Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM KONTEKS KEINDONESIAAN: STUDI TERHADAP PEMIKIRAN HUKUM ISLAM MUNAWIR SJADZALI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PEMIKIRAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Tobibatussaadah, Tobibatussaadah
JURNAL ISTINBATH Vol 11, No 1 (2014): Edisi Mei 2014
Publisher : STAIN Jurai Siwo Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinamika   masyarakat  muslim    yang       terus   berkembang mengharuskan adanya respon hukum terhadap perkembangan yang       terjadi.     Tulisan           ini    membahas              tentang            konsep pembaruan             pemikiran          Islam   dalam   perspektif   Munawir Sjadzali  dan  dampaknya  terhadap  pemikiran  hukum  Islam di Indonesia. Sadzali dipilih karena ia merupakan salah satu tokoh pembaruan di Indonesia yang meletakan hukum Islam sebagai hukum yang responsif terhadap perkembangan zaman. Pembahasan  ini  penting  untuk  mengidentifikasi, memetakan dan membangun konstruk pemikiran keislaman yang berciri khas keindonesiaan. Pembangunan pemikiran keislaman yang berkarakter keindonesiaan dapat dilakukan dengan mengkaji pemikiran tokoh-tokoh Islam Indonesia. Kajian dalam tulisan ini berdasarkan data kepustakaan yang dianalisa secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa Munawir Sadzali sebagai tokoh pemikir Islam mempunyai andil besar dalam melakukan pembaruan pemikiran keislaman di Indonesia. pemikiran Szdzali juga berpengaruh terhadap pemikiran Hukum Islam di Indonesia.Hukum Islam yang sebelumnya terkesan kaku dan dogmatis, berkat sentuhan pemikiran Sadzali, ia menjadi responsif dan elastis melalui kontekstualisasi dan dialogisasi antara teks dan konteks. Kata kunci : Pembaruan hukum Islam, Munawir Sjadzali
PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM KONTEKS KEINDONESIAAN : STUDI TERHADAP PEMIKIRAN HUKUM ISLAM MUNAWIR SJADZALI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PEMIKIRAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Tobibatussaadah, Tobibatussaadah
JURNAL ISTINBATH Vol 10, No 1 (2013): Edisi Mei 2013
Publisher : STAIN Jurai Siwo Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinamika masyarakat muslim yang terus berkembang, mengharuskan adanya respon hukum terhadap perkembangan yang terjadi. Tulisan ini membahas tentang konsep pembaruan pemikiran Islam dalam perspektif Munawir Sjadzali dan dampaknya terhadap pemikiran hukum Islam di Indonesia. Sadzali dipilih karena ia merupakan salah satu tokoh pembaruan di Indonesia yang meletakan hukum Islam sebagai hukum yang responsif terhadap perkembangan zaman. Pembahasan ini penting untuk mengidentifikasi, memetakan dan membangun konstruk pemikiran keislaman bercirikhas keindonesiaan. Pembangunan pemikiran keislam berkarakter keindonsesiaan dapat dilakukan dengan pengkajian pemikiran tokoh-tokoh Islam Indonesia. Kajian dalam tulisan ini berdasarkan data kepustakaan yang dianalisa secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkanbahwa Munawir Sadzali sebagai tokoh pemikir Islam mempunyai andil besar dalam melakukan pembaruan pemikiran keislaman di Indonesia. pemikiran Szdzali juga berpengaruh terhadap pemikiran Hukum Islam di Indonesia. Hukum Islam yang sebelumnya terkesan kaku dan dogmatis, berkat sentuhan pemikiran Sadzali, ia menjadi responsif dan elastis melalui kontekstualisasi dan dialogisasi antara teks dan konteks. Kata kunci : Pembaruan, Munawir
PEREMPUAN DAN EKSISTENSI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM Tobibatussaadah, Tobibatussaadah
AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam Vol 19 No 1 (2014): Agama dan Kepemimpinan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakIslam adalah agama pembawa semangat reformasi bagi kaum perempuan. Islam juga telah memberikan fondasi terhadap kesetaraan lelaki dan perempuan dalam banyak dimensi kehidupan. Namun, perdebatan yang sering muncul adalah terkait dengan kepemimpinan perempuan dalam Islam. Dalam sejarahnya, wanita dipandang kurang cakap menjadi pemimpin karena umumnya mereka tidak memiliki akses ke dunia pendidikan. Namun demikian, Islam telah menempatkan wanita setara dengan laki-laki. Tidak ditemukan nash yang secara diametris atau langsung melarang wanita terlibat dalam kepmimpinan publik atau politik. Dalam konteks hukum Islam, sesuatu yang tidak dilarang secara jelas, tidak direkomendasikan, yang berarti bahwa perempuan dibolehkan memasuki arena kepemimpinan. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa perempuan yang memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin, harus menjadi pemimpin. Sejarah telah mencatat beberapa perempuan yang memiliki kemampuan menjadi pemimpin. Islam is a religion that brings the spirit of reform related to women’s issues. Islam has been laying the foundations of equality between men and women in the various dimensions of life. One of the highlights for debate is the relationship with the leadership of women in Islam. According to the history, culture women are not considered to own ability to be a leader. This assumption because women have little or no access to education. Islam, however, puts women as whole human beings equal to men. There is no passage which is diametrically and straight forward prohibit women involved in the issue of leadership in the public domain or politics in general. In the study of Islamic law against things that are clearly not prohibited is also not recommended, it is permissible or allowed to enter the territory. Thus, it can be said that women who have capability to be a leader should be a leader. This notion can also be proven historically that some great women capable of becoming a leader.
MEMINIMALISIR PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PEMBERIAN PEMBIAYAAN MIKRO DENGAN PRINSIP 5C Damayanti, Laila; Tobibatussaadah, Tobibatussaadah; Nuriasari, Selvia
Mu'amalatuna: Jurnal Ekonomi Syariah Vol 3, No 1 (2020): Mu'amalatuna: Jurnal Ekonomi Syariah
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/muamalatuna.v3i1.290

