorganisme karena masih menggunakan teknik manual, waktu produksinya cukup memakan waktu lama dalam proses produksi, penyimpanan produk, distribusi produk dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Keberadaan mikroorganisme di dalam makanan/minuman sangat tidak diinginkan karena dapat menyebabkan perubahan organoleptik pada makanan/minuman tersebut, terutama jika makanan tersebut masuk kedalam tubuh. Kandungan nutrisi susu kedelai juga hampir sama dengan susu sapi. Susu kedelai berasal dari alam sehingga mempunyai harga yang lebih murah dari susu sapi dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yang menjadikannya banyak disukai oleh masyarakat umum. Peelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas, keamanan mutu susu kedelai dan ada tidaknya cemaran mikroba bakteri susu kedelai yang dijual di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif dengan metode ALT (Angka Lempeng Total ) pada media PCA (Plate Count Agar). Hasil dari penelitian 10 sampel susu kedelai didapatkan bahwa nilai ALT susu kedelai jual oleh penjual C 3 x 104, D 4,9 x 104, F 7 x 103, H 4 x 103, I 2,7 x 103, J 3 x 103, memenuhi syarat karena jumlah koloni <104 dan sampel susu kedelai yang dijual oleh penjual A 2,0 x 105, B 2,5 x 105, E 2,8 x 104, G 2,3 x 105, tidak memenuhi syarat karena jumlah koloni >104. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa data tidak berbeda signifikan yang artinya bahwa jumlah koloni dari tiap penjual tidak jauh berbeda. Hasil yang diperoleh dari tiap penjual tidak jauh berdeda (P<0,05). Penjual A kurang higienis dibadingkan dengan penjual B, C, D, E, F, G, H, I dan J.
Formulasi dan Uji Sifat Fisik Facial Wash Ekstrak Methanol Daun Salam (Eugenia polyntha) sebagai Antioksidan dengan Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrihidrazil): Formulation and Physical Properties Test of Facial Wash Methanol Extract of Salam Leaf (Eugenia polyntha) as Antioxidant Using DPPH Method (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil) Try Kurniawati; Titi Pudji Rahayu; Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 4 No. 3 (2022): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v4i3.983

Abstract

Daun salam (Eugina polyntha) merupakan tanaman yang mengandung flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan sehingga dapat dibuat sediaan facial wash. Facial wash merupakan salah satu pembersih wajah yang digunakan untuk membersihkan sel kulit mati, kotoran, minyak dan kosmetik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat sediaan facial wash dengan variasi karbopol 940 yang memenuhi uji fisik sediaan dan mempunyai aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Metode penelitian yaitu penelitian ini bersifat eksperimental dengan merancang formulasi sediaan facial wash daun salam dengan variasi karbopol 940 dan evaluasi sediaan fisiknya meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji stabilitas, uji iritaai dan uji hedonik. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Hasil evaluasi sifat fisik facial wash meliputi organoleptik formula 1, 2, 3, 4, 5, 6 memiliki bentuk sediaan gel, bau khas daun salam, dan warna hijau kehitaman. Sediaan homogen dan memiliki nilai pH pada rentang 4,5-6,5, tinggi busa pada formulasi ke 3 memenuhi standar, uji viskositas memenuhi standar pada formulasi ke 2 dan 3, , uji iritasi tidak adanya iritasi pada formulasi ke 3 dan untuk formulasi 1, 2, 4, 5, 6 memiliki sedikit iritasi, uji hedonik dilakukan dengan kriteria bentuk, warna dan bau yang banyak disukai pada formulasi ke 2. Pengujian Pengujian ststistik dengan hasil uji pH, uji tinggi busa dan uji viskositas dilakukan dengan uji One Way ANOVA dengan hasil untuk nilai p < 0,05. Hasil nilai  pada vitamin C sebesar 8,88 ppm sedangkan untuk sediaan facial wash daun salam sebesar 10,53 ppm. Pada penggunaan basis gel karbopol 940 mepengaruhi sifat fisik sediaan dengan p <0,05, dan nilai  sebesar 8,88 ppm untuk vitamin C sebagai kontrol positif dan sediaan facial wash  ekstrak metanol daun salm dengan nilai  sebesar 10,53 ppm.
FORMULASI SEDIAAN ANTIOKSIDAN FACIAL WASH EKSTRAK METANOL DAUN GANITRI (Elaeocarpus ganitrus Roxb.) DENGAN VARIASI SODIUM LAURIL SULFAT SEBAGAI SURFAKTAN Evi Marlina; Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah; Titi Pudji Rahayu
Jurnal Ilmiah Manuntung Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Manuntung: Sains Farmasi Dan Kesehatan
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51352/jim.v8i1.599

