Herlina Uinarni
Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN MEROKOK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA Anthea Casey; Herlina Uinarni; Eva Suryani; Dharmady Agus
Bahasa Indonesia Vol 20 No 1 (2021): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v20i1.1747

Abstract

Introduction: The number of depressed adolescent and adolescent smoker in Indonesia has increased quite dramatically. The literature suggests that smokers are more likely to be depressed, while depressed people are more likely to smoke. Objective: The purpose of this study was to determine the association between depression and smoking among junior high school students in Jakarta. Methods: A cross-sectional analytic study was conducted at junior high school in Central Jakarta. In total, 407 students, grade 9 to 11 were participated (47.9% males and 52.1% females). Questionnaires on depression and smoking were distributed, including BDI-II questionnaire for depression which had been validated into Indonesian language, and questionnaire for smoking assessed by using single question that classified the respondents’ smoking habit as daily smoker, irregular smoker, former smoker, and nonsmoker. Results: This study revealed a significant association between depression and smoking in junior high school students (p=0.000, OR=2.502). Among 30.2% students who were depressed, 2.5% were daily smokers, 5.4% were irregular smokers, 10.8% were former smokers, and 11.5% were nonsmokers. Conclusion: Depression increases the risk of smoking by 2.5 times in adolescents, suggesting that smoking prevention may need to be combined with depression prevention and treatment.
Hubungan antara Insomnia dengan Kualitas Hidup Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta Patricia Adelia Daton; Herlina Uinarni; Satya Joewana
HANG TUAH MEDICAL JOURNAL Vol 16 No 2 (2019): Hang Tuah Medical Journal
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Association between Insomnia and Quality of Life among Students of Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia By: PATRICIA ADELIA DATON Supervised by: dr. Herlina Uinarni, Sp.Rad (K) Background: Insomnia is a worldwide health problem with high prevalence. Insomnia is defined as difficulties to sleep relating to onset, ability to maintain sleep, duration, and quality of sleep. Insomnia could lead to daytime activity dysfunction, which could further affect quality of life in a negative way. This research was conducted to analyze whether there is a correlation between insomnia and quality of life among students of Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia. Methods: This cross-sectional research was conducted on 107 students of Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia which suffice the inclusion criteria. Data were collected using research instruments Insomnia Severity Index (ISI) to evaluate insomnia grades, and World Health Organization Quality of Life - BREF(WHOQOL-BREF) to evaluate quality of life. Result: From a total of 107 respondents, 65 of the respondents have insomnia. Poor quality of life found in insomniac respondents are as follows: (49,2%) on the domain of physical, (63,1%) on the domain of psychological, (63,1%) on the domain of social relationships, and (43,1%) on the domain of environment. The p values found are 0,000 on the domain of physical, 0,000 on the domain of psychological, 0,022 on the domain of social relationships, and 0,010 on the domain of environment. Conclusion: There were a significant association between insomnia and quality of life among students of Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia. Keywords:Insomnia, Quality of Life, Medical Students.
CAROTID ARTERY INTIMA-MEDIA THICKNESS IN HEALTHY YOUNG INDIVIDUALS Sasmita, Poppy Kristina; Uinarni, Herlina; Djuartina, Tena
Bahasa Indonesia Vol 12 No 1 (2013): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Ketebalan tunika intima-media (IMT) arteri karotis merupakan prediktor independen terhadap kejadian penyakit vaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai IMT arteri karotis dewasa muda dengan menggunakan ultrasonografi. Metode: Pengukuran IMT arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi B-mode di proksimal arteri carotis komunis kedua sisi pada 136 dewasa muda. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah, berat badan, indeks massa tubuh, profil lipid, dan kadar glukosa darah untuk menyingkirkan faktor risiko. Hasil: Total terdapat 74 orang, rerata berusia 18,11 tahun, dan tidak memiliki faktor risiko yang terkait dengan aterosklerosis. Nilai IMT arteri karotis lebih tinggi pada laki-laki dan berbeda antara sisi kiri dan kanan (0,659 vs 0,612 mm dan 0,675 mm vs 0,648 mm). Rerata IMT arteri karotis 0,646±0,14 mm. Kesimpulan: Pengukuran IMT karotis penting untuk memprediksi kejadian vaskular di masa depan. Kami berharap hasil ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam mendeteksi proses aterosklerosis yang asimtomatik.
ADENOCARCINOMA TUMOR IN THE CEREBELLUM AS METASTASIS FROM LUNG CANCER WITH KLEBSIELLA OXYTOCA WITHIN THE TUMOR: A CASE REPORT Sim, Alfred Sutrisno; Uinarni, Herlina; Destra, Edwin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34198

