Samsuri Tirtosastro
Universitas Tribuana Tunggadewi

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok Tirtosastro, Samsuri; Murdiyati, A.S.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 2, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kandungan kimia tembakau yang sudah teridentifikasi jumlahnya mencapai 2.500 komponen. Dari jumlah tersebut sekitar 1.100 komponen diturunkan menjadi komponen asap secara langsung dan 1.400 lainnya mengalami dekomposisi atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain dan membentuk komponen baru. Di dalam asap sendiri terdapat 4.800 macam komponen kimia yang telah teridentifikasi. Telah diidentifikasi komponen kimia rokok yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu: tar, nikotin, gas CO, dan NO yang berasal dari tembakau. Selain itu juga bahan-bahan berbahaya yang terbentuk saat penanaman, pengolahan, dan penyajian dalam perdagangan, yaitu residu pupuk dan pestisida, TSNA (tobacco spesific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), dan NTRM (non-tobacco related material). Pengendalian tar, nikotin, gas CO dan NO da-pat dilakukan dalam proses pembuatan rokok dengan penggunaan filter, kertas rokok yang berpori-pori, dan lain-lain. Sedangkan residu pupuk dan pestisida, TSNA, B-a-P, dan NTRM dapat dikendalikan melalui sistem produksi tembakau yang benar yang mengacu pada usaha menekan bahan berbahaya. The amount of 2,500 of tobacco chemical compounds had been identified. From this amount, 1,100 com-pounds were directly derived to be smoke component, while the 1,400 compound would break into other compounds, react to other compound and built up new compounds. From the smoke, 4,800 compounds had been identified. The hazardous component of cigarette for human health had been identified, i.e. tar, nico-tine, and CO and NO gases those come from tobacco. Besides, other hazardous component were built up along of tobacco planting, processing, and marketing, i.e. fertilizer and pesticide residues, TSNA (tobacco specific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), and NTRM (non-tobacco related material). To control tar, ni-cotine, and CO and NO gases could be done by using filter, porous cigarette’s paper etc. While fertilizer and pesticide residues, TSNA, B-a-P, and NTRM could be controlled by good agricultural practices that concern to pressure the hazardous component.
Pengolahan Daun Tembakau dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Tirtosastro, Samsuri; Murdiyati, A.S.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tembakau merupakan bahan baku utama industri hasil tembakau seperti rokok keretek, cerutu, tembakau iris, dan lain-lain. Sebelum digunakan, daun tembakau harus melalui proses pengolahan. Pengolahan tembakau pada dasarnya merupakan kegiatan pengeringan, dengan penerapan suhu bertahap atau disebut proses kiu-ring (curing). Dalam proses pengolahan tembakau diperlukan energi, yang selama ini berasal dari panas ma-tahari, udara panas buatan hasil pembakaran kayu, minyak tanah, batu bara, LPG (liquefied petroleum gas), atau limbah pertanian. Penggunaan bahan bakar ini menyebabkan polusi udara, sehingga mencemari ling-kungan dan meracuni pekerja. Tembakau sendiri mengandung bahan berbahaya seperti, debu tembakau, ni-kotin, residu pestisida, TSNA (tobacco spesific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), dan lain-lain. Petunjuk pengendalian bahan berbahaya dan dampak lingkungan tersebut, selama ini sudah tersedia secara lengkap yang ditetapkan oleh organisasi tembakau dunia Coresta dan diimplementasikan oleh perusahaan-perusaha-an mitra petani. Petani yang sistem produksinya dalam bentuk kemitraan dengan perusahaan-perusahaan tembakau, telah melakukan pengendalian dengan baik. Dampak negatif penggunaan bahan bakar dapat di-tekan dengan sistem pemanasan tidak langsung (flue-curing), sedangkan penggunaan batu bara dilakukan dengan tungku pembakaran gasifikasi. Implementasi selanjutnya, selain diperlukan sistem inspeksi sesuai ketentuan juga perlu didorong terbentuknya kemitraan antara perusahaan tembakau dan petani. Tobacco leaf is the main raw material of tobacco industries such as cigarette, cigar, slices tobacco, etc. Be-fore being used, tobacco leaves have to go through processing. Tobacco processing is basically a drying acti-vity, with the application of temperature or a gradual process called curing. In the processing of tobacco ener-gy needed, which is derived from the hot sun, hot air made by the burning wood, kerosene, coal, LPG (li-quefied petroleum gas), or agricultural waste. The use of these fuels causes air pollution, thus contaminating the environment and poisoning workers. Tobacco itself contain hazardous materials such as tobacco dust, ni-cotine, pesticide residue, TSNA (tobacco specific nitrosamines), B-a-P (benzo-a-pyrene) and others. In-structions on control of hazardous materials and environmental impact, as long as it is available completely de-termined by the organization of the world tobacco Coresta and implemented by partner company of farmers. Farmer production systems in the form of partnership with tobacco companies, has done well control. The ne-gative impact of fuel use could be reduced by an indirect heating system (flue-curing), while the use of coal gasification is done by burning stove. Subsequent implementation, in addition to the required inspection sys-tem according to the provisions, should also be encouraged such as partnerships between tobacco companies and farmers.
