Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Gambaran kadar hemoglobin pada pekerja bangunan Gunadi, Valerie I.R; Mewo, Yanti M.; Tiho, Murniati
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14604

Abstract

Abstract: Hemoglobin is a red blood cells protein that has an important role to transport the oxygen, carbon dioxide and proton in human body. Physical activity can affect hemoglobin level. Physical activity with moderate to vigorous intensity can cause the change of hemoglobin level in human body. One of the jobs with moderate to vigorous physical activity is labor. The purpose of this study was to find out the description of hemoglobin level in labor. The study used was descriptive cross sectional study. The respondents of this study were 30 men that worked as a labor that agreed to be a respondent and in inclusion and exclusion criteria. The total sampling method was used to chose the samples. The result showed 28 subjects (93,4%) with normal hemoglobin level (13,2 – 17,3 g/dL), 1 subject (3,3%) with low hemoglobin levels, and 1 subject (3,3%) with high hemoglobin level. Conclusion: Based on the result, it can be concluded that hemoglobin level in labor is mostly (93,4%) in normal level.Keywords: hemoglobin level, labor. Abstrak: Hemoglobin merupakan protein sel darah merah yang memiliki peranan penting dalam proses transport oksigen, karbondioksida serta proton dalam tubuh. Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dapat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dalam tubuh. Aktivitas fisik dengan intensitas sedang sampai berat dapat menyebabkan kadar hemoglobin dalam tubuh berubah. Salah satu pekerjaan dengan aktivitas fisik sedang sampai berat ialah pekerja bangunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada pekerja bangunan. Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang pekerja bangunan yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dan bersedia menjadi responden. Metode pemilihan sampel menggunakan cara total sampling. Hasil penelitian didapatkan respoden yang memiliki kadar hemoglobin normal (13,2 – 17,3 g/dL) sebanyak 28 orang (93,4%), 1 orang (3,3%) memiliki kadar hemoglobin yang kurang dari nilai normal, dan 1 orang (3,3%) memiliki kadar hemoglobin yang lebih dari nilai normal. Simpulan: Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa gambaran kadar hemoglobin pada pekerja bangunan sebagian besar (93,4%) memiliki kadar hemoglobin normal. Kata kunci: kadar hemoglobin, pekerja bangunan.
KADAR KALIUM SERUM PADA LATIHAN FISIK INTENSITAS SEDANG MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Raj, Dewa Agung Brihaspati; Assa, Youla A.; Tiho, Murniati
eBiomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.1.2014.3621

