Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KADAR KLORIDA SERUM PADA LATIHAN FISIK INTENSITAS SEDANG MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Johannes, Roy; Purwanto, Diana S.; Kaligis, Stefana H. M.
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3589

Abstract

Abstract: Chloride as the major anion in the extracellular fluid plays a role in maintaining fluid and electrolyte balance. One of the factors that influence the levels of serum chloride is sweating during physical exercise. This study aimed to determine  the differenceof serum chloride levels before and after moderate intensity exercise in the students of Faculty of Medicine year 2010 Sam Ratulangi University. This is a pre-exsperimental research with pretest and posttest design with 30 students as samples. The samples were chosen using purposive sampling method and the results were analyzed using paired-sample t-test. The results showed the average levels of serum chloride before and after moderate intensity exercise are 106,10 mEq/L and 107,37 mEq/L while paired-sample t-test significance value (p) is 0,000. From the results can be concluded that there is a significant differences in serum chloride levels before and after moderate intensity exercise in the students of Faculty of Medicine year 2010 Sam Ratulangi University. Keyword: serum chloride, moderate intensity exercise, student of Faculty of Medicine Sam Ratulangi University   Abstrak: Klorida sebagai anion utama dalam cairan ekstraselular berperan dalammemelihara keseimbangan cairan dan elektrolit. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar klorida serum yaitu keluarnya keringat saat melakukan latihan fisik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar klorida serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2010. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan pretest-posttest design, dengan jumlah sampel 30 orang. Sampel penelitian dipilih dengan purposive sampling dan dianalisis dengan uji t berpasangan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata kadar klorida serum sebelum melakukan latihan fisik intensitas sedang adalah 106,10mEq/L, sedangkan rata-rata kadar klorida serum sesudah melakukan latihan fisik intensitas sedang adalah 107,37 mEq/L. Nilai signifikansi uji t berpasangan pada penelitian ini adalah p=0,000. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kadar klorida serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2010. Kata kunci: klorida serum, latihan fisik intensitas sedang, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI ANGKATAN 2011 DENGAN INDEKS MASSA TUBUH ≥ 23 kg/m2 Rorong, Gracia; Kaligis, Stefana; Purwanto, Diana
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4362

Abstract

Abstract: Glucose is a main compound that has important role in preparation and development  of energy in human body. Blood glucose level is the amount of glucose in the blood. One of the factors that affects blood glucose level is body weight. Body weight is affected by several factors, such as aged, gender, and physical activities. Overweight may cause insulin resistance, results in increasing of the blood glucose level. This study aimed to describe the fasting blood glucose level at students Faculty of Medicine year 2011 Sam Ratulangi University with Body Mass Index (BMI) ≥23 kg/m2. Research method used for this study was cross sectional descriptive survey with purposive sampling method. From 26 respondents, 12 overweight (BMI ≥23 kg/m2) respondents (46,15%) had average fasting blood glucose level 85,4 mg/dL and 14 obese (BMI ≥25 kg/m2) respondents (53,85%) had average fasting blood glucose level 86 mg/dL. Conclusion: the description of fasting blood glucose level at students Faculty of Medicine year 2011 Sam Ratulangi University with Body Mass Index (BMI) ≥23 kg/m2 is at normal level (80-100 mg/dL). Keywords: BMI ≥23 kg/m2, Fasting blood glucose, students year 2011     Abstrak: Glukosa merupakan suatu molekul utama yang berperan penting dalam penyediaan dan pembentukan energi di dalam tubuh. Kadar glukosa darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah adalah berat badan. Berat badan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Kelebihan berat badan dapat menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah merupakan salah satu penanda sindroma metabolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011 dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥23 kg/m2. Jenis penelitian berupa penelitian survey deskriptif cross sectional dengan metode purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 26 orang responden. Hasil penelitian ini didapatkan 12 orang responden (46,15%) yang overweight (IMT ≥23 kg/m2) memiliki rata-rata kadar glukosa darah puasa 85,4 mg/dL dan 14 orang responden (53,85%) yang obesitas (IMT ≥25 kg/m2) memilki rata-rata kadar glukosa darah puasa 86 mg/dL. Simpulan: semua responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011 memiliki kadar glukosa darah puasa normal (80-100 mg/dL). Kata Kunci: Glukosa darah puasa, IMT ≥23 kg/m2, mahasiswa angkatan 2011
GAMBARAN KADAR TRIASILGLISEROL DARAH MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 18,5-22,9 kg/m2 Kumesan, Miranti; Purwanto, Diana; Mewo, Yanti
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4588

