Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search
Journal : eProceedings of Engineering

Optimasi Produksi Gas Hidrogen Berdasarkan Perbandingan Limbah Baggase Tebu Dan Tetesan Tebu Menggunakan Single Stage Reaktor Anaerob Reza Ayu Febriana; M. Ramdlan Kirom; Amaliyah Rohsari Indah Utami
eProceedings of Engineering Vol 2, No 1 (2015): April, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari substrat yang paling optimal dalam menghasilkan gas hidrogen dari limbah baggase tebu, tetes tebu dan pencampuran baggase tebu-tetes tebu. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah baggase tebu dan tetes tebu. Baggase tebu diolah terlebih dahulu melalui proses pretreatment secara kimiawi selama 16 jam dengan konsentrasi NaOH 4% (w/v) sehingga diperoleh selulosa dan hermiselulosa. Setelah itu selulosa dan hermiselulosa pada baggase tebu di hidrolisis selama 42 jam, memggunakan buffer sitrat tekanan 1 atm dan pH=3. Setelah itu akan difermentasi menggunakan bakteri enterobacter aerogenesis selama 96 jam dengan pH=7. Hasil penelitian menunjukan bahwa puncak produksi gas hidrogen terjadi pada jam ke-48. Selain itu, gas hidrogen yang dihasilkan paling optimal diperoleh dari tetesan tebu sebanyak 62,8837%, sedangkan pada baggase tebu 47,4056% dan pencampuran baggase tebu-tetesan tebu 59,4877%. Kata Kunci- Baggase tebu dan tetesan tebu, Enterobacter aerogenesis, Fermentasi, Hidrogen.
Analisis Performansi Solar Collector Pelat Datar Finned Absorber Terhadap Efisiensi Termal Sistem Solar Drying Tesla Pinantun Hamonangan; M. Ramdlan Kirom; Amaliyah Rohsari Indah Utami
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Saat ini kebutuhan energi sudah sangat tinggi. Hal ini dikarenakan kebutuhan yang semakin meningkat dan tidak berimbang dengan ketersediaan energi yang terbatas. Karena itulah dibutuhkan sumber energi baru di mana energi terbarukan yang merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi krisis energi. Salah satu energy terbarukan adalah energi panas. Orang-orang mendapatkan panas secara gratis dari matahari. Kolektor Surya adalah salah satu contoh energi alternatif yang menggunakan panas matahari. Potensi energi surya yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk pemanasan makanan secara tidak langsung. Dalam jurnal ini akan dibahas bagaimana cara membuat kolektor surya bersirip dan thermometer digital sebagai alat ukur temperatur dan blower kecil untuk mengalirkan fluida panas. Untuk mendapatkan efisiensi yang maksimal juga harus memperhatikan peletakan kolektor surya dan insulasi yang baik untuk mengurangi heat loss. Kata Kunci: solar absorber, finned absorber, efficiency, heat loss
Analisis Perfomansi Absorber V-Groove Sistem Solar Drying Bayu Setiawan; M. Ramdlan Kirom; Amaliyah Rohsari Indah Utami
eProceedings of Engineering Vol 2, No 1 (2015): April, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem solar drying adalah salah satu aplikasi yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan pangan. Pemilihan jenis panel surya sebagai absorber pada sistem solar drying mempengaruhi besar efisiensi yang dihasilkan. Pada penelitian ini akan diuji efisiensi solar drying ketika sistem tersebut menggunakan panel surya V-groove sebagai absorber. Pengujian dilakukan dengan mengatur sudut absorber V-groove sebesar 50o, 60o, dan 70o serta dengan memberikan laju aliran udara sebesar 0,4 m/s, 0,8 m/s, dan 1,2 m/s. Hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut pada sudut 60o dengan kecepatan 0,8 m/s merupakan efisiensi tertinggi dengan nilai 63%. Dari seluruh pengujian menunjukan bahwa perbedaan suhu input dan output absorber, sudut absorber dan besar laju aliran udara mempengaruhi efisiensi absorber V-groove. Kata kunci: Solar drying, absorber, efisiensi, heat loss, absorber V-groove
