Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbedaan Profil Sosial Ekonomi, Pengetahuan, Sikap Antara Pembeli Mie Basah Berformalin Dan Pembeli Mie Basah Tidak Berformalin Dari Pasar Johar Kota Semarang Shinta, Dewi; Suyatno, -; Nugraheni, S.A.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) Vol 2, No 4 (2014): JULI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.002 KB) | DOI: 10.14710/jkm.v2i4.6408

Abstract

Mie basah adalah makanan yang rentan ditambahkan formalin sebagai pengawet. Meskipun demikian mie basah berformalin banyak dibeli karena ketidaktahuan konsumen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan profil sosial ekonomi, pengetahuan, sikap antara pembeli mie basah berformalin dan tidak berformalin dari Pasar Johar Kota Semarang. Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel  pembeli mie berformalin sebanyak 37 di Johar, 8 di Sompok Lama. Pembeli mie tidak berformalin 32 di Johar, 13 di Sumurboto. Analisis dengan Chi-Square, T-Test, Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan pembeli mie berformalin berjenis kelamin perempuan (91,1%), rerata umur 41,58 tahun, rerata pendidikan 9 tahun, status tidak bekerja (51,1%), rerata pendapatan perkapita perbulan Rp 400.000, rerata skor pengetahuan 50%, rerata skor sikap 60%. Pada pembeli mie tidak berformalin berjenis kelamin perempuan (91,1%), rerata pendidikan 9 tahun, status tidak bekerja (48,5%), rerata pendapatan perkapita perbulan Rp 425.000, rerata skor pengetahuan 66,7%, rerata skor sikap 75,9%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan, pembeli mie tidak berformalin memiliki pendapatan lebih tinggi dibandingkan pembeli mie berformalin (p=0,004), pembeli mie tidak berformalin memiliki rerata skor pengetahuan lebih tinggi dibandingkan pembeli mie berformalin (p=0,0001), pembeli mie tidak berformalin memiliki rerata skor sikap lebih tinggi dibandingkan pembeli mie berformalin (p=0,001). Tidak ada perbedaan jenis kelamin (p=1,000), umur (p=709), pendidikan (p=0,281), status bekerja (p=0,804) antara pembeli mie berformalin dan tidak berformalin. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota setempat untuk meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait mie basah berformalin terutama untuk masyarakat sosial ekonomi rendah
Hubungan Praktik Pemberian Susu Formula Dengan Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang Puji Lestari; - Suyatno; Apoina Kartini
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) Vol 2, No 6 (2014): NOVEMBER
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.4 KB) | DOI: 10.14710/jkm.v2i6.6420

Abstract

The Correlation Between Formula Milk Feeding Practices And Infant Nutritional Status (0-6 Months) In East Semarang District Semarang: Infant nutrition status is condition that influenced by nutrition intake from the food consumed daily such as formula milk feeding, breast milk. Unappropriate formula milk feeding practices from dose, frequency, and sanitation of formula milk serving make nutritional problems can under nutritional, or more nutritional. The purpose of this research was to find out the correlation between formula milk feeding practice and infant nutritional status at age 0-6 months in east Semarang district Semarang. This was descriptive analytical research using cross sectional design. Population in this study was infant at age 0-6 months (218 infants), then taken as many as 97 samples consume formula milk, to take samples using accidental random method. The data analysis used here applied Rank Spearman and Chi Square correlation test with significance value α =0,05 (p<0,05). The result shown the formula milk feeding on  average 11,31 gram/serving 12x/day, sanitation formula presenting the average scores of 7 (1-10), nutritional status sampel is good nutritional (52,57%), more nutritional (37,11%), less nutritional (8,25%), under nutritional (2,05%), Results of Spearman and Chi Square test shown there was correlation between frequency, dose of formula feeding practice and nutritional adequacy rate, there was correlation between the sanitation of formula milk serving, baby sitters, with length and frequency of diarrhea, there was correlation between the length and frequency of diarrhea, nutritional adequacy rate, inequality dose with nutritional status. From this study, it can be concluded that there is correlation between formula milk feeding practices and nutritional status of infant age 0-6 months
Penerapan Terapi Spiritual : Dzikir Pada Pasien Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendegaran Di Ruang Drupadi RSJD Surakarta Kiki Mudrikhatul Inayah; Hana Nafi’ah; - Suyatno
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 6 (2023): Membangun Tatanan Sosial di Era Revolusi Industri 4.0 dalam Menunjang Pencapaian Susta
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan penelitian ini ditemukan pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasipendengaran dengan tanda dan gejala yang spesifik sehingga belum bisa mengontrolhalusinasi yang dialaminya. Cara mengontrol halusinasi ada beberapa terapi, salah satunyaialah terapi penerapan spiritual dzikir yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan terapi.Peneliti mengambil penerapan terapi dzikir dalam mengontrol halusinasi pendengaran padapasien karna sangat efektif untuk mengurangi tanda dan gejala halusinasi sehinggadiharapkan pasien bisa mengontrol halusinasi dengan baik. Penelitian ini menggunakan studikasus sesuai Evidence Based Practice (EBP). Responden yang diteliti berjumlah satu orangdengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.Pengambilan data dilakukan sebelum dan sesudah tindakan menggunakan form checklisttanda dan gejala halusinasi. Intervensi diberikan selama 3 hari dan setiap harinya dilakukanselama 10 sampai 20 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan terapispiritual dzikir mampu mengontrol halusinasi pendegaran secara efektif dengan hasil yangcukup baik. Bentuk penerapan spiritual dzikir yang dilakukan merupakan salah satu teknikyang dapat mengurangi gejala halusinasi sehingga pasien mampu mengontrol serta merasalebih tenang dan pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidaklah nyata. Terapi penerapanspiritual : dzikir  dalam mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien  terbukti mampudalam mengontrol halusinasi secara efektif.  Kata Kunci : Halusinasi Pendengaran, Psikoreligius Dzikir,  dan halusinasi.
Simultaneous Hydroponic Nutrient Control Automation System Based on Internet of Things Adidrana, Demi; Iskandar, Ade Rahmat; Nurhayati, Ade; Suyatno, -; Ramdhani, Mohamad; Adam, Kharisma Bani; Ardianto, Rizki; Ekaputri, Cahyantari
JOIV : International Journal on Informatics Visualization Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Society of Visual Informatics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30630/joiv.6.1.865

Abstract

Hydroponic is one of the solutions of gardening methods using water as a nutrition medium. Usually, maintaining hydroponic plant quality and water nutrients are done manually and require human efforts, such as the degree of acidity or wetness (pH), TDS (Total Dissolved Solids), and nutrient temperature. With the Internet of Things technology, we can automate hydroponic control by measuring the nutrients' TDS, pH, and temperature values and controlling water nutrition by pump nutrition needs for hydroponic plants. This research uses the NFT (Nutrient Film Technique) for the hydroponic system and uses lettuce as the nutrition parameter. The lettuce parameters are pH, TDS, and Water Temperature equal to the sensor we used in the proposed IoT system. The condition has 27 classifications, and we use this classification as a reference in decision-making, using the K-Nearest Neighbor (KNN) algorithm to activate the actuator. We improve the simultaneous actuator from previous research with specified intervals and duration to achieve ideal nutritional conditions. The other improvement is that we collect more data and more testing times. The accuracy was 91.2%, with k = 3. From the evaluation results, the accuracy of KNN is quite high and has an advantage, which has better accuracy than the other algorithms and can activate actuator simultaneously. We conclude that the hydroponic nutrient automation system using the Internet of Things method is ready for real planting use with this improvement.