Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

RELASI DUA KEPENTINGAN (BUDAYA POLITIK MASYARAKAT MINANGKABAU) Arifin, Zainal; Gani, Maulid Hariri
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.777

Abstract

Tulisan ini melihat relasi dua kepentingan yang ada di dalam masyarakat Minangkabaudidalam konteks budaya politiknya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adat yang dianut olehmasyarakat Minangkabau itu sendiri, dimana peranan lareh atau ”aliran” yang ada sangatberperan besar dalam menentukan arah kebijakan yang diambil. Disini masyarakatMinangkabau secara garis besar terbagi atas lareh Koto Piliang yang dikembangkan olehDatuak Katamenggungan yang bercirikan ”aristokratis”, dimana kekuasaan tersusun pada stratasecara bertingkat dengan wewenangnya secara vertikal, sesuai dengan pepatahnya manitiak dariateh (menetes dari atas). Sementara lareh Bodi Caniago yang dikembangkan oleh DatuakPerpatih Nan Sabatang bercirikan ”demokratis”, dimana kekuasaan tersusun berdasarkan prinsipegaliter dengan wewenang bersifat horizontal, sesuai dengan pepatahnya mambusek dari bumi(muncul dari bawah). Namun demikian, adat sebagai aturan tidaklah bersifat kaku, bahkansebahagian besar mempunyai daya lentur yang amat tinggi dengan perubahan yang terjadi,apalagi walaupun mempunyai perbedaan sistem politik, namun keduanya tetap memiliki dasaradat yang sama yaitu sawah gadang satampang baniah, makanan luhak nan tigo, baragiahindak bacaraian (sawah yang luas cuma setampang benih, makanan orang ketiga luhak, salingmemberi dan tidak berceraian). Oleh sebab itu, akhirnya di setiap nagari cenderung akan terjadiproses ambil mengambil adat lareh yang ada melalui kelompok-kelompok suku dengan aktoraktoryang ada didalamnya.Kata Kunci: Lareh, Minangkabau, Dualisme, Adat.
RELASI DUA KEPENTINGAN (BUDAYA POLITIK MASYARAKAT MINANGKABAU) Arifin, Zainal; Gani, Maulid Hariri
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.777

Abstract

Tulisan ini melihat relasi dua kepentingan yang ada di dalam masyarakat Minangkabaudidalam konteks budaya politiknya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adat yang dianut olehmasyarakat Minangkabau itu sendiri, dimana peranan lareh atau ”aliran” yang ada sangatberperan besar dalam menentukan arah kebijakan yang diambil. Disini masyarakatMinangkabau secara garis besar terbagi atas lareh Koto Piliang yang dikembangkan olehDatuak Katamenggungan yang bercirikan ”aristokratis”, dimana kekuasaan tersusun pada stratasecara bertingkat dengan wewenangnya secara vertikal, sesuai dengan pepatahnya manitiak dariateh (menetes dari atas). Sementara lareh Bodi Caniago yang dikembangkan oleh DatuakPerpatih Nan Sabatang bercirikan ”demokratis”, dimana kekuasaan tersusun berdasarkan prinsipegaliter dengan wewenang bersifat horizontal, sesuai dengan pepatahnya mambusek dari bumi(muncul dari bawah). Namun demikian, adat sebagai aturan tidaklah bersifat kaku, bahkansebahagian besar mempunyai daya lentur yang amat tinggi dengan perubahan yang terjadi,apalagi walaupun mempunyai perbedaan sistem politik, namun keduanya tetap memiliki dasaradat yang sama yaitu sawah gadang satampang baniah, makanan luhak nan tigo, baragiahindak bacaraian (sawah yang luas cuma setampang benih, makanan orang ketiga luhak, salingmemberi dan tidak berceraian). Oleh sebab itu, akhirnya di setiap nagari cenderung akan terjadiproses ambil mengambil adat lareh yang ada melalui kelompok-kelompok suku dengan aktoraktoryang ada didalamnya.Kata Kunci: Lareh, Minangkabau, Dualisme, Adat.
VARIASI BUNYI BAHASA KERINCI ISOLEK RAWANG SOUND VARIATIONS IN KERINCI LANGUAGE OF RAWANG ISOLECT Fadlul Rahman; Yandri Yandri; Maulid Hariri Gani
Krinok:Jurnal Linguistik Budaya Vol 4, No 1 (2019): Juni
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.676 KB) | DOI: 10.36355/krinok.v4i1.336