PENGARUH PROSES PEMERAMAN BUNGA CENGKEH TERHADAP MUTU CENGKEH KERING Pote, Yulita Reda Bali; Tirtosastro, Samsuri; Tantalu, Lorine
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Clove (Syzygium aromaticum) is one of the spice plant and cultivated in various regions in Indonesia. Dried clove flower mostly was used as a clove cigarettes ingredient. Another using for food flavor, pharmaceuticals and insecticides. More than 95% of the clove was planted by farmers, as a yard plant, and 5% as a interprise plantatationUntil now, drying of the fresh clove flower was worked direct after harvesting and used sunshine sun-drying. Result of dried clove show a large variation quality and lower quality. That result could to take place, because raw clove flower has a variation quality and sunshine also has a difference intencity during one day drying process. This study try to fermented raw or fresh clove before drying. Drying in this experiment used drier at 60oC. The goal of this research was to improve the dried clove by fermentation and stable temperature drying process. Randomized Completelly Design (RCD) was used for this experiment, with five treatment of fermentation, without fermentation, A1 = 24 hours fermentation, 48 hours fermentation, 72 hours fermentation, and 96 hours fermentation, respectivelly. After fermentation, clove flower was direct to dried by 60oC dryer. Experiment use three replication, and each treatment 150 gr of fresh flower clove. Result of the reseach showed 48-72 hours fermentation showed a high ratio dried to fresh clove (11,63-14,13%), and good colour (score = 6,20 – 6, 47), more brightness characteristic (score = 4,70–5,47) and more aromatic (7,33 – 7, 27). The last of three sensory parameter was test by panelis. The research results showed that curing treatment clove generate clove 48-72 hours dry with a higher yield than the way of drying out directly after the cloves is quoteddespite the colour, the brightness of the colours and aromas the same. Curing of 48-72 hours before the dryed was enough to produce a high yield with a dried cloves (11,63 – 14,13 %), as well as the colour (score = 6,20 – 6, 47), the brightness of the colors (score = 4,7 – 5,47), and aromas (7,33 – 7, 27). Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah tanaman rempah dan banyak ditanam di berbagai tempat di Indonesia. Bunga cengkeh kering banyak dipakai untuk bahan baku bumbu rokok kretek. Penggunaan yang lain adalah sebagai bahan pembawa rasa dan aroma makanan, farmasi dan insektisida. Lebih dari 95% tanaman cengkeh diusahakan petani, khususnya sebagai tanaman pekarangan dan 5% oleh perusahaan perkebunan. Sampai saat ini pengeringan bunga cengkeh dilakukan langsunng setelah panen dan menggunakan panas matahari. Hasil pengeringan umumnya mempunyai keragaman mutu yang tinggi dan cenderung bermutu rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena cengkeh segar mempunyai variasi mutu yang tinggi dan intensitas panas matahari selama penjemuran juga tinggi. Penelitian ini melakukan fermentasi terhadap bunga cengkeh sebelum dikeringkan pada suhu pengering 60oC. Tujuan penelitian memperbaiki mutu cengkeh kering melalui fermentasi dan penggunaan suhu pengering yang stabil. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RCD), dengan 5 (lima) perlakuan fermentasi. Perlakuan tersebut masing-masing A0=Tanpa fermentasi, A1=24 jam fermentasi, A2=48 jam fermentasi, A3=72 jam fermentasi dan 96 jam fermentasi. Setelah fermentasi bunga cengkeh langsung dikeringan didalam pengering dengan suhu 60oC. Percobaan diulang 3 (tiga) kali dengan 150 gr sampel bunga cengkeh segar. Hasil penelitian menunjukkan 48-72 jam fermentasi menghasilkan rendemen atau rasio berat kering terhadap berat basah paling tinggi (11,63-14,13%). Hasil uji panelis juga menunjukkan hasil paling baik, masing-masing warna (skor =6,20-6,47), kecerahn warna (skor=4,70-5,74), dan aroma (skor=7,33–7,27).