Abstract

Abstract: Excessive body heat while doing physical exercise will be excreted by sweating. Potassium is one of the electrolyte compounds incorporated and washed away together with sweat. In turn, the excessive lost of potassium in sweat can decrease the concentration of extracellular potassium level. Physical exercise can also lead to an increase in serum potassium concentration. The present study was aimed to determine the differences of potassium level before and after physical exercise at moderate intensity at students year 2010 Faculty of Medicine Sam Ratulangi University. Thirty students (27 men and 3 women) were involved in the present pre-experimental study designed with pretest-posttest. Samples were colected using purposive sampling method and analyzed further using wilcoxon test. Data was collected by determine the serum potassium levels before and after moderate intensity physical exercise. Exercise is done in the form of fast walking on a treadmill to maintain heart rate target 64-76 % of maximum heart rate (200 - age) for 30 minutes. The result showed that the average of serum potassium levels before moderate intensity exercise was 4,253±0,3683 mEq/L, and the average of serum potassium levels after moderate intensity exercise was 4,363±0,3908 mEq/L. Wilcoxon test significance values ​​in this study were p=0.110  (p>0,05). It can be concluded that there was no difference of potassium level before and after physical exercise at moderate intensity at students year 2010 Faculty of Medicine Sam Ratulangi University. Keywords: Potassium, Exercise, Moderate intensity.   Abstrak: Kelebihan panas tubuh saat melakukan latihan fisik akan dikeluarkan melalui keringat. Kalium merupakan salah satu elektolit yang terkandung dan dapat keluar bersama keringat. Kehilangan kalium yang berlebihan melalui keringat saat melakukan latihan fisik dapat menyebabkan penurunan konsentrasi kalium di dalam serum. Latihan fisik juga dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi kalium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2010 Universitas Sam Ratulangi. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan pretest-posttest design, dengan jumlah responden 30 mahasiswa (27 laki-laki dan 3 perempuan). Sampel dikumpulkan menggunakan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Data dikumpulkan dengan menentukan kadar kalium serum sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik intensitas sedang. Latihan fisik yang dilakukan berupa berjalan cepat di atas treadmill dengan mempertahankan target heart rate 64-76% dari heart rate maksimal (200-umur) selama 30 menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata kadar kalium serum sebelum melakukan latihan fisik intensitas sedang ialah 4,253±0,3683 mEq/L, dan rata-rata kadar kalium serum sesudah melakukan latihan fisik intensitas sedang ialah 4,363±0,3908 mEq/L. Nilai signifikansi uji Wilcoxon pada penelitian ini ialah p=0,110 (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: Kalium, Latihan fisik, Intensitas sedang.
Gambaran Kadar Asam Urat Serum pada Remaja dengan Overweight dan Obesitas Matialu, Inggrianno G.V; Tiho, Murniati; Assa, Youla A.
e-Biomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i1.19293

Abstract

Abstract: Nowadays, obesity has become a serious problem world-wide. Obesity can cause the emergence of various kinds of diseases; one of them is hyperuricemia. This condition could found in obese adult as well as in obese adolescence. This study was aimed to obtain the serum uric acid level profile among high school students with overweight and obesity. This was a descriptive study with a cross sectional design. Subjects were grade X-XI students of SMA Negeri 2 Bitung with body mass index (BMI) >85. There were 23 students involved in this study. The results showed that 60.87% subjects had hyperuricemia. Conclusion: Most adolescence with obesity tend to have uric acid level above normal value.Keywords: adolescence, obesity, hyperuricemia, serum uric acidAbstrak: Obesitas saat ini sudah menjadi sebuah permasalahan serius bagi dunia. Obesitas dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti hiperurisemia. Masalah hiperurisemia tidak hanya terjadi pada orang dewasa yang obes tetapi juga dapat menyerang remaja yang obes. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kadar asam urat serum pada siswa yang mengalami overweight maupun obesitas. Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ialah siswa kelas X-XI SMA Negeri 2 Bitung yang memiliki IMT diatas persentil 85 sebanyak 23 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60,87% siswa mengalami hiperurisemia. Simpulan: Remaja dengan obesitas cenderung memiliki kadar asam urat di atas normal.Kata kunci: remaja, obesitas, hiperurisemia, asam urat serum
GAMBARAN KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DARAH PADA LAKI-LAKI BERUSIA 40-59 TAHUN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH ≥23 kg/m2 Syahrullah, Rizky R.; Assa, Youla; Tiho, Murniati
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1161