Abstract

Bahasa Kerinci isolek Rawang merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang terletak di Provinsi Jambi. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Malayik. Bahasa Kerinci memiliki ragam fonologis pada setiap isolek.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bunyi-bunyi dan fonem bahasa Kerinci isolek Rawang serta variasi bunyi dalam bahasa Kerinci. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang mendeskripsikan bunyi, fonem, dan variasi bunyi bahasa Kerinci isolek Rawang. Dalam pengumpulan data penelitian, metode yang digunakan ialah metode cakap dengan menggunakan teknik pancing, teknik lanjut cakap semuka, teknik catat, dan teknik rekam.Untuk analisis data digunakan metode agih dengan teknik lanjutan teknik oposisi pasangan minimal, teknik distribusi komplementer, dan teknik variasi bebas.Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa 400 kata. Hasil penelitian dalam bahasa Kerinci isolek Rawang ditemukan 6 fonem vokal, 18 fonem konsonan, dan 10 fonem diftong serta 27 variasi bunyi pada silabel akhir.Kata kunci: bahasa Kerinci, isolek Rawang, bunyi, fonem, variasi bunyi
Unity, Complexity, dan Intensity Lukisan Karya Yazid Yoan Fahira; Yandri Yandri; Maulid Hariri Gani
V-art: Journal of Fine Art Vol 1, No 1 (2021): Juli - Desember 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.529 KB) | DOI: 10.26887/vartjofa.v1i1.2135

Abstract

This study discusses how to understand the unity, complexity, and intensity of Yazid's painting using Monroe Beardsley's theory. Yazid is a West Sumatran artist who is quite famous for his naturalist flow and cannot be separated from the concept of natural beauty. This study uses a qualitative method which includes observation, interviews, and literature study. The research was conducted in the cities of Padang, Padang Pariaman and Padangpanjang, West Sumatra. After conducting research, it was found that Unity (unity) in Yazid's paintings as a whole shows how the arrangement of lines, colors, and compositions are produced in a perfect shape so that it looks like a unity. This makes for distinctive strokes and soft colors and object capture. The complexity of Yazid's paintings can be seen in the lighting which is described as similar to what is captured by the five senses so that the object does not look simple. How Yazid tries to present the refraction of light that is shown in each of his paintings. The intensity (seriousness) in Yazid's paintings can be seen in the lighting as the key in each of his works.
Monumen Perjuangan Masyarakat Cupak Ditinjau Dari Segi Bentuk, Fungsi Dan Tata Letak Dinda Fitria; Maulid Hariri Gani; Rica Rian
V-art: Journal of Fine Art Vol 1, No 1 (2021): Juli - Desember 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.495 KB) | DOI: 10.26887/vartjofa.v1i1.2131

Abstract

This study discusses the Cupak Community Struggle Monument in Solok Regency in terms of form, function, and layout. In addition, we briefly discuss the brief history behind the monument's establishment. This study uses a qualitative approach which includes observations, interviews, literature studies, and research is carried out directly to the field, namely to the Cupak area in Solok Regency, West Sumatra. Based on the results of the research conducted, it is known that the construction of the Cupak Community Struggle Monument aims to commemorate the period of the Cupak people's struggle against the Japanese army, and the shape of the monument is a visual representation of 3 warriors including statues consisting of figures dressed in Indonesian soldiers, Japanese soldiers, and community warrior. The layout of the Cupak Community Struggle Monument is closely related to the function of the monument itself, a monument that has a social function and a physical function, namely a monument which, if created and viewed on a public scale, means that it can reach the wider community.
Bunga Edelweis Sebagai Objek penciptaan Yori Oktaviani; Hamzah Hamzah; Maulid Hariri Gani
V-art: Journal of Fine Art Vol 1, No 2 (2022): Januari - Juni 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.386 KB) | DOI: 10.26887/v-art.v2i1.2322