Abstract

Abstract: In Indonesia, the incidence of degenerative disease has been raising. The main contributors to the degenerative disease are unhealthy modern lifestyle, smoking habit, drinking alcohol, irregularly diet and less physical activity. Blood triacylglycerol level is also a risk factor for degenerative disease. Body mass index (BMI) has a correlation with blood triacylglycerol level. A normal body mass index also has a normal mean of blood triacylglycerol level. The purpose of this study is to find out the blood triacylglycerol level in students year 2011 Medical Faculty of Sam Ratulangi University with body mass index 18,5-22,9 kg/m2. This study was a descriptive study with cross sectional design. The sample was taken with purposive method sampling. There were 31 participants on this study. The result of this study was 31 participants had normal blood triacylglycerol level. Conclusion: The blood triacylglycerol level in students year 2011 Medical Faculty of Sam Ratulangi University with body mass index 18,5-22,9 kg/m2 is normal. Keywords: BMI, triacylglycerol.     Abstrak: Di Indonesia telah terjadi peningkatan kejadian penyakit degeneratif. Kontributor utama terjadinya penyakit degeneratif ialah gaya hidup modern yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan yang tidak teratur dan aktivitas fisik yang kurang. Kadar triasilgliserol dalam darah juga merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Indeks massa tubuh (IMT) memiliki korelasi bermakna dengan kadar triasilgliserol darah. Pada indeks massa tubuh normal, rata-rata kadar triasilgliserol darah juga normal. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran kadar triasilgliserol darah mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Unsrat dengan indeks massa tubuh 18,5-22,9 kg/m2. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini 31 orang. Pada penelitian ini diperoleh hasil 31 responden memiliki kadar triasilgliserol normal. Simpulan: Gambaran kadar triasilgliserol darah mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Unsrat dengan indeks massa tubuh 18,5-22,9 kg/m2 ialah normal. Kata kunci: IMT, triasilgliserol.
GAMBARAN KADAR ASAM URAT PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH ≥ 23 kg/m2 Karimba, Andre; Kaligis, Stefana; Purwanto, Diana
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1175

Abstract

Abstract: The increase of blood uric acid beyond the normal limit (hyperuricemia) results an increase of risks and mortalities in several diseases. Nowadays, the prevalence of hyperuricemia appears to be increasing in develop countries. Hyperuricemia is a disease correlated with obesity in children and adults. This study aimed to determine the blood uric acid among the students of Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University 2011 with body mass index (BMI) ≥23 kg/m2. This was a descriptive study, using a purposive sampling method. There were 26 respondents that participated in this study. The results showed that there were 23 respondents (88.46%) who had normal blood uric acid and three respondents (11.54%) with hyperuricemia. Conclusion: the majority of students of the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University 2011 with body mass index ≥23 kg/m2 had normal blood uric acid. Keywords: hyperuricemia, uric acid, purine, BMI ≥23 kg/m2.   Abstrak: Peningkatan kadar asam urat darah di atas normal (hiperurisemia), menyebabkan peningkatan risiko dan mortalitas pada beberapa jenis penyakit. Dewasa ini, prevalensi hiperurisemia terus meningkat pada negara berkembang. Hiperurisemia merupakan penyakit yang berhubungan dengan obesitas baik pada anak maupun dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar asam urat pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥23 kg/m2. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 26 responden. Hasil penelitian memperlihatkan 23 responden (88,46%) memiliki kadar asam urat darah normal dan tiga responden (11,54%) dengan hiperurisemia. Simpulan: sebagian besar mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh ≥23 kg/m2 memiliki kadar asam urat darah yang normal. Kata kunci: hiperurisemia, asam urat, purin, IMT ≥23 kg/m2.
KADAR NATRIUM SERUM PADA LATIHAN FISIK INTENSITAS SEDANG MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Untu, Victor B. F. P.; Purwanto, Diana S.; Assa, Youla A.
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3619