Abstract

Ganitri leaves (Elaeocarpus ganitrus Roxb.) contain flavonoid compounds that function as antioxidants. Antioxidants in cosmetics are used to prevent skin damage due to exposure to free radicals. Facial Wash is a cosmetic preparation to help remove dead skin cells, rejuvenate the skin, remove dirt, oil and provide moisture. This study aims to obtain a facial wash formula that has good characteristics and is effective as an antioxidant by varying the concentration of sodium lauryl sulfate, namely F1 (0.25%), F2 (0.5%) and F3 (1%) as surfactant. The results showed that variations in SLS concentration had a significant effect on the physical evaluation of the preparation with a p value of <0.05. Formula 3 (SLS 1%) provides the best facial wash characteristics with the results of the test parameters meeting the standards. The results of the antioxidant activity test showed that formula 3 had an IC50 value of 17.36 ppm which was categorized as very strong with ascorbic acid as a comparison of 10.70 ppm and a negative control of 54.11 ppm.
Herbal Plants for Lowering Blood Pressure in Hypertension Patients at UPTD WKJ Tegal Anwar Sodik; Ayu Nissa Ainni; Titi Pudji Rahayu; Laeli Fitriati; Safitri, Safitri
Jurnal EduHealth Vol. 16 No. 03 (2025): Jurnal EduHealt, Edition July - September , 2025
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hypertension is a major risk factor for cardiovascular diseases, including atherosclerosis, heart failure, kidney failure, and stroke. The long-term use of chemical medications poses the risk of side effects that may damage certain organ functions. Thus, alternative therapies are needed to reduce dependence on medication and help maintain the quality of life of hypertensive patients. One alternative treatment that can be considered for lowering blood pressure is herbal therapy. The herbal plants examined in this literature study are Orthosiphon aristatus and celery. Orthosiphon aristatus contains apigenin compounds that act as diuretics, while celery contains flavonoids that work by dilating blood vessels, allowing blood to flow more freely and thereby reducing blood pressure. Research objective to identify herbal plants and their active compounds used as hypertension therapy based on prescriptions at UPTD WKJ Tegal. The research method used is a literature study developed based on prescriptions for hypertension patients at UPTD WKJ Tegal. According to the journal findings on celery leaves, the difference in blood pressure before and after administration of celery leaf decoction was measured. The average difference (mean) in diastolic blood pressure was 11.33 mmHg, and the difference in systolic blood pressure was 8.67 mmHg. This indicates a significant reduction in blood pressure after administering celery leaf decoction for five consecutive days. In the study on Orthosiphon aristatus leaves, the frequency of urination in elderly patients before administration of Orthosiphon aristatus infusion was 3.00 times (range 2–6). After administering the infusion once daily for seven consecutive days, the frequency increased to 6.00 times (range 3–9), with an average difference of 2.2 times in urination frequency. This demonstrates that the infusion of Orthosiphon aristatus leaves has a diuretic effect on elderly hypertensive patients. Celery (Apium graveolens) and Orthosiphon aristatus herbal plants have been shown to effectively reduce blood pressure in patients with hypertension