Abstract

Penciptaan karya Tugas Akhir ini didasari karena pengkarya ingin meluapkan rasa prihatin dan sedih terhadap kondisi dan keadaan dari populasi dan habitat asli bunga edelweis pada saat ini. Rasa yang dihadirkan pada karya seni lukis bunga edelweis  ini disampaikan dengan karya bergaya dekoratif, yang bertujuan supaya rasa prihatin dan dan sedih itu dapat tersampaikan, dengan berusaha menampilkan visual objek dengan hiasan. Metode penciptaan yang dilakukan terdiri dari persiapan yang mengumpulkan data, perancangan dengan menuangkan ide dari hasil yang didapatkan. Perwujudan menghadirkan  proses konsep dari awal rancangan penyajian karya setelah diproses. Proses perwujudan selesai dilakukan proses finishing yaitu pembingkaian karya. Dalam penciptaan karya seni lukis, bentuk visual utama yang dihadirkan yaitu bunga edelweis, dan objek pendukung lainnya, serta di hias dengan titik-titik dan kontur pada bagian background. Masing- masing karya memiliki perbedaan baik bentuk tata letak visual dll, sebagai media untuk mengungkapkan ekspresi dari rasa prihatin dan sedih dari diri pengkarya sendiri terhadap kondisi dan keadaan dari populasi dan habitat asli dari bunga edelweis.
Pelatihan Batik Tulis dan Batik Ecoprint di Kampung Tobiang Rumah Baca Art Lab Nagari Sungai Talang Kabupaten Lima Puluh Kota Maulid Hariri Gani; Widdiyanti Widdiyanti; Yandri Yandri; Taufik Akbar
Jurnal Abdidas Vol. 3 No. 3 (2022): June, Pages 355-611
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v3i3.630

Abstract

Melakukan pelatihan membatik pada masyarakat merupakan salah satu tugas Tri Dharma Perguruan tinggi bagi seorang dosen sebagai pelaksanaan tugas-tugas yang harus dilaksanakan, disamping pengajaran dan penelitian. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Kampuang Tobiang Rumah Baca Art Lab kecamatan Guguak kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Tema dari pelatihan ini kami pilih Alamiah dan Sederhana. Tema ini sengaja diangkat agar bagaimana sesuatu yang sangat sederhana dan tidah pernah terpikirkan selama ini bisa menjadi sebuah karya seni yang menarik, tergantung bagaimana kita  memanfaatkan apa yang ada dilingkungan. Metode pelatihan ini adalah demontrasi secara langsung kepada peserta tentang cara membatik, dan metode pendampingan kepada peserta pelatihan ketika melakukan praktek membatik dengan tujuan supaya peserta lebih cepat memahami tahapan-tahapan membatik. Pada akhirnya pelatihan ini memang tidak bisa hanya berhenti disini saja, aplikasi secara langsung membatik dengan teknik batik tulis dan ecoprin, serta di dukung teori konsep maupun contoh contoh original sehingga hasilnya dapat dirasakan secara langsung oleh peserta pelatihan.
PELATIHAN BATIK DAN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN BAGI MASYARAKAT DI KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG Maulid Hariri Gani; Widdiyanti; Yandri; Temmy Thamrin; Taufik Akbar
Jurnal Abdimas Ilmiah Citra Bakti Vol 3 No 2 (2022)
Publisher : STKIP Citra Bakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38048/jailcb.v3i2.979

