This Author published in this journals
All Journal Biotropika
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KADAR MDA SPERMATOZOA SETELAH PROSES PEMBEKUAN Febrianti, Khairatul Insani; Rahayu, Sri; W.M, Agung Pramana; Soewondo, Aris
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.489 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek lama pembekuan semen terhadap kadar MDA spermatozoa dan persentase viabilitas spermatozoa. Sampel yang digunakan berupa  semen beku sapi Limousin dengan lama pembekuan 2 bulan dan 3 bulan yang dikoleksi dari BBIB Singosari. Semen beku yang telah dithawing diencerkan dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) kemudian disentrifugasi untuk memisahkan spermatozoa dan seminal plasma. Kadar MDA spermatozoa diukur dengan menggunakan uji TBA dan spektrofotometer. Pengamatan viabilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan pewarnaan eosin-negrosin. Data berupa kadar MDA spermatozoa dan persentase viabilitas dianalisis dengan uji-t berpasangan dan korelasi pearson menggunakan spss 16.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar MDA spermatozoa pada lama pembekuan 2 bulan (0,0777±0,008 nM) dan 3 bulan (0,0919±0,016 nM) tidak berbeda nyata (p<0,05). Terdapat korelasi negatif antara persentase viabilitas dan kadar MDA pada spermatozoa. Kata kunci: MDA, semen beku, spermatozoa 
KUALITAS SEMEN SEGAR KAMBING BOER PADA TEMPERATUR PENYIMPANAN 4 OC DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER SITRAT DAN SUPLEMENTASI SUSU KEDELAI BUBUK Rahayu, Winda; W.M, Agung Pramana
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.811 KB)

Abstract

ABSTRACT The objective of this research was to know the influence of soybean milk powder diluents based on concentration (2%, 4%,6%) in citrate diluent to motility, viability, abnormality and membrane integrity of spermatozoa based on long duration storage (0 hours, 24 hours, 72 hours, 120 hours). This research using diluent medium based on vegetable medium (lechitin) is andromed (K+), soybean milk in diluent citrate with concentrations of 0% (K-), 2% (F1), 4% (F2), and 6% (F3). The characterization of predilution were observed such as volume, color, consistency, pH, mass motility, individual motility, viability, concentration, and abnormality. Next step dilution based on treatment with each of the three  recurrence and performed storage at temperature of 4˚C. The next of post storage were observed such as sperm viability, motility, abnormality and membrane integrity. Data were analyzed using two way ANOVA in factorial completely randomized design with SPSS version 16.0 and continued with Tukey test. The results showed that a significant difference (P<0.05)  to K+, F1, and F2 diluent to K- and F3 diluent. The presence of lechitin content of soybean milk can protect spermatozoa from cold shock during storage at a temperature of 4˚C. The concentration of soy milk powder high possibility changes to pH of the media and influenced of osmotic presure on sperm membrane decrease of the sperm quality during storage. Key word: Lechitin, plasma membrane, soybean milk
Siklus Estrus Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum Zakaria, Muhammad Rizar; W.M, Agung Pramana; Ciptadi, Gatot
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.169 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penyapihan dini pada masa post partum terhadap siklus estrus induk kambing peranakan Boer F1 (Crossbreed Boer dan PE). Selama post partum, regulasi siklus estrus akan dihambat oleh prolaktin dan oksitosin yang dipengaruhi oleh mekanisme suckling. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 9 ekor induk kambing dalam 3 kelompok yakni kelompok penyapihan selang waktu 42 hari post partum (PP), 56 hari post partum (PP), dan 91 hari post partum sebagai kontrol. Pengamatan siklus estrus dengan menggunakan vaginal smear. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dengan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interval siklus estrus kedua pasca sapih pada induk kambing kontrol  saat fase proestrus adalah 2 hari, fase estrus selama 2 hari, fase metestrus selama 2 - 3 hari, dan fase diestrus terjadi selama 14 - 15 hari. Selain itu siklus estrus pertama pasca sapih pada perlakuan penyapihan 42 hari (6 minggu), 56 hari (8 minggu), dan kontrol pada selang 91 hari (13 minggu) post partum adalah berkisar 16,7 ± 2,65 hari, 17,7 ± 1,53 hari , dan 10,3 ± 3,06 hari. Sedangkan siklus estrus kedua pasca sapih secara berturut – turut adalah berkisar 18 ±  1 hari, 19 ± 1,73 hari, dan 20,7 ± 1,58 hari. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (p>0,05) antar semua kelompok pada siklus estrus pertama pasca sapih. Kesimpulannya, interval siklus estrus kedua pasca sapih pada kelompok induk kambing sapih 42 hari PP adalah 18 hari dan sapih 56 hari PP adalah 19 hari dan kontrol rata – rata berkisar 20,7 hari. Kata kunci : Estrus, Post partum, Vaginal Smear
Perubahan Siklus Estrus Akibat Induksi Peningkatan Kadar Prostaglandin F2α (PGF2α) Pada Fase Luteal Kambing Peranakan Boer Wardhani, Aries Erlinda Ratna; W.M, Agung Pramana
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT The objective of this study to understand the effect of PGF2α injection in early diestrus phase and mid- diestrus to the estrous cycle. Treatment in this study are early diestrus control, mid- diestrus control, administration of PGF2α on early diestrus phase and administration of PGF2α in mid diestrus phase (each group n=3.) 1.5 ml Capriglandin® was injected once intramusculary. Then, phase change observed every day start one day since injection. Estrous phase were determined by observation vaginal smear cytology. Data were analyzed by Mann- Whitney method using Microsoft Excel software and SPSS 16.0 for Windows. There’s no significant difference in diestrus and proestrus length on injected group at early diestrus and control early diestrus group, onset estrous of injected group and control group respectively on day 15 and on day 16. The injected group at mid diestrus and control mid diestrus group have a significant difference at onset estrous and diestrus length but there is no significant difference in proestrus length, onset of estrous in the injection group and control group respectively on day 6.7 and on day 12 day (P < 0.05). It can be concluded that there is no response of single injection of PGF2α when injected at early diestrus, but when injected at mid- diestrus causes a shorter diestrus phase than the control respectively 2,3 and 8 days. Keywords : PGF2α, onset of estrous, estrous synchronization, vaginal smears
STUDI PENGARUH HIPERTIROIDISME TERHADAP SIKLUS ESTRUS DAN GAMBARAN HISTOLOGI