NTRM (Non Tobacco Related Material) TEMBAKAU RAJANGAN MADURA YANG DIUSAHAKAN PETANI MITRA P.T. SADHANA ARIFNUSA DI KABUPATEN PAMEKASAN Hosaini, Moh; Tirtosastro, Samsuri; Sasongko, Pramono
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cigarette smoke is currently the talk of the National and international community has a positive or negative value. One of the causes of the negative impact is the increase in non-tobacco (non-tobacco related material) which is another material other than tobacco which has a great opportunity to become a source of hazardous materials, in addition to disrupting the production and aesthetic processes. This study aims to determine the content of NTRM in tobacco prepared by farmers to be sold to the warehouse of tobacco purchases in P.T. Sadhana Arifnusa, Pamekasan Regency in 2017. Sampling in this study uses a non-probability sampling technique. Respondent farmers were selected who met the criteria for planting and processing their own tobacco leaves and then sold them to the warehouse. Farmers plant and process tobacco leaves themselves into madura chopped tobacco. Farmers selected were from Bulay Village (Galis District), Guluk-guluk Village (Guluk-guluk Sub-district), Kalompang Berek Village (Pakong District), Bicorong Village (Pakong District), each in Pamekasan District. The results of the research in the Four Villages show that there is a high NTRM content. Organic NTRM and Non-Synthetic NTRM are 0.39 grams, 1.89 grams, respectively. The highest NTRM is. Organic NTRM is higher in the Guluk-guluk Village of 0.83 grams, which is higher in the Bulay Village of 3.47 grams, which is in the form of stones. The high content of NTRM in Madura chopped tobacco requires attention in the development of partner farmers especially from the local government. Salah satu penyebab dampak negatif adalah meningkatnya NTRM (Non TobaccoRelated Material) yang merupakan bahan lain selain tembakau yang berpeluang besar ikut menjadi sumber bahan berbahaya, selain mengganggu proses produksi dan estetika. Penelitian ini bertujuan menentukan kandungan NTRM pada tembakau yang disiapkan petani untuk dijual ke gudang pembelian tembakau di gudang P.T. Sadhana Arifnusa Kabupaten Pamekasan pada tahun 2017. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling technique. Petani responden dipilih yang memenuhi kriteria menanam dan mengolah daun tembakaunya sendiri kemudian akan dijual ke gudang. Petani menanam dan mengolah sendiri daun tembakau menjadi tembakau rajangan madura. Petani yang dipilih berasal dari Desa Bulay (Kecamatan Galis), Desa Guluk-Guluk (kecamatan Guluk-Guluk), Desa Kalompang Berek (Kecamatan Pakong), Desa Bicorong (Kecamatan Pakong), masing-masing di Kabupaten Pamekasan. Hasil penelitian di Empat Desa tersebut menunjukkan ada kandungan NTRM yang cukup tinggi. NTRM Organik dan NTRM Non Sintetik masing-masing 0,39 gram, 1,89 gram. NTRM paling tinggi adalah. NTRM Organik lebih tinggi di Desa Guluk-Guluk sebesar 0,83 gram, yang berupa batang tanaman, daun dan NTRM Non Sintetik lebih tinggi di Desa Bulay sebesar 3,47 gram, yang berupa batu. Tingginya kandungan NTRM tembakau rajangan madura, memerlukan perhatian dalam pembinaan kepada Petani Mitra khususnya dari Pemerintah Daerah.