Abstract

Abstract: High density lipoprotein (HDL) is a lipoprotein containing apo A-1, associated with other apolipoproteins. One of the HDL functions is as the reversed transporter of cholesterol in order to reduce cholesterol level in peripheral tissues. Low HDL cholesterol level is often related to obesity. High cholesterol level, obesity, and low HDL level are known as risk factors of coronary heart diseases. Overweight subjects have higher probabality for suffering from heart diseases and stroke. This study aimed to elaborate high density lipoprotein (HDL) levels in males aged 40-59 years with body mass index higher than 23 kg/m2. This study used consecutive sampling method. Total subjects involved in this study were 20 males who lived in Malalayang. The results showed that there were 11 subjects with normal HDL levels and nine subjects (45%) with low HDL levels (<45 mg/dL). No subjects had high HDL level. Nineteen subjects (95%) were classified as obesity and only one subject (5%) as overweight. Conclusion: Most of the males 40-59 aged with body mass index ≥23 kg/m2 who lived in Malalayang Manado has normal HDL level. Keywords: males, high density lipoprotein, body mass index Abstrak: High density lipoprotein (HDL) ialah lipoprotein yang mengandung apoA-I, disamping apolipoprotein lainnya. Salah satu fungsi HDL ialah transpor balik kolesterol untuk menurunkan kadar kolesterol di jaringan perifer. Rendahnya kolesterol HDL sering dikaitkan dengan obesitas. Tingginya kolesterol, obesitas, dan rendahnya kadar HDL merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner. Individu dengan berat badan berlebihan berpeluang lebih besar untuk terkena penyakit jantung dan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar high density lipoprotein (HDL) pada laki-laki berusia 40-59 tahun dengan indeks massa tubuh ≥23 kg/m2. Metode penelitian yang digunakan ialah consecutive sampling. Subyek penelitian berjumlah 20 orang laki-laki yang berdomisili di Kecamatan Malalayang Manado. Hasil penelitian memperlihatkan 11 subyek (55%) dengan kadar HDL normal, sembilan subyek (45%) dengan kadar HDL rendah (<45 mg/dL); dan tidak ada (0%) yang memiliki kadar HDL tinggi (>60 mg/dL). Terdapat 19 subjek (95%) dengan obesitas dan hanya satu subjek (5%) yang mengalami overweight. Simpulan: Sebagian besar laki-laki berusia 40-59 tahun yang berdomisili di Kecamatan Malalayang Manado dengan indeks massa tubuh ≥23 kg/m2 mempunyai kadar HDL normal. Kata kunci: laki-laki, high density lipoprotein, indeks massa tubuh
Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Pada Peminum Minuman Beralkohol di Kelurahan Tosuraya Selatan Maliangkay, Owen J.; Assa, Youla; Tiho, Murniati
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.28707