Pengaruh Temperatur Terhadap Ph Substrat Nasi Di Tangki Pengadukan Tpad(temperature Phased Anaerobic Digestion) Rosalia Mustika Hermawati; Amaliyah Rohsari Indah Utami; Ahmad Qurthobi
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tangki pencampuran adalah bagian dari reaktor TPAD yang salah satu fungsinya sebagai tempat penyimpanan sementara substrat yang telah dicacah hingga menjadi campuran bubur padat yang homogen. Karena tangki ini berfungsi menyimpan substrat sementara, maka substrat dikondisikan supaya tidak terjadi proses fermentasi yang ditandai tidak adanya penurunan pH menjadi asam dengan cara proses pendinginan. Penyimpanan suhu rendah akan memperpanjang masa hidup jaringan dalam substrat karena menghambat aktivitas mikroorganisme. Oleh karena itu, penelitian ini membuktikan apakah dengan penyimpanan suhu rendah tidak terjadi penurunan pH. Kata kunci : Tangki pencampuran, suhu rendah, proses fermentasi
Analisis Kinerja Pemurnian Gas Karbon Monoksida Dengan Filter Zeolite Dalam Reaktor Biogas Skala Laboratorium Terhadap Produksi Biogas Maulana Afchor Aulia; Amaliyah Rohsari Indah Utami; Ahmad Qurthobi
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Biogas merupakan salah satu energi alternatif yang dikembangkan untuk ketersediaan energi di masa akan datang. Telah dilakukan rancang bangun reaktor anaerob untuk menghasilkan biogas dalam proses fermentasi yang dilengkapi sensor pendeteksi konsentrasi gas karbon monoksida dan filter zeolite sebagai treatment. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh performansi kinerja reaktor biogas anaerob berdasarkan parameter gas karbon monoksida dengan filter zeolite dan tanpa filter zeolite terhadap kemurnian biogas. Pada reaktor anaerob yang dikondisikan sebelum dan sesudah teradsorbsi filter zeolite, diisi campuran substrat kohe sapi dan limbah cair tahu dengan perbandingan volume 2:1 selama 15 hari. Hasil reaktor anaerob singlestage digunakan sebagai penghasil biogas dengan sistem reaktor fixed domed dan laju aliran substrat batch feeding. Hasil konsentrasi gas karbon monoksida pada reaktor mengalami penurunan perhari sebesar 2 10-4% (sebelum terabsorpsi) dan 10-4% (sesudah terabsorpsi) disebabkan kemampuan filter zeolite sebagai adsorben. Produksi gas metana meningkat secara signifikan dihari ke 9 sebesar 11,6896 % (sebelum terabsorpsi) dan sebesar 11,6910% (sesudah terabsorpsi). Rata-rata hasil gas metana sebelum terabsorpsi sebesar 10,7796%, sedangkan rata-rata gas metana setalah terabsorpsi sebesar 10,7824%. Perubahan konsentrasi gas karbon monoksida tidak mempengaruhi waktu retensi dan jumlah gas metana pada produktivitas biogas, tetapi berpengaruh pada kemurnian gas metana. Dari data tersebut menunjukkan hasil konsentrasi gas metana pada reaktor anaerob mengalami kemurnian setalah dilakukan proses absorpsi menggunakan filter zeolite. Kata kunci: Biogas, Metana, Karbon Monoksida, Limbah Kotoran Sapi, Limbah Cair Tahu.