PENGARUH TINGGI PANGKASAN TERHADAP GRADE TEMBAKAU RAJANGAN MADURA DI KECAMATAN BATUPUTIH KABUPATEN SUMENEP Mawahib, M Wafik Khairul; Tirtosastro, Samsuri; Sasongko, Pramono
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The intensity of pruning and wanilan influences the quality of Madura chopped tobacco and is a factor that increases the tobacco grade. Increasing grade results in acceptance of quality by consumers and acceptance of farmers. This study aims to determine the effect of pruning height followed by the percentage of the quality index and index of Madura chopped tobacco plants. The quality index is an illustration of quality acceptance by consumers of a type of tobacco or a certain form of farming and a plant index is a picture of farmer acceptance. The experiment used a randomized block design (RBD) with four treatments each with 12 pieces of pruning height, 15 sheets, 18 sheets, and 21 sheets and each repeated five times. Trial sites in Tangedan Village, Juruan Laok Village, and Juruan Daya Village, Batuputih District, Sumenep Regency. The results showed that there was a significant effect of height on the index of quality and index of Madura tobacco plant. With the height of the pruning that leaves 15 leaves is the best result. Experiments in Tangedan Village produced a quality index and plant index, respectively 97.43 and 910.54, Juruan Laok Village 95.95 and 917.38, and Juruan Daya Village 96.92 and 919.05. Intensitas pangkasan dan wiwilan berpengaruh terhadap mutu tembakau rajangan madura dan menjadi faktor yang meningkatkan grade tembakau tersebut. Peningkatan grade mengakibatkan penerimaan mutu oleh konsumen dan penerimaan petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi pangkasan yang diikuti wiwilan terhadap indeks mutu dan indeks tanaman tembakau rajangan Madura. Indeks mutu adalah gambaran penerimaan mutu oleh konsumen dari suatu jenis tembakau atau suatu bentuk usaha tani tertentu dan indeks tanaman adalah gambaran penerimaan petani. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat 4 perlakuan masing-masing tinggi pangkasan 12 lembar, 15 lembar, 18 lembar, dan 21 lembar dan masing-masing diulang lima kali. Lokasi percobaan di Desa Tangedan, Desa Juruan Laok, dan Desa Juruan Daya Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari tinggi pangkasan terhadap indeks mutu dan indeks tanaman tembakau rajangan madura. Dengan tinggi pangkasan yang menyisakan 15 lembar daun merupakan hasil yang terbaik. Percobaan di Desa Tangedan menghasilkan indeks mutu dan indeks tanaman, masing-masing 97,43 dan 910,54, Desa Juruan Laok 95,95 dan 917,38, dan Desa Juruan Daya 96,92 dan 919,05.
PENGARUH VARIETAS CENGKEH TERHADAP KADAR MINYAK DAUN CENGKEH Walus, Rikardus; Tirtosastro, Samsuri; Rozana, Rozana; Tantalu, Lorine
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Clove plant flowers (Syzygium aromaticum (L) is one of the spices that have long been used as raw material for cigarette, food, beverage, cosmetics and pharmaceutical industries. The utilization for those purposes is come by clove bud, steam and leaf contain clove oil which have specific flavour and it could be used as the stimulan, anaesthetic, carminative, antiemetic, antiseptic and antispasmodic. Clove leaf were considered as waste only and not fully utilized yet. The clove leaf has 1 - 4% essential oil, which is possible to produce oil by distillation. One of the essential oil distillation is process steam distillation. Steam distillation give proven could produced more maximal essential oil. In this research, the extraction process used steam distillation, use clove leaf are 500 gr, were used and distillation time 6 hours. Research results show that the Ambon variety had the highest oil yield of 2.26%, zanzibar 2.20%, siputih 1.90%, and the lowest yield of sikotok variety was 1.36%. Bunga tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L) adalah salah satu rempah yang telah lama digunakan untuk bahan baku industri kretek, makanan, minuman, kosmetik dan farmasi. Penggunaan cengkeh untuk tujuan di atas adalah karena bunga cengkeh, dan daun cengkeh mengandung minyak cengkeh yang memiliki rasa spesifik dan dapat digunakan sebagai stimulan, anestesi, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik. Daun cengkeh selama ini dianggap sebagai limbah saja dan belum dimanfaatkan sepenuhnya, untuk itu perlu upaya memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk lain yang lebih efisien. Daun cengkeh mengandung minyak esensial 1 - 4%, dengan senyawa ini dimungkinkan untuk melakukan penyulingan minyak. Salah satu penyulingan minyak atsiri adalah penyulingan dengan uap. Distilasi uap memiliki keunggulan karena dapat diproduksi minyak atsiri lebih maksimal. Dalam penelitian ini, proses ekstraksi menggunakan destilasi uap, dengan daun cengkeh 500 g, dan waktu destilasi 6 jam. Analisis yang dilakukan setelah perlakuan adalah kadar air cengkeh, rendemen dan Massa Jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Ambon memiliki hasil minyak tertinggi 2,26%, zanzibar 2,20%, siputih 1,90%, dan hasil terendah dari varietas sikotok adalah 1,36%.