Abstract

Abstract: Sweat losses during exercise that is not balanced by adequate fluid intake can lead to increased concentrations of electrolytes, including sodium in the extracellular fluid. Excessive sweating can also cause loss of electrolytes, particularly sodium and chloride. Excessive sodium loss in sweat may cause a decrease in the concentration of sodium in the extracellular fluid. This study aimed to determine the differences of serum sodium levels before and after moderate intensity exercise in the students of the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. This study was a pre-experimental with one group pre-post test design. Thirty respondents did brisk walking on the treadmill to maintain target heart rate 64-76% of maximum heart rate (200-age) for 30 minutes. The results showed that the average of serum sodium levels before moderate intensity exercise was 142,37±1,771 mEq/L, while after moderate intensity exercise was 143,07±1,639. Wilcoxon test significance value ​​in this study was p=0.033. The conclusion of this study is there are significant differences between serum sodium levels before and after moderate intensity exercise in the students of Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. Keywords: serum sodium, moderate intensity exercise, students    Abstrak: Pengeluaran keringat saat latihan fisik yang tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstrasel. Keringat yang berlebihan dapat juga menyebabkan kehilangan elektrolit, terutama natrium dan klorida. Kehilangan natrium yang berlebihan pada keringat dapat menyebabkan penurunan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstrasel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan kadar natrium serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jenis penelitian ini ialah pre-eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre-post test. Latihan fisik yang dilakukan yaitu berjalan cepat di atas treadmill selama 30 menit dengan mempertahankan target heart rate 64-76% dari heart rate maksimal (200-umur) yang diikuti oleh 30 orang responden. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata kadar natrium serum sebelum latihan fisik intensitas sedang ialah 142,37±1,771 mEq/L, sedangkan rata-rata kadar natrium serum sesudah latihan fisik intensitas sedang ialah 143,07±1,639 mEq/L. Nilai signifikansi uji Wilcoxon pada penelitian ini ialah p=0,033. Kesimpulan penelitian ini ialah terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar natrium serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: natrium serum, latihan fisik intensitas sedang, mahasiswa
GAMBARAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 18,5-22,9 kg/m2 Tilaar, Enika; Kaligis, Stefana; Purwanto, Diana
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1622

Abstract

Abstract: Increased uric acid levels (hyperuricemia) play a role in the level of morbidity in several diseases. The prevalence of hyperuricemia in Manado and Minahasa is high compared to other regions in Indonesia. Hyperuricemia can occur at a young age. The purpose of this study is to determine the blood levels of uric acid at students Faculty of Medicine year 2011, Sam Ratulangi University with body mass index of 18,5-22,9 kg/m2. This is a descriptive study with purposive sampling as the sampling method. There were 31 respondents that participated in this study. From 31 respondents, 30 respondents (96,8%) had normal blood uric acid levels and only one (3,2%) had high level of blood uric acid (hyperuricemia). Conclusion: majority (96,8%) of students Faculty of Medicine year 2011, Sam Ratulangi University with body mass index of 18,5-22,9 kg/m2 has normal blood uric acid levels. Key words: BMI 18,5-22,9 kg/m2, Hyperuricemia, Uric Acid.     Abstrak: Kadar asamurat yang meningkat (hiperurisemia) berperan dalam tingkat morbiditas pada beberapa penyakit. Prevalensi hiperurisemia di Manado dan Minahasa termasuk tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia. Hiperurisemia dapat terjadi pada usia muda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar asam urat darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh (IMT) 18,5-22,9 kg/m2. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini diikuti oleh 31 responden. Dari 31 responden ditemukan jumlah responden yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak 30 responden (96,8%) dan hiperurisemia sebanyak satu responden (3,2%). Simpulan: sebagian besar (96,8%) responden mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh 18,5-22,9 kg/m2 mempunyai kadar asam urat darah dalam batas yang normal. Kata Kunci: AsamUrat, Hiperurisemia, IMT 18,5-22,9 kg/m2
PERAN HEPSIDIN SEBAGAI REGULATOR METABOLISME BESI Purwanto, Diana S
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 2 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.2.2012.756