Analisis Ekspansi Kapasitas Produksi Biogas Dengan Substrat Sampah Organik Di Kelurahan Cibangkong Bandung Ian Hariananda; M. Ramdlan Kirom; Amaliyah Rohsari Indah Utami
eProceedings of Engineering Vol 2, No 3 (2015): Desember, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permintaan masyarakat akan teknologi biogas belakangan ini semakin meningkat, karena seluruh kalangan masyarakat juga ingin merasakan manfaat biogas tersebut, sehingga mendorong untuk dilakukannya ekspansi kapasitas pada biogas-biogas yang sudah ada saat ini di masyarakat. Sebelum dilakukan ekspansi kapasitas ada dua hal prinsip yang harus ditinjau terlebih dahulu yaitu, substrat atau bahan baku dari biogas dan instrumen biogas itu sendiri. Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai penambahan kapasitas produksi biogas dengan rekayasa substrat sampah organik yang digunakan sebagai bahan baku dari biogas di Kelurahan Cibangkong. Hasil pengukuran gas dengan metode Kromatografi diperoleh bahwa susbstrat yang mampu menghasilkan biogas yang optimal adalah substrat yang diperhalus dan ditambah zat aditif (sampel 4) yaitu sebesar 45920 ppm metana, hasil pengukuran tekanan diperoleh substrat yang diperhalus dan ditambah zat aditif (sampel 4) memiliki tekanan yang paling besar yaitu 174 psi pada hari ke-10. Setelah dilakukan ujicoba pemasangan biogas untuk 6 rumah tangga diperoleh hasil sampel 4 mampu memenuhi kebutuhan 6 rumah tangga selama 10 hari, berbeda jauh dengan sampel 1 yang hanya bertahan 3 hari.
Analisis Pengaruh Level Substrat Pada Digester Anaerob Skala Laboratorium Terhadap Produksi Metana Rais Nurdimansyah; Amaliyah Rohsari Indah Utami; Ahmad Qurthobi
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Telah dilakukan penelitian pengaruh level substrat pada digester anaerob skala laboratorium terhadap produksi metana. Substrat yang digunakan merupakan campuran limbah kotoran sapi dan limbah cair tahu dengan perbandingan volume 2:1. Pengujian dilakukan pada variasi level substrat 65%, 75% dan 85% dari total volume digester. Substrat dikondisikan pada rentang temperatur 28 – 35 oC dan rentang ph 6,8 – 7. Analisis metode integrasi trapezoida digunakan untuk menghitung jumlah metana yang diproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi metana tertinggi terjadi pada level substrat 75% yaitu dengan luas produksi metana sebesar 160,93 satuan luas mililiter. Hasil yang lain menunjukkan bahwa Hidrolic Retention Time (HRT) pada variasi level substrat 65% dan 75% dari total volume digester adalah lebih cepat daripada level substrat 85% yaitu pada hari ke-25. Kata kunci: Biogas, digester, level substrat, metana.
Observasi Lapangan Mikropartikel Di Atmosfer Menggunakan Nanosampler Pada Cekungan Udara Bandung Raya Lutfi Ikbal Majid; Indra Chandra; Amaliyah Rohsari Indah Utami
eProceedings of Engineering Vol 6, No 1 (2019): April 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kampanye pengamatan mikro-partikel telah dilakukan di cekungan udara Bandung Raya pada periode musim hujan (14 – 26 Februari 2018) dan kemarau (17 Agustus – 11 September 2018). Pengamatan mikro-partikel menggunakan Nanosampler dengan ukuran >10, 2,5-10, 1-2,5, 0,5-1, 0,1-0,5 dan <0,1 µm. Hasil dari nanosampler adalah konsentrasi massa partikulat (total suspended particles) dengan musim hujan rata-rata di bawah 100 µg m-3 . Hasil tersebut kontras dengan rata-rata di musim kemarau (>100 µg m-3 ). PM2.5 dan PM10 menjadi ukuran tipikal pada pengamatan tersebut, yang bersumber dari jalan raya, industri, dan sumber alami (debu tanah dan garam laut). Hasil analisis massa tersebut adalah kandungan karbon dengan hasil total karbon (TC), rata-rata ~72% adalah organik karbon (OC). Sumber OC tersebut berasal dari aktivitas jalan raya (~52%) dan biogenik (~72%), yang merupakan polutan primer dan menjadi sumber fraksi OC/EC terbanyak dengan sebagian besar sumbernya yaitu bahan bakar fosil, debu, dan mesin diesel. Sisanya adalah karbon anorganik (EC), Terdapat dua bentuk partikulat dalam EC, yaitu fresh particles yang terdapat dalam char-EC dan aged particles dari sumber char-EC (emisi karbon bercampur dengan unsur tanah) dan soot-EC (campuran kondensasi karbon dengan unsur dalam atmosfer, seperti sulfat dan nitrat). ~79% dari