PENGARUH SUHU PENGERING TERHADAP MUTU CENGKEH PADA PENGERINGAN BUNGA CENGKEH Desi, Yohana Erlina; Tirtosastro, Samsuri; Tantalu, Lorine
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Clove (Syzygium aromanticum) is a plantation commodity that has an important role in the industry. More than 95% of clove production is absorbed by the national keretek industry. In addition, cloves are also used as medicinal ingredients, cosmetics, cooking spices and perfumes. Drying of clove flowers is generally done by drying, which depends on the sun. Clove quality will decrease if it is drained due to weather, rain or other causes. To maintain the quality of dried cloves, an artificial heat oven is carried out inside. The purpose of this study was to study the effect of air temperature on the quality of cloves at the speed of artificial air. Randomized trial design in groups of 5, each 40, 50, 60, 70 and 80oC, and repeated 3 (three) times. The dryer used is an oven that can be adjusted automatically. The results of the extraction process until the purification of clove oil showed that the drying process using artificial dryer temperature had a significant effect on the quality of clove oil. Besides that, it is also used to test the sensory of dried clove flowers which include: brightness of color, color and aroma, not significantly affected. Cengkeh (Syzygium aromanticum) adalah komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam industri kretek. Lebih dari 95% produksi cengkeh diserap oleh industri keretek nasional Selain itu cengkeh digunakan sebagai bahan obat, kosmetik, bumbu masak dan parfum. Pengeringan bunga cengkeh umumnya dilakukan dengan penjemuran, yang sepenuhnya tergantung intensitas sinar matahari. Mutu cengkeh akan menurun jika pengeringan terganggu cuaca karena awan, hujan atau sebab yang lain. Untuk mempertahankan mutu cengkeh kering dilakukan usaha pengeringan dengan udara panas buatan didalam oven. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu udara pengering terhadap mutu cengkeh pada pengeringan dengan udara panas buatan. Rancangan percobaan dalam acak lengkap, dengan 5 perlakuan masing-masing 40, 50, 60, 70 dan 80oC, dan diulang sebanyak 3 (tiga) kali. Pengering yang digunakan adalah oven yang dapat diatur suhunya secara otomatis. Hasil dari proses ekstraksi sampai pada pemurnian minyak cengkeh menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan menggunakan suhu pengering buatan memberi pengaruh nyata terhadap mutu minyak cengkeh. Selain itu juga untuk uji sensori bunga cengkeh kering yang meliputi: kecerahan warna, warna dan aroma, tidak berpengaruh nyata.