Abstract

Laporan kasus ini merinci kejadian langka metastasis serebelar akibat kanker paru-paru, yang dipersulit oleh infeksi intratumoral Klebsiella oxytoca pada pria berusia 57 tahun dengan riwayat perokok berat. Pasien awalnya mengalami vertigo persisten, tidak responsif terhadap pengobatan standar. Pemindaian MRI menunjukkan massa serebelar dengan peningkatan kontras, disertai massa paru multipel. Tes darah menunjukkan leukositosis, anemia, dan peningkatan jumlah neutrofil, menunjukkan adanya infeksi aktif. Evaluasi patologis selanjutnya pada tumor serebelar memastikan adanya adenokarsinoma metastatik, dengan temuan tambahan infeksi Klebsiella oxytoca di dalam jaringan tumor. Mengingat diagnosis ganda adenokarsinoma metastatik dan infeksi bakteri sekunder, pasien menjalani operasi trepanasi darurat untuk mengurangi tekanan dan mengangkat tumor. Terapi antibiotik yang ditargetkan dimulai untuk mengatasi infeksi, diikuti dengan pemantauan pasca operasi yang berkelanjutan. Strategi pengobatan komprehensif ini menghasilkan perbaikan signifikan pada gejala pasien, khususnya resolusi vertigo, dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Kasus ini menyoroti pentingnya pemeriksaan diagnostik menyeluruh dan pendekatan multidisiplin ketika menangani kasus kompleks yang melibatkan tumor otak metastatik dengan komplikasi infeksi sekunder. Identifikasi dini agen infeksi, bersama dengan intervensi bedah yang cepat dan terapi yang ditargetkan, sangat penting untuk mengoptimalkan hasil pasien dan meningkatkan prognosis jangka panjang dalam skenario klinis yang jarang dan menantang.
CHALLENGING MANAGEMENT OF FAIL BACK SURGERY SYNDROME IN A 66-YEAR-OLD FEMALE : A CASE REPORT OF PERSISTENT PAIN AFTER MULTIPLE LUMBAR SURGERIES Sim, Alfred Sutrisno; Uinarni, Herlina; Destra, Edwin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34970

Abstract

Laporan kasus ini menggambarkan seorang pasien wanita berusia 66 tahun yang didiagnosis menderita Fail Back Surgery Syndrome (FBSS) setelah dua kali operasi tulang belakang lumbal. Pasien awalnya mengalami nyeri punggung bawah kronis yang menjalar ke kedua kaki, yang menetap meskipun telah dilakukan intervensi bedah. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) pra-bedah menunjukkan stenosis kanal pada L3-4 dan L5-S1, dengan spondylolisthesis pada L4-5. Operasi pertama melibatkan dekompresi saluran akar dan penempatan sangkar lumbal pada L4-5 dan L5-S1, diikuti dengan operasi kedua yang terdiri dari laminektomi dan fiksasi internal lumbal posterior dengan batang dan sekrup. Meskipun telah dilakukan prosedur ini, pasien terus mengalami rasa sakit yang parah dan berkurangnya mobilitas. Gejala pasca operasi yang sedang berlangsung menghadirkan tantangan dalam menangani kasus ini, terutama mengingat usia pasien dan penyebab utama FBSS. Penilaian neurologis menunjukkan berkurangnya refleks dan defisit sensorik, yang mengindikasikan kompresi akar saraf. Evaluasi diagnostik mengesampingkan kegagalan perangkat keras dan kompresi sisa, sehingga mengkonfirmasikan diagnosis FBSS. Pengelolaan FBSS masih merupakan tantangan dan memerlukan pendekatan yang disesuaikan. Kasus ini menekankan pentingnya perencanaan pra-bedah individual, pemantauan ketat pasca operasi, dan menggabungkan berbagai pilihan pengobatan. Intervensi di masa depan, seperti stimulasi sumsum tulang belakang, dapat memberikan bantuan, menyoroti perlunya penelitian berkelanjutan untuk meningkatkan hasil pada pasien FBSS.
KYPHOPLASTY FOR MANAGING COMPRESSION, PAIN, AND DIAGNOSTIC CONFIRMATION OF THORACOLUMBOSACRAL METASTASES FROM AXILLARY APOCRINE ADENOCARCINOMA: A CASE REPORT Sim, Alfred Sutrisno; Uinarni, Herlina; Destra, Edwin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.43974