kandungan EC adalah char-EC, dengan sumber utama adalah emisi langsung kendaraan bermotor. Sementara itu ~21% kandungan EC adalah soot-EC, yang merupakan kondensasi dari emisi kendaraan bermotor tersebut. Analisis massa lainnya adalah konsentrasi senyawa ion, hasil yang dominan ditemukan adalah amonium sulfat ((NH4)2SO4), ammonium nitrat (NH4)NO3, dan garam (NaCl). Dengan letak geografis Bandung Raya, sumber dari laut bukan merupakan polusi lokal. Berdasarkan NOAA HYSPLIT back trajectory model, sumber utama dari transportasi jauh rata-rata berasal dari aktivitas laut seperti transportasi laut dan biota yang menghasilkan nitrat dan sulfat. Karena letak geografis tersebut sehingga transportasi, industri dan kegiatan manusia menjadi sumber polusi utama. Kata Kunci: Polusi udara, Nanosampler, PM2.5, OC/EC, dan Ion. Abstract The micro-particle observation campaign has been carried out in the Bandung Raya air basin during the rainy season (February 14-26 2018) and dry season (August 17-September 11, 2018). Observation of micro-particles using nanosamplers with sizes> 10, 2.5-10, 1-2.5, 0.5-1, 0.1-0.5 and <0.1 µm. The result of the nanosampler is the concentration of particulate mass (total suspended particles) with the average rainy season below 100 µg m-3 . These results contrast with the average in the dry season (> 100 µg m-3 ). PM2.5 and PM10 are typical measurements of these observations, which are sourced from roads, industries, and natural sources (soil dust and sea salt). The result of the mass analysis is the carbon content with the total carbon yield (TC), on average ~ 72% is organic carbon (OC). The OC sources come from road activities (~ 52%) and biogenic (~ 72%), which are primary pollutants and are the source of the most OC / EC fractions with most sources, namely fossil fuels, dust, and diesel engines. The rest is inorganic carbon (EC), There are two forms of particulates in EC, namely fresh particles contained in char-EC and aged particles from sources of char-EC (carbon emissions mixed with soil elements) and soot-EC (mixture of carbon condensation with elements in the atmosphere, such as sulfate and nitrate). ~ 79% of the EC content is char-EC, with the main source being direct emissions of motor vehicles. Meanwhile ~ 21% of the EC content is soot-EC, which is condensation from the emissions of motorized vehicles. Another mass analysis is the concentration of ion compounds, the dominant results found are ammonium sulfate ((NH4)2SO4), ammonium nitrate (NH4)NO3, and salt (NaCl). With the geographical location of Bandung Raya, the source of luat is not local pollution, Based on the NOAA HYSPLIT back trajectory model, the main sources of long-distance transportation come from sea activities such as sea transportation and biota which produce nitrate and sulfate. Because of the geographical location, transportation, industry and human activities are the main sources of pollution. Keywords: Air Pollution, Nanosampler, PM2.5, OC/EC, and Ion
Analisis Kecukupan Pencahayaan Alami Pada Ruang Pameran Bandung Technopark Sesuai Standar Dokumen Ies-lm-83-12 Spatial Daylight Autonomy (sda) Dan Annual Sunlight Exposure (ase) Adam Zakiy Hizbullah; Amaliyah Rohsari Indah Utami; Asep Suhendi
eProceedings of Engineering Vol 6, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDalam melakukan pengukuran kualitas pencahayaan alami, diperlukan metode yang sangat berbeda dariketika melakukan pegukuran pada pencahayaan buatan / lampu. Pada pencahayaan buatan, satuanaverage illuminance merupakan nilai yang sangat berguna untuk dijadikan output kesimpulan, namunsatuan tersebut menjadi kurang berarti apabila diimplementasikan pada pencahayaan alami. Karenanilai illuminance pada pencahayaan alami merupakan hal yang dinamis/berubah-ubah setiap waktu,maka performansi pencahayaan alami juga perlu didefinisikan sepanjang waktu. Dalam beberapa tahunterakhir, beberapa variasi metode perhitungan pencahayaan alami sudah banyak diusulkan untukmengatasi ketidakmampuan dalam menghitung performa pencahayaan alami yang dinamis, namun darisekian banyak metode, Dokumen LM-83-12 dari IES (Illuminance Engineering Society) diakui sebagaimetode perhitungan paling mutakhir. IES LM-83-12 dibuat untuk menciptakan