Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Diagnosis dan Penatalaksanaan Striktur Esofagus Fachzi Fitri; Novialdi Novialdi; Wahyu Triana
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.103

Abstract

AbstrakLatar belakang : Kasus striktur esofagus jarang ditemukan, namun kasus ini memerlukan penanganan yang optimal. Sebelum kita melakukan penatalaksanaan terhadap striktur esofagus, perlu dilakukan diagnosis yang akurat agar dapat memilih teknik penatalaksanaan yang tepat. Tujuan : untuk mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan striktur esofagus. Tinjauan pustaka : Striktur esofagus merupakan penyempitan lumen esofagus yang dapat menyebabkan keluhan disfagia. Berdasarkan etiologinya, striktur esofagus dibedakan menjadi striktur esofagus benigna dan maligna. Striktur esofagus benigna disebabkan oleh GERD, zat korosif, web, radiasi, post anastomosis esofagus, sedangkan striktur esofagus maligna disebabkan oleh keganasan baik dari dalam maupun dari luar esofagus. Diagnosis suatu striktur esofagus dapat ditegakkan melalui pemeriksaan barium meal, esofagoskopi, tomografi komputer dan rontgen toraks. Penatalaksanaan kasus striktur ini dapat berupa dilatasi dengan busi atau balon, pemasangan stent dan terapi pembedahan. Pada kasus striktur esofagus maligna juga dapat dilakukan terapi laser dan teknik brakiterapi. Kesimpulan: diagnosis yang akurat perlu dilakukan sebelum memilih teknik penatalaksanaan yang tepat, sehingga dapat mengurangi keluhan disfagia pada penderita striktur esofagus.Kata kunci: Striktur esofagus, barium meal, esofagoskopi, dilatasi, stent, laser, brakiterapiAbstractBackground: Esophageal stricture is rare cases, but these cases required optimal management. Before we manage of esophageal strictures, need an accurate diagnosis in order to choose appropriate management techniques. Purpose: to know how to diagnose and management of esophageal strictures. Literature review: esophageal stricture is a narrowing of the lumen of the esophagus that cause dysphagia. Based on the etiology, esophageal strictures can be divided into benign and malignant. Benign esophageal strictures caused by GERD, corrosive substances, web, radiation, post-esophageal anastomosis, whereas malignant esophageal strictures caused by esophageal malignancy from inside or from outside of the esophagus. The diagnosis of esophageal stricture can be enforced through barium meal examination, esophagoscopy, computer tomography and thorax X-ray. Management of these strictures can be managed by the bougie or balloon dilatation, stent insertion and surgical technique. Malignant esophageal strictures can also be treated by laser therapy and brachytherapy techniques. Conclusion: Accurate diagnosis needs to be done before choosing the right management techniques that will reduce the complaints of dysphagia in patients with esophageal strictures.Keywords: esophageal strictures, barium meal, esophagoscopy, dilatation, stents, laser, brachytherapy
Dhikr as Psychotherapy to Overcome Academic Stress of Muslim Youth Iredho Fani Reza; Salwa Alfina Siregar; Nada Aulia; Kartika Nur Aziza; Aji Apriansyah; Desi Wulandari; Firza Anugra Putra; Hafizah Sabrina; Liyana Mastura; M. Gilang Maulana; Melsy Kurnia; Resilawati Resilawati; Rinjani Ayu Rizki; Wahyu Triana
Indonesian Journal of Behavioral Studies Vol 1 No 1 (2021): Indonesian Journal of Behavioral Studies
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.913 KB) | DOI: 10.19109/ijobs.v1i1.9257

Abstract

Mahasiswa tahun pertama mengalami masalah dalam penyesuaian diri pada tuntunan akademik yang menyebaban kondisi stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir dalam bentuk shalawat dalam mengatasi stress akademik dengan desain pra eksperimental. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 mahasiswa yang dipilih dengan metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur skor pretest dan skor post-test adalah The Depression, Anxiety and Stress Scale - 21 Items (DASS-21) yang telah dimodifikasi. Berdasar hasil analisis menggunakan paired samples t-test ditemukan bahwa nilai signifikansi (0,000) < α (0,05), maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara skor stres akademik pre-test dan post-test setelah pemberian terapi dzikir, dengan hubungan 0,619. Hasil ini menunjukkan adanya penurunan stres akademik pada mahasiswa tahun pertama dengan terapi dzikir. Penelitian dapat dijadikan solusi bagi pemuda muslim dalam mengatas stress akademik.