Abstract

The micro financing offered by BRIS KCP Metro is financing that is used for productive purposes in micro businesses. Micro Financing certainly carries the risk of problem financing which can increase the NPF BRIS value which affects the financial performance of BRIS. It is known that the NPF BRIS has increased quite significantly from 2017 to 2018, namely from 1.9% to 9.4% which explains the increase in problem financing in BRIS. To minimize this problematic financing, BRIS KCP Metro has strengthened the implementation of the 5c principle before distributing microfinance to the community. This research is a descriptive qualitative study that describes the application of the 5c principle in minimizing problematic micro financing at BRIS KCP Metro. The primary data sources are Unithead employees, BRI Syariah KCP Metro Micro Account Officer employees and problematic Micro Financing customers. The result of the research is the 5c principle in minimizing problematic micro financing in BRIS KCP Metro still needs improvement and evaluating several aspects of 5C, namely the aspect of character assessment and the aspect of capacity assessment. The weak application of character assessment for prospective customers is due to the inexperience of AOM employees which has resulted in increased financing problems due to dishonest customers in using these funds. Then AOM's weakness in assessing the business capacity of prospective customers is seen from AOM's mistakes in calculating or estimating the size of the accounts contained in the capacity component, because in micro businesses, well-structured financial reports are very rare. As a result of these two things, the NPF value increases every year. Therefore it is necessary to provide training for AOM employees to improve soft skills in analyzing 5Cs, and the need for periodic monitoring after disbursement so that the funds channeled are used in accordance with the proposals submitted by prospective customers.
Kontribusi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia Abidin, Zainal; Tobibatussaadah, Tobibatussaadah; Walfajri, Walfajri; Nawa, Agus Trioni
Tapis: Jurnal Penelitian Ilmiah Vol 6 No 2 (2022): Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat of Universitas Islam Negeri Jurai Siwo Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/tapis.v6i2.5328

Abstract

Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) is a new phenomenon in the discourse of Islamic education in Indonesia, which developed rapidly in the Reformation era after the fall of the New Order government in 1998. This article is partly derived from the results of research on the development of JSIT in Indonesia, especially in Lampung and Banten. The results of the study show that the emergence of JSIT was initially pioneered by the Tarbiyah Movement (Gerakan Tarbiyah) which became the embryo of the emergence of the Integrated Islamic School. This movement was originally a da'wah movement that emphasized the individual piety of its members and then moved politically after the fall of the New Order regime in 1998 by establishing the political party PKS (Partai Keadilan Sejahtera), while at the same time engaged in education by establishing JSIT which developed an integrated Islamic education system, and growing rapidly. The emergence of these integrated Islamic schools also gave rise to pro and contra responses, because of their connection with the ideology of the Muslim Brotherhood (Ikhwanul Muslimin), which is considered a representation of radical Islamic groups. However, the learning model developed by JSIT became a new thing which was later adopted by educational institutions outside of JSIT which also established integrated Islamic schools. JSIT has progressed and developed quite massively in Indonesia, although these schools are expensive, but it has not stopped the community from sending their children to school, and most of them come from well-established and educated socio-economic class families. This research also shows that the existence of JSIT has significantly contributed to the development of Human Resources (HR) who are superior in science and religion, because the curriculum is designed to combine general knowledge and religious knowledge at the same time. JSIT in its work has contributed to creating a new educated Muslim group in Indonesia in this contemporary era.