deretan metrik yangmampu untuk mendeskripsikan apakah performa pencahayaan alami pada suatu ruangan dikatakanlayak atau tidak melalui dua sub metode yaitu SDA (Spatial Daylight Autonomy) & ASE (Annual SunlightExposure). Secara sederhana, metode ini memadukan input penting seperti geometri bangunan, data langit,serta arah garis matahari yang akan disimulasikan menjadi sebuah nilai lux (illuminance) pada titiktertentu setiap jam selama 1 tahun penuh. Nilai illuminance yang didapat nantinya akan diolah menjadisebuah kriteria preferensi yang memperhatikan dua aspek utama yaitu kecukupan & kenyamanan (visualcomfort). Kata Kunci: knalpot, transfer matriks, algoritma genetika, rugi transmisi, matlab. Abstract Assessing the dynamic qualities of a daylit space requires different methods of assessment than those thathave been developed for a space that is electrically lighted. With electric lighting, average illuminance is asignificant and useful metric. However, in a daylit space, average illuminance has less meaning. Becausedaylight illumination levels are dynamic, the performance of daylight needs to be considered over time. Overthe last few decades a variety of new daylighting metrics have been proposed to overcome the inability of oldermetrics to assess these dynamic condition. However, from several method, IES-LM-83-12 is believed to be themost up-to-dated method. IES LM-83-12 was created to develop new suite of metrics that are able to describewhether the performance of Daylighting in a room is consider to be feasible or not through two sub-methodscalled SDA (Spatial Daylight Autonomy) & ASE (Annual Sunlight Exposure). Simply, this method integratesome important inputs such as weather data, solar path and building geometry which will be simulated into alux value at a certain point on every hour for one year. The illuminance value obtained will then be processedinto a preference criteria at two main aspect based on sufficiency & visual comfort. Keywords: muffler, transfer matrix, genetic algorithm, transmission loss, matlab
Perhitungan Intensitas Radiasi Matahari Berdasarkan Pola Sebaran Awan Menggunakan Metode Support Vector Regression (svr) Ventiano Ventiano; Ery Djunaedy; Amaliyah Rohsari Indah Utami
eProceedings of Engineering Vol 6, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi dapat diketahui melalui lintasanmatahari. Tingkat intensitas radiasi matahari dipengaruhi oleh banyak faktor, yang terpenting adalahposisi, pola, serta sebaran awan. Penelitian ini menganalisis hubungan antara awan dengan intensitasradiasi matahari menggunakan metode Support Vector Regression (SVR). Data awan diperoleh dariMETARs dan data intesitas radiasi matahari dari PySolar dan University of Oregon. Hasil perhitunganmodel menunjukan nilai koefisien determinasi (R²) yang dihasilkan oleh model perhitungan adalahsebesar 0,80022, dimana model mampu menghitung nilai global solar pada kondisi clear sky dan cloudysky dengan nilai persentase error dinyatakan dalam NMBE sebesar 10,38 %, serta CVRMSE sebesar21,03%. Data hasil penelitian ini dapat diperlukan untuk membuat desain bangunan agar didapat kondisitermal yang baik.Kata kunci: machine learning, intensitas radiasi matahari, awan, support vector regression (SVR)AbstractThe intensity of solar radiation received by the surface of the earth can be known through the path of thesun. The level of radiation intensity is influenced by many factors, the most important is the potition,pattern, and distributon of clouds. This research analyzes the relationship between clouds and theintensity of solar radiation using the Support Vector Regression (SVR) method. Cloud data were obtainedfrom METARs and solar radiation intensity data from PySolar and the University of Oregon. The modelcalculation results show the coefficient of determination (R²) generated by the calculation model is0.80022, where the model is able to calculate the global solar value in clear sky and cloudy sky conditionswith the percentage error value expressed in NMBE of 10.38%, and CVRMSE of 21.03%. The data fromthe results of this study are needed to create a building design to obtain good thermal conditions.Keywords: machine learning, radiation intensity, cloud, support vector regression (SVR)