Suyarso Suyarso
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jl. Pasir Putih 1, Ancol Timur, Jakarta 11048 Telp. (021)7317830, email: Suyarso_lipi@yahoo.com

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

DINAMIKA DAN EVOLUSI PANTAI PROBOLINGGO, JAWA TIMUR Suyarso, Suyarso
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Oseanologi dan Limnologi di Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dataran pesisir Probolinggo membentang dari Kecamatan Tongas di bagian barat hingga Kecamatan Kraksaan di bagian timur.Sebelah selatan merupakan areal persawahan yang subur, sedangkan sebelah utara merupakan kawasan pertambakan. Fenomena perubahan pantai Probolinggo sangat dipengaruhi oleh material yang dipasok dari Gunung Bromo. Penelitian yang dilakukan pada April–Mei 2012, Februari 2013, dan Agustus 2014 bertujuan untuk mengetahui dinamika dan evolusi pantai serta perubahan dan alih fungsi lahan pesisir Probolinggo. Analisis perubahan pantai di pesisir Probolinggo dari tahun 1973 hingga 2013 dilakukan menggunakan citra landsat multitemporal, pengukuran dan penggambaran profil pantai di daerah penelitian menggunakan alat ukur sifat datar shokiza dan alat perekam pasang surut SeaBird Electronic. Hasil analisis menunjukkan bahwa di pesisir bagian barat, proses akresi masih terus berlangsung, sedangkan di bagian timur, kecepatan akresi terus menurun dan bahkan saat ini di beberapa tempat sedang terjadi erosi pantai. Dataran akresi yang terbentuk oleh proses marin dimanfaatkan oleh penduduk sebagai kawasan pertambakan, sedangkan akresi yang terbentuk oleh proses fluvial dimanfaatkan sebagai areal persawahan.
Adaptasi Mangrove Terhadap Perubahan Lingkungan: Suatu Studi pada Gempa Nias, Sumatera Utara, Maret 2005. Suyarso, Suyarso; Prayudha, Bayu; Iswari, Maridah Yulia
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Oseanologi dan Limnologi di Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/oldi.v3i2.136

Abstract

Gempa berkekuatan 9,3 Mw (moment magnitude scale) di Kepulauan Andaman pada 26 Desember 2004 yang disertai dengan kejadian tsunami di wilayah Aceh menyebabkan kerugian yang luar biasa. Beberapa bulan kemudian, yakni pada tanggal 28 Maret 2005, gempa berkekuatan 8,7 Mw telah terjadi di Nias, ratusan hektar ekosistem terumbu karang terangkat menjadi daratan, banyak karang mati karena kekeringan dan runtuh karena getaran gempa. Demikian pula mangrove berpindah menjauhi garis pantai karena proses pengangkatan daratan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perkembangan ekosistem pesisir khususnya adaptasi mangrove sebagai akibat perubahan lingkungan fisik dan ekologinya. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah menganalisis data citra landsat menggunakan teknik penginderaan jauh dan melakukan pengukuran profil pantai. Penelitian lapangan telah dilakukan pada Augustus 2005, Desember 2014 and Desember 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan mangrove yang telah berpindah menjauhi garis pantai, sebagian besar perlahan mati kekeringan sedangkan sebagian dapat bertahan dan berkembang menuju ke arah garis pantai.
Seagrass Ecosystems in Eastern Indonesia: Status, Diversity, and Management Challenges Supriyadi, Indarto Happy; Iswari, Marindah Yulia; Rahmawati, Susi; Riniatsih, Ita; Suyarso, Suyarso; Hafizt, Muhammad
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 29, No 4 (2024): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.29.4.503-518

Abstract

Seagrass beds have roles and benefits in shallow water ecosystems, including producers of organic matter, habitats for various marine biota, and providing services that are beneficial for the fishing community. However, increasing development activities in coastal areas, have decreased their valuable roles, which also affects damage in seagrass beds in Indonesian waters. Therefore, information on species diversity and seagrass conditions, especially in East Indonesian waters, is needed. This paper aims to provide information as the initial study of the distribution of species diversity, conditions of seagrass beds, and challenges of seagrass management in eastern Indonesia. This study collected primary and secondary data from several data sources from seagrass monitoring and research activities. The assessment of conditions and categories of seagrass cover refers to the Decree of the state minister for the Environment (KMN-LH) of 2004 No. 200 and the 2017 seagrass monitoring guidelines. As a result of 24 monitoring locations ten species were found indicating that Eastern Indonesia has high species diversity. The results at 24 locations can be categorized as healthy seagrass conditions in six locations (25%) and around 16 locations (67%) as less healthy. Monitoring results after 2015 are predicted to change the diversity and seagrass conditions. The challenges of seagrass management in Eastern Indonesian waters, including the coastal environment changes, need to increase public knowledge and understanding of the role, function, and benefits of seagrass. Also, replanting and enhancement of seagrass-protected areas are essentially needed by the local government.