Abstract

Abstract: Hepcidin is an antimicrobial peptide hormone synthesized in the liver, distributed in plasma, and excreted in urine. Besides that, it is a main regulator of iron metabolism. Hepcidin belongs to the type II acute phase proteins and its synthesis is mainly controlled by the activity of bone marrow erythropoiesis, iron storage, and inflammatory processes in the body. It acts as a negative regulator of intestinal iron absorption and removal by macrophages and hepatocytes. Hepcidin, bound to the ferroportin receptor, causes the internalization and degradation of ferroportin which leads to iron retention in enterocytes, macrophages, and hepatocytes. Hepcidin synthesis is stimulated by a high transferrin saturation (iron excess and inflammation), and is inhibited by a low transferin saturation (anemia and hypoxia). Its excess is a major contributor to the pathogenesis of anemia in inflammatory processes, as well as its deficiency being responsible for most cases of hereditary hemochromatosis.Keywords: hepcidin, antimicrobial peptide, iron, inflamation, hemochromatosis.Abstrak: Hepsidin merupakan hormon peptida antimikroba yang disintesis oleh hepar, didistribusikan dalam plasma dan diekskresi melalui urin. Hepsidin menjadi regulator utama bagi metabolisme zat besi. Sintesis hepsidin terutama dikontrol oleh aktivitas eritropoiesis sumsum tulang, penyimpanan zat besi, dan adanya inflamasi dalam tubuh; juga telah dibuktikan merupakan protein fase akut tipe II. Hepsidin berperan sebagai regulator negatif absorpsi besi usus dan pelepasan besi oleh makrofag dan hepatosit. Hepsidin yang terikat pada reseptor feroportin menyebabkan internalisasi dan degradasi feroportin dan retensi besi dalam enterosit, makrofag dan hepatosit. Sintesis hepsidin dirangsang ketika saturasi transferin tinggi (saat terdapat kelebihan besi dan inflamasi), sebaliknya sintesis hepsidin dihambat ketika saturasi transferin rendah (pada anemia dan hipoksia). Kelebihan hepsidin merupakan kontributor utama terhadap patogenesis anemia inflamasi, dan kekurangan hepsidin bertanggung jawab pada sebagian besar kasus hemochromatosis herediter.Kata kunci: hepsidin, peptida antimikroba, besi, inflamasi, hemokromatosis.
PROFIL PENYAKIT MALARIA PADA PENDERITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BITUNG Purwanto, Diana S.; Ottay, Ronald I.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 3, No 3 (2011): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.3.3.2011.872

Abstract

Abstract: To date malaria is still a public health problem in Indonesia, because some areas are still endemic. Malaria in North Sulawesi are included in the top ten diseases prevalent in the health centers and hospitals. Some type C hospitals including the district hospitals and some private hospitals play an important role in treating patients with malaria and its complications. Data of malaria patients in hospitals is only obtained from several hospitals in Manado and Minahasa. The purpose of this research is to get a profile of malaria patients hospitalized at General Hospital of Bitung regency during the period of January 2008 until December 2009. The research method used is a retrospective survey of records from malaria patients' medical records at the General Hospital of Bitung regency. The collected data were then processed, arranged in a frequency distribution table, and discussed according to: age, sex, occupation, residence, clinical symptoms, laboratory examination, complications, treatment and diagnosis entered. This study describes that the accuracy and precision of handling malaria patients in this hospital is still low, as seen in the type of treatment, which shows that the use of antimalarial drugs are only about 6-37% is given correctly and there are about 10-10% of its use is still incorrect. Also, the clinical diagnosis of malaria was only found in 60 cases (36%) positive plasmodium and the most entry diagnosis was febrile observation. Key words: Malaria, plasmodium, a retrospective survey.   Abstrak: Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena beberapa daerah masih merupakan daerah endemis. Di Sulawesi Utara penyakit malaria termasuk dalam urutan atas dari sepuluh penyakit menonjol di puskesmas dan rumah sakit. Beberapa rumah sakit tipe C yaitu rumah sakit kabupaten/kota dan beberapa rumah sakit swasta sangat berperan dalam mengobati penderita malaria dan komplikasinya. Data-data mengenai penderita malaria di rumah sakit, hanya didapatkan dari beberapa rumah sakit saja khususnya yang berada di Manado dan Minahasa. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran penyakit malaria pada penderita rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Bitung periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2009. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei retrospektif terhadap catatan rekam medik penderita malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Bitung. Data yang didapat kemudian diolah, disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan dibahas menurut : usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, komplikasi, pengobatan dan diagnosa masuk. Hasil penelitian ini menunjukkan kecepatan dan ketepatan penanganan di rumah sakit tersebut masih kurang dilihat dari jenis pengobatan, dimana ditemukan penggunaan obat antimalaria hanya sekitar 6-37 % yang diberikan secara benar dan ada sekitar 1-10 % yang penggunaannya masih salah. Juga diagnosa malaria secara klinis hanya dijumpai pada 60 kasus (36 %) plasmodium positif dan diagnosa masuk terbanyak adalah observasi febris. Kata kunci: Malaria, plasmodium, survei retrospektif.
HAEMOPHILIA Purwanto, Diana S
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.2036