PELUANG USAHA INDSUTRI HASIL TEMBAKAU (IHT) DI KABUPATEN SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR Karanja, Serlina Rambu; Tirtosastro, Samsuri; Wirawan, Wirawan; Tantalu, Lorine
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tobacco (Nicotiana tabacum, L) is one of the plantation commodities planted by farmers in eastern Sumba. The world's tobacco production in 2012 reached 6,736,038 tons. This study aims to obtain an analysis of the opportunity to establish a Cretek IHT in East Sumba Regency, get a layout plan for small-scale IHT factories in East Sumba Regency and calculate economic opportunities. This study uses secondary data and primary data. The results of this study indicate that there are 26.11% opportunities to establish small-scale IHT in East Sumba Regency. Tembakau (Nicotiana tabacum, L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang ditanam oleh petani di sumba timur. Produksi tembakau di dunia tahun 2012 mencapai 6.736.038 ton. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan analisis peluang untuk mendirikan IHT kretek di Kabupaten Sumba Timur, mendapatkan rancangan tata letak pabrik IHT skala kecil di Kabupaten Sumba Timur dan menghitung peluang ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 26,11% peluang untuk mendirikan IHT skala kecil di Kabupaten Sumba Timur.
PENGARUH LAMA PERENDAMAN BENIH TEMBAKAU (NICOTIANA TABACCUM, LINN) TERHADAP VIABILITAS PERKECAMBAHAN Syanzani, Syanzani; Tirtosastro, Samsuri; Agastya, I Made Indra
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Problems encountered in the development of nature tobacco include the provision of quality seeds. The purpose of this study was to determine the effect of long-time immersion on potential viability (VP) of tobacco seeds and the effect of immersion duration on viability of sub optimum of tobacco seed. The experimental design used was Completely Randomized (RAL) with long immersion factors including 0 hours, 24 hours, 48 hours, 72 hours, and 120 hours. The results showed that the duration of immersion gave of significant influence on the power of sprouting, growing speed, uniformity of growth, length of stem and root length, seed not normal. Duration immersion of real effect on stem length, but did not give real effect to dry weight and wet weight. Permasalahan yang cukup rumit dihadapi pada pengembangan tembakau diantaranya adalah penyediaan benih bermutu yang cukup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman benih terhadap viabilitas potensial (VP) benih tembakau dan viabilitas sub optimum benih tembakau. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Acak Lengkap (RAL) dengan faktor lama perendaman masing-masing 0 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 120 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman memberikan pengaruh yang nyata pada daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keseragaman tumbuh, panjang batang dan panjang akar. Lama perendaman pengaruh nyata terhadap panjang batang, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering dan bobot basah.
KOMPOSISI MEDIA TANAM DENGAN APLIKASI BIOCHAR PADA PEMBIBITAN TEMBAKAU VIRGINIA SISTEM NAMPAN (TRAY) Anggarbeni, Susilo Ribut; Tirtosastro, Samsuri; Widowati, Widowati
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tembakau virginia adalah salah satu jenis tembakau yang banyak digunakan sebagai bahan baku kretek dan jenis-jenis rokok yang lain. Salah satu faktor yang penting untuk menghasilkan tanaman tembakau yang baik adalah tersedianya bibit yang baik. Media pembibitan yang sesuai adalah salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai hasil bibit yang baik. Biochar adalah produk pirolisis dari limbah petanian yang bersifat porous dan sesuai untuk tempat tinggal mikrobia tanah. Namun demikian berbeda dengan pupuk kandang, biochar tidak menyediakan sumber makanan untuk mikrobia tanah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari optimasi penggunaan pupuk organik biochar pada pembibitan tembakau sistem nampan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2013, di Laboratorium Rumah Kaca Universitas Tribhuwana Malang. Rancangan percobaan adalah acak lengkap faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah media tanah dan tanah dicampur pasir. Faktor kedua adalah dosis biochar masing-masing 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, panjang daun, lebat daun dan bobot kering bibit. Pengamatan dilakukan pada umur bibit 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60 dan 65 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara komposisi media tanah terhadap beberapa dosis biochar. Pengaruh nyata terjadi pada komposisi biochar, masing-masing terhadap diameter batang dan tinggi bibit. Komposisi 10-15% biochar didalam media tanah menghasilkan bibit tertinggi pada umur 55-60 hari. Sedangkan penambahan biochar 5-20% akan menghasilkan diameter bibit paling tinggi pada umur 60-65 hari. Berdasar hasil penelitian ini dapat disimpulakn bahwa penambahan biochar 10% pada media dapat meningkatkan tinggi dan diameter bibit pada umur bibit 60 hari.