Abstract

Abstract: According to the Global Health Observatory (GHO-WHO) through the Global Information System on Alcohol and Health (GISAH) in 2018 recorded the distribution of alcohol use per capita worldwide in 2016 said the use of alcohol has caused the death of 3 million people each year. Alcohol consumed can cause disease, one of which is impaired liver function. One of the tests used as a marker of liver damage is the examination of Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT). This research is a descriptive study with a cross-sectional design and was carried out in September 2019 to December 2019. By using total sampling , 50 respondents were willing to take blood. Samples were then examined at Noongan Hospital. Research results from 50 samples showed that as many as 43 samples (86%) had normal SGOT levels, and 7 samples (14%) had high SGOT levels. The most samples in this study were male respondents totaling 40 respondents (80%), while those who were female totaled 10 respondents (20%). Samples with a length of consumption of alcoholic drinks for 16-20 years had SGOT levels of an average of 28.8 U/L and those who had >20 years of drinking alcoholic drinks had SGOT levels of 28.38 U/L, while those who consumed alcoholic drinks for <5 years had an average SGOT level of 27.29 U/L, 5-10 years an average of 27.95 U/L, and 11-15 years an average of 64.5 U/L. In conclusion, based on the results of the examination of SGOT levels to all samples, most (86%) had normal SGOT levels. The mean or average value is 29.24 U/L, the median value is 25 U/L, and the mode value is 20 U/L, whereas for a maximum value of 60 U/L and the minimum value is 8 U/L. A total of 38 samples (76%) had normal SGOT levels, and 12 samples (24%) had high SGOT levels.Keywords: serum glutamic oxaloacetic transaminase, sgot, alcohol  Abstrak: Menurut Global Health Observatory (GHO-WHO) melalui Global Information System on Alcohol and Health (GISAH) tahun 2018 mencatat sebaran penggunaan alkohol per kapita di seluruh dunia tahun 2016 menyebutkan penggunaan alkohol telah menyebabkan kematian 3 juta orang setiap tahun.     Alkohol yang dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit, salah satunya adalah gangguan fungsi hati. Salah satu pemeriksaan yang digunakan sebagai penanda adanya kerusakan hati yaitu dengan pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic (SGOT) pada Peminum Minuman Beralkohol di Kelurahan Tosuraya Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional dan dilaksanakan pada bulan september 2019 sampai dengan desember 2019. Dengan menggunakan total sampling, dengan jumlah sampel 50 yang bersedia dilakukan pengambilan darah. Sampel kemudian diperiksa di RSUD Noongan. Hasil Penelitian dari 50 sampel menunjukkan bahwa sebanyak 43 sampel (86%) memiliki kadar SGOT normal, dan 7 sampel (14%) memiliki kadar SGOT yang tinggi. Sampel terbanyak dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki berjumlah 40 responden (80%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 10 responden (20%). Sampel dengan lama konsumsi minuman beralkohol selama 16-20 tahun memiliki kadar SGOT rata-rata 28,8 U/L dan yang telah >20 tahun meminum minuman beralkohol memiliki kadar SGOT 28,38 U/L, sedangkan yang lama konsumsi minuman berlakohol selama <5 tahun memiliki kadar SGOT rata-rata 27,29 U/L, 5-10 tahun rata-rata 27,95 U/L, dan 11-15 tahun rata-rata 64,5 U/L. Simpulan penelitian berdasarkan hasil pemeriksaan kadar SGOT kepada seluruh sampel, sebagian besar (86%) memiliki kadar SGOT normal. Nilai mean atau nilai rata-rata yaitu 29,24 U/L, nilai median yaitu 25 U/L, dan nilai modus yaitu 20 U/L, sedangkan untuk nilai maksimum 60 U/L dan nilai minimumnya 8 U/L. Sebanyak 38 sampel (76%) memiliki kadar SGOT normal, dan 12 sampel (24%) memiliki kadar SGOT yang tinggi.Kata kunci: serum glutamic oxaloacetic transaminase, sgot, alkohol
Kadar Triasilgliserol Pada Peminum Minuman Beralkohol di Kelurahan Tosuraya Selatan Ihsan, Muhammad; Tiho, Murniati; Purwanto, Diana
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.28705

Abstract

Abstract: Excessive alcohol consumption can disrupt lipid metabolism and cause an increase in triacylglycerol concentration. North Sulawesi is the region with the highest average alcohol consumption in Indonesia. South Tosuraya Village is one of the villages located in Ratahan Sub-District, Southeast Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Based on preliminary surveys, it is known that there are alcoholic beverage production sites, namely mouse stamps which are supported by affordable mouse stamp prices and the habit of drinking mouse stamps has become a traditional drink of the local community, from the survey there are no preliminary data showing triacylglycerol levels in this area. Knowing the levels of triacylglycerol in alcoholic drink drinkers in South Tosuraya Village. This research is a descriptive study with cross-sectional design. The study used total sampling and was conducted in August 2019 until December 2019. Of the 50 willing subjects, 29 subjects (58%) had normal triacylglycerol levels, 9 subjects (18%) had high threshold triacylglycerol levels, 11 subjects (22%) had high triacylglycerol levels, and as many as 1 subject ( 2%) has very high levels of triacylglycerol. The results showed that subjects who drank alcoholic drinks for <5 years had an average triacylglycerol level of 106.3 mg / dL 5-10 years an average of 144 mg / dL, 11-15 years an average of 177 mg / dL, 16 -20 years with an average of 194.4 mg / dL and those who have> 20 years of drinking alcoholic drinks have an average triacylglycerol level of 223.1 mg / dL. In conclusion, most of the subjects 58% had normal triacylglycerol levels and drinkers who had been drinking alcohol for more than 20 years experienced elevated levels of triacylglycerol.Keywords: Triacylglycerol, alcohol  Abstrak: Konsumsi alkohol berlebihan dapat mengganggu metabolisme lipid dan menyebabkan peningkatan konsentrasi triasilgliserol. Sulawesi Utara merupakan daerah dengan konsumsi alkohol rata-rata tertinggi di Indonesia. Kelurahan Tosuraya Selatan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan survei awal diketahui terdapat tempat produksi minuman beralkohol yaitu cap tikus yang didukung oleh harga cap tikus yang terjangkau serta kebiasaan meminum cap tikus telah menjadi minuman tradisional masyarakat setempat, dari survei tersebut belum ada data awal yang menunjukkan kadar triasilgliserol pada daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar triasilgliserol pada peminum minuman beralkohol di Kelurahan Tosuraya Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian menggunakan total sampling dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai dengan Desember 2019. Dari 50 subjek penelitian yang bersedia, didapatkan 29 Subjek (58%) memiliki kadar triasilgliserol normal, sebanyak 9 subjek (18%) memiliki kadar triasilgliserol ambang batas tinggi, sebanyak 11 subjek (22%) memiliki kadar triasilgliserol tinggi, dan sebanyak 1 subjek (2%) memiliki kadar triasilgliserol sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan subjek yang meminum minuman beralkohol selama selama <5 tahun memiliki kadar triasilgliserol rata-rata 106,3 mg/dL 5-10 tahun rata-rata 144 mg/dL, 11-15 tahun rata-rata 177 mg/dL, 16-20 tahun rata-rata 194,4 mg/dL dan yang telah >20 tahun meminum minuman beralkohol memiliki kadar triasilgliserol rata-rata 223,1 mg/dL. Simpulan penelitian ini ialah sebagian besar subjek memiliki kadar triasilgliserol normal serta peminum yang telah meminum alkohol lebih dari 20 tahun mengalami peningkatan kadar triasilgliserol.Kata kunci: Triasilgliserol, alkohol
Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Vegetarian Lacto-Ovo Septiana, Anisa; Tiho, Murniati; Mewo, Yanti
e-Biomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i1.19113

Abstract

Abstract: Creatinine is a residual product of the metabolism in the body which is generally used to estimate active tissues. Its precursor comes from protein. In vegetarians, their eating pattern affects the body condition. Lacto-ovo vegetarians consume all kinds of vegetable but do not consume any kind of meat; however, they still consume milk, egg, and daily product. This study was aimed to describe serum creatinine levels in lacto-ovo vegetarians. This was a descriptive study with a cross-sectional design. There were 25 respondents in this study. The results showed that 23 respondents had normal creatinine serum level, and 2 respondents had low creatinine serum level. The average score of creatinine serum level was 0.8 mg/dL (SD±0.2 mg/dL). Conclusion: The majority of lacto-ovo vegetarians had normal creatinine serum level.Keywords: creatinin serum, lacto-ovo vegetarian Abstrak: Kreatinin merupakan produk sisa dari metabolisme tubuh yang biasanya digunakan untuk mengestimasi jaringan aktif tubuh. Prekursor kreatinin berasal dari protein makanan. Pola makan pada vegetarian berefek terhadap kondisi tubuh. Vegetarian lacto-ovo adalah tipe vegetarian yang mengonsumsi semua jenis sayur dan berpantang makan segala jenis daging tetapi masih mengonsumsi susu, telur, dan produk dari susu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin serum pada vegetarian lacto-ovo. Jenis penelitian ialah deskpritif dengan desain potong lintang. Responden penelitian ini berjumlah 25 orang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 23 responden memiliki kadar kreatinin serum normal dan 2 responden memiliki kadar kreatinin serum rendah. Rerata nilai kadar kreatinin serum responden yaitu 0,8 mg/dL (SD±0,2 mg/dL). Simpulan: Sebagian besar vegetarian lacto-ovo memiliki kadar kreatinin serum yang normal.Kata kunci: kreatinin serum, vegetarian lacto-ovo
PERBANDINGAN KADAR NATRIUM SERUM SEBELUM DAN SESUDAH AKTIVITAS FISIK INTENSITAS BERAT Montung, Linda J. A.; Paruntu, Michaela E.; Tiho, Murniati
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9417

Abstract

Abstract: Sodium is the main cation within the extracellular fluid. During vigorous physical activity transpiration occurs resulting in elevation of sodium concentration in extracellular fluid if there is not enough fluid intake. This study aimed to obtain the difference between the blood serum sodium level before and after the vigorous physical activity. This was an experimental study with one group pretest and posttest design. Samples were obtained by using simple random sampling. There were 21 male medical students evaluated their blood serum sodium level. The mean of blood serum sodium level before the physical activity was 140.62 mEq/L and after the physical activity was 143.24 mEq/L. The paired sample t-test showed that there was a significant correlation between the physical activity and the blood serum sodium (p=0.005). Conclusion: There was a difference between the blood serum sodium levels before and after vigorous physical activity.Keywords: serum sodium level, vigorous physical activityAbstrak: Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstrasel. Ketika melakukan aktivitas fisik berat terjadi pengeluaran keringat. Jika tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi natrium dalam cairan ekstrasel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kadar natrium serum darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik berat. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan one group pretest and posttest design. Sampel diperoleh dengan metode simple random sampling. Sejumlah 21 mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Manado dievaluasi untuk menentukan kadar natrium serum darah. Rerata kadar natrium serum darah sebelum aktivitas fisik 140,62 mEq/L dan sesudah aktivitas fisik 143,24 mEq/L. Uji sample t-test menunjukkan korelasi bermakna antara aktivitas fisik dan kadar natrium serum darah (p = 0,005). Simpulan: Terdapat perbedaan kadar natrium serum darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik berat.Kata kunci: kadar natrium serum, aktivitas fisik berat
Efek Red Wine Terhadap Kesehatan Kardiovaskular Malingkas, Thalia W.; Kaligis, Stefana H. M.; Tiho, Murniati
e-Biomedik Vol 9, No 1 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v9i1.31909

Abstract

Abstract: Many studies showed that antioxidants contained polyphenols and flavonoids such as red wine could reduce the risk of cardiovascular disease. This study’s purpose is to determine the effect of red wine on cardiovascular health. This is a literature review using three databases: Pubmed, Google Scholar and Clinical Key. The keywords using to search the articles are red wine AND cardiovascular disease AND antioxidant OR antioksidan AND flavonoid. After being selected based on inclusion and exclusion criteria, ten literatures were found. The research methods using in the literatures were very varied, which were a cross-over study, single blind cross-over, double-blinded, comprised two study days, parallel four-armed intervention, experimental, randomized, and prospective study. The subjects in these studies were also varied, from healthy people to people with cardiovascular disorders and with other health problems. Besides red wine, interventions with dealcoholized red wine and red grape polyphenol extract (RGPE) also were used in some studies. However, the results from all studies showed that consuming red wine has a good effect on cardiovascular health, measured from LDL and HDL blood level, FMD and systolic blood pressure. In conclusion, red wine consumption has beneficial effects on cardiovascular health.Keywords: red wine, antioxidant, cardiovascular health, polyphenol, flavonoid  Abstrak: Banyak penelitian menunjukkan bahwa antioksidan yang mengandung polifenol dan flavonoid seperti red wine dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek red wine terhadap kesehatan kardiovaskular. Penelitian ini berbentuk literature review menggunakan tiga database yaitu Pubmed, Google Scholar, dan Clinical Key.  Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu red wine AND cardiovascular disease AND antioxidant OR antioksidan AND flavonoid. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 10 literatur yang memenuhi kriteria. Literatur-literatur yang ditemukan menggunakan metode penelitian beragam yaitu cross-over study, single blind cross-over, double-blinded, comprised two study days, parallel four-armed intervention, experimental, randomized, dan prospective study. Subjek yang berpartisipasi dalam studi-studi tersebut juga bervariasi, yaitu terdiri dari orang yang sehat, orang dengan ganguan kardiovaskular dan orang dengan gangguan kesehatan lainnya. Selain red wine, intervensi menggunakan dealcoholized red wine, dan red grape polyphenol extract (RGPE) juga dilakukan pada beberapa studi. Meskipun demikian, hasil yang didapatkan dari semua studi menunjukkan bahwa mengonsumsi red wine memberikan efek yang baik terhadap kesehatan kardiovaskular, yang dilihat dari pengukuran LDL dan HDL darah, FMD dan systolic blood pressure. Sebagai simpulan konsumsi red wine memberikan efek yang bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskular.Kata Kunci: red wine, antioksidan, kesehatan kardiovaskular, polifenol, flavonoid
Kandungan dan Aktivitas Antioksidan pada Rumput Laut Merah Loho, Rafaela E. M.; Tiho, Murniati; Assa, Youla A.
Medical Scope Journal Vol 3, No 1 (2021): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.3.1.2021.34986