Abstract

Salah satu tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melakukan pengabdian kepada masyarakat, di samping pengajaran dan penelitian tentu saja. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Tema yang diangkat adalah Pelatihan Batik dan Manajemen Kewirausahaan. Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan ceramah, demonstrasi, dan pelatihan. Peserta pelatihan difokuskan pada masyarakat yang sedang memulai usaha kecil dan menengah, serta warga masyarakat yang terdampak baik secara langsung dan tidak langsung wabah COVID-19. Pada akhirnya pelatihan ini memang tidak bisa hanya berhenti di sini saja karena aplikasi secara langsung bagaimana membatik sangatlah diperlukan baik itu tekhik batik tulis maupun cap.
HUBUNGAN KEKERABATAN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT DAN MUKOMUKO BENGKULU (DALAM PERSPEKTIF BUDAYA BAHASA) Fadlul Rahman; Maulid Hariri Gani; Santi Kurniati
Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 10, No 2 (2022): Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/basastra.v10i2.56790

Abstract

Pesisir Selatan Sumatera Barat dan Mukomuko Bengkulu secara politik dan administratif terletak pada wilayah yang berbeda tetapi secara sejarah dan budaya mempunyai kedekatan karena terletak pada perbatasan dua provinsi. Penelitian ini melihat sejauh mana hubungan kekerabatan kedua wilayah ini dalam perspektif bahasa budaya. Dengan terus berkembangnya teknologi maka penelitian ini sangat penting untuk dilakukan untuk menjaga pelestarian bahasa dan budaya karena pada saat ini telah terjadi pergeseran bahasa dan budaya yang cukup signifikan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan dengan pendekatan leksikostatistik. Tiga titik pengamatan diambil dalam penelitian ini yaitu daerah Surantiah dengan bahasa Minangkabau isolek Surantiah (BMS), Inderapuro dengan Bahasa Minangkabau isolek Inderapuro (BMI), dan Mukomuko dengan Bahasa Mukomuko Bengkulu (BMB). Secara bahasa dan budaya ditemukan tingkat kekerabatan antara BMS dan BMB sebesar 86,69% serta BMI dan BMB 91,28%. Dilihat dari dua hasil persentase ini dapat diklasifikasikan BMS dan BMB serta BMI dan BMB masuk dalam katagori dialek bahasa (dialeck of language). Dengan kata lain hubungan kekerabatan bahasa Minakabau Pesisir Selatan dan Bengkulu Mukomuko sangat lah dekat atau masuk dalam klasifikasi satu bahasa dengan ragam dialek.
Pengembangan Desain Wadah Set Keramik Terinspirasi oleh Metafora Bunga dengan Pendekatan Semantik Kendal Malik; Ferry Fernando; Maulid Hariri Gani
Judikatif: Jurnal Desain Komunikasi Kreatif Vol. 5 No. 1 (2023): Vol. 5 (2023) No. 1
Publisher : fakultas Desain Koomunikasi visual

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/judikatif.v5i1.121

Abstract

Keramik merupakan sebuah karya yang sudah dikerjakan secara turun temurun yang dapat dilihat begitu bnyak variasi-variasi yang bermunculan. Produk keramik biasanya digunakan oleh masayarakat sebagai wadah tertentu dalam suatu acara dan kebutuhan lainnya, selain itu keramik dapat berfungsi untuk penunjang dalam sebuah interior rumah hunian. Penelitian ini difokuskan produk set wadah (gula, kopi, teh) dengan menggunakan bentuk flora sebagai inspirasi pengembangan desain produk keramik dengan pendekatan semantik. Pengembangan desain wadah set keramik ini menjadikan tema pengembangannya difokuskan dengan mengambil tumbuhan bunga sebagai objek. Perancangan sebuah produk tentunya dilakukan ke dalam bentuk dua dimensi yaitu melalui alternatif desain yang dilakukan diatas kertas namun perwujudan dalam perancangan tentu dilakukan juga dalam bentuk tiga dimensi yaitu prototype. Proyek ini merupakan usaha untuk memberikan gagasan dalam sebuah desain yang dimiliki identitas objek tentu dan bentuk yang baru tertentu tanpa meninggalkan jatidirinya serta usaha dalam mengembangkan desain kepada UMKM yang bergerak di bahan tanah liat yang khususnya keramik yang dapat dikembangkan secara masif dan bersaing secara kompetitif di bangsa pasar.