Abstract

Metastasis tulang belakang merupakan komplikasi umum pada keganasan lanjut, yang sering kali menyebabkan nyeri hebat dan ketidakstabilan struktural. Adenokarsinoma apokrin aksila jarang bermetastasis ke tulang belakang, sehingga perjalanan klinisnya kurang dipahami. Kyphoplasty, teknik pembesaran tulang belakang minimal invasif, menawarkan penghilangan nyeri yang cepat, stabilisasi struktural, dan konfirmasi diagnostik lesi metastasis. Seorang pria berusia 72 tahun dengan riwayat adenokarsinoma apokrin aksila kiri datang dengan nyeri punggung dan pinggang yang progresif. Pencitraan menunjukkan metastasis torakolumbosakral dengan stenosis kanal, dan histopatologi mengonfirmasi adenokarsinoma metastasis. Kyphoplasty dilakukan pada vertebra L2-L4 untuk mengatasi nyeri dan kompresi. Pascaprosedur, pasien melaporkan penghilangan nyeri yang signifikan, peningkatan mobilitas, dan tidak ada komplikasi. Prosedur ini juga memfasilitasi pengambilan sampel jaringan untuk konfirmasi diagnostik. Kyphoplasty secara efektif mengatasi nyeri, kompresi tulang belakang, dan tantangan diagnostik dalam kasus metastasis torakolumbosakral yang langka ini dari adenokarsinoma apokrin aksila. Laporan ini menekankan pentingnya kyphoplasty sebagai alat terapi dan diagnostik untuk penyakit tulang belakang metastasis dan menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang kemanjurannya dalam jangka panjang.
Peran Bakti Sosial (Baksos) Dalam Pengenalan Penyakit Sejak Dini Pada Masyarakat: - Uinarni, Herlina; Djuartina, Tena; Sasmita, Poppy K.; Santi, Bryani Titi; R. Budianto, Iskandar
Mitramas: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitramas.v2i2.5543

Abstract

Bakti sosial sangat membantu dalam mendeteksi penyakit di masyarakat, serta meningkatkan kesadaran akan kesehatan pribadi. Inisiatif ini dilakukan di Cipinang bekerja sama dengan tim klinik dari Gereja Keluarga Kudus Rawamangun dan Kepolisian St. Petrus Cipinang, yang melibatkan 50 peserta dengan rerata usia 53 tahun (88% perempuan, 12% laki-laki). Selama kegiatan, peserta mengisi kuesioner dan melakukan pengukuran tekanan darah, gula darah, asam urat, dan kolesterol, diikuti dengan konsultasi berdasarkan hasilnya. Hasil survei menunjukkan bahwa 82% belum pernah didiagnosis penyakit sebelumnya dan menunjukkan tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang tinggi. Sebanyak 76% hadir atas kesadaran diri dengan 52% melakukan pemeriksaan kesehatan baru-baru ini. Sebanyak 76% memutuskan untuk minum obat atau berobat secara teratur setelah kegiatan. Selain itu, konsultasi dengan dokter meningkatkan pengetahuan kesehatan pada 96% peserta, dengan 94% merasa lebih mengetahui kondisi kesehatan diri. Kesimpulannya, bakti sosial terkait kesehatan tetap penting bagi masyarakat, serta menekankan perlunya inisiatif tersebut secara berkelanjutan.
Peran Bakti Sosial (Baksos) Dalam Pengenalan Penyakit Sejak Dini Pada Masyarakat: - Uinarni, Herlina; Djuartina, Tena; Sasmita, Poppy K.; Santi, Bryani Titi; R. Budianto, Iskandar
Mitramas: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitramas.v2i2.5543

Abstract

Bakti sosial sangat membantu dalam mendeteksi penyakit di masyarakat, serta meningkatkan kesadaran akan kesehatan pribadi. Inisiatif ini dilakukan di Cipinang bekerja sama dengan tim klinik dari Gereja Keluarga Kudus Rawamangun dan Kepolisian St. Petrus Cipinang, yang melibatkan 50 peserta dengan rerata usia 53 tahun (88% perempuan, 12% laki-laki). Selama kegiatan, peserta mengisi kuesioner dan melakukan pengukuran tekanan darah, gula darah, asam urat, dan kolesterol, diikuti dengan konsultasi berdasarkan hasilnya. Hasil survei menunjukkan bahwa 82% belum pernah didiagnosis penyakit sebelumnya dan menunjukkan tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang tinggi. Sebanyak 76% hadir atas kesadaran diri dengan 52% melakukan pemeriksaan kesehatan baru-baru ini. Sebanyak 76% memutuskan untuk minum obat atau berobat secara teratur setelah kegiatan. Selain itu, konsultasi dengan dokter meningkatkan pengetahuan kesehatan pada 96% peserta, dengan 94% merasa lebih mengetahui kondisi kesehatan diri. Kesimpulannya, bakti sosial terkait kesehatan tetap penting bagi masyarakat, serta menekankan perlunya inisiatif tersebut secara berkelanjutan.