Abstract

Abstract: The imbalance between free radicals and endogenous antioxidants produced by the body can cause cell damage resulting in various diseases such as cancer, heart disease, cataracts, premature aging, and other degenerative diseases. Antioxidants that can capture and neutralize free radicals are needed to cease further reactions causing oxidative stress. Therefore, the consumption of natural antioxidants which are abundant in plants needs to be increased. Red seaweed, known as red algae, has a lot of biological activity compared to other types of seaweed. This study was aimed to determine the content and antioxidant activity of red seaweed (Eucheuma cottonii). This was a literature review study using three databases: Pubmed, ClinicalKey, and Google Scholar. The keywords used were Antioxidant AND Rhodophyta AND Gracilaria sp AND Eucheuma Cottonii. After screening and feasibility assessed we obtained 10 journals using experimental method to evaluate the total phenol content and antioxidant activity of Gracilaria sp. and Eucheuma cottonii. The results showed that red seaweed contained antioxidant compounds such as phenolics and flavonoids that had high antioxidant activity. In conclusion, red seaweed contains compounds with high antioxidant activity such as phenolics and flavonoids. Keywords: antioxidant; red seaweed; phenolic; flavonoid  Abstrak: Ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan endogen yang diproduksi tubuh dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Tubuh memerlukan asupan senyawa antioksidan yang mampu menangkap dan menetralisir radikal bebas tersebut, sehingga reaksi lanjutan yang menyebabkan terjadinya stres oksidatif dapat berhenti. Konsumsi antioksidan alami yang banyak terkandung pada tumbuhan perlu ditingkatkan. Rumput laut merah yang dikenal sebagai alga merah merupakan jenis rumput laut yang banyak memiliki aktivitas biologi dibandingkan dengan jenis rumput laut lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan dan aktivitas antioksidan pada rumput laut merah (Eucheuma cottonii). Jenis penelitian ialah suatu literature review dengan pencarian data menggunakan 3 database yaitu PubMed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan ialah Antioksidan AND Rhodophyta AND Gracilaria sp AND Eucheuma Cottonii. Setelah skrining serta uji kelayakan didapatkan 10 jurnal dengan metode penelitian eksperimental yang menguji kandungan total fenol dan aktivitas antioksidan pada Gracilaria sp. dan Eucheuma cottonii. Hasil kajian menunjukkan adanya senyawa yang berperan sebagai antioksidan seperti fenolik dan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Simpulan penelitian ini ialah rumput laut merah mengandung senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi seperti fenolik dan flavonoid.Kata kunci: antioksidan; rumput laut merah; fenolik; flavonoid Â