Abstract

Abstrak: Hemofilia adalah kelainan perdarahan kongenital yang disebabkan oleh kekurangan faktor VIII (faktor antihemofilik) yang terkait dengan Hemofilia A, atau faktor IX (faktor Christmas) yang terkait dengan Hemofilia B. Kedua hemophilia diturunkan secara X-linked resesif, dan umumnya ditemukan pada laki-laki. Kami melaporkan kasus seorang anak berusia 4 tahun dengan riwayat memar, pendarahan berlebihan, disertai pembengkakan sendi yang nyeri dan hematoma otot, yang dicurigai mengidap hemofilia. Serial tes koagulasi dilakukan dengan hasil: jumlah trombosit, waktu perdarahan, prothrombin time (PT), thrombin clotting time (TCT), dan fibrinogen normal, sedangkan activated partial thromboplastin time (APTT) memanjang. Mixing studies dikoreksi ketika plasma normal dan adsorbed plasma ditambahkan ke plasma pasien, yang menunjukkan defisiensi faktor VIII merupakan penyebab hemofilia ini. Aktivitas faktor VIII 8% menegaskan suatu hemofilia A derajat ringan. Kata kunci: hemofilia, PT, APTT, mixing studies, faktor VIII.   Abstract: Haemophilia is a congenital bleeding disorder caused by a deficiency of factor VIII (antihaemophilic factor), which is related to haemophilia A, or factor IX (Christmast factor), associated with haemophilia B. Both X-linked are recessive, and males are affected mostly. In this case, a four year old boy, who had a history of excessive bruising and bleeding, also suffered from painful swelling of joints and muscle hematoma. He was diagnosed of suspected  haemophilia. A serial test of coagulation studies was performed. The results of platelet count, skin bleeding time, prothrombin time, thrombin clotting time, and fibrinogen were normal; whereas, the activated partial thromboplastin time was prolonged. The mixing studies were corrected when normal plasma and adsorbed plasma were added to the patient plasma, suggesting that the factor VIII deficiency was the cause of this haemophilia. The factor VIII activity was 8% which confirmed the evidence of mild haemophilia A. Keywords: haemophilia, PT, APTT, mixing studies, factor VIII.
Pemeriksaan Laboratorium sebagai Indikator Sepsis dan Syok Septik Purwanto, Diana S.; Astrawinata, Dalima A.W.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 11, No 1 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.11.1.2019.23204

Abstract

Abstract: The complexity of the pathogenesis and pathophysiology of sepsis involves almost all types of cells, tissues, and organ systems. Therefore, there are numbers of laboratory tests that can be used as biomarkers of sepsis and septic shock. Some widely used biomarkers are divided into groups of bacterial products, acute phase proteins, tissue hypoperfusion, coagulation mediators, cell surfaces, and cytokines.Keywords: sepsis, septic shock, biomarkersAbstrak: Kompleksnya patogenesis dan patofisiologi sepsis melibatkan hampir semua jenis sel, jaringan, dan sistem organ. Oleh karena itu, terdapat banyak parameter laboratorik yang dapat dijadikan biomarker sepsis dan syok septik. Berbagai biomarker yang banyak digunakan terbagi dalam kelompokan produk bakteri, protein fase akut, hipoperfusi jaringan, mediator koagulasi, permukaan sel, dan sitokin.Kata kunci: sepsis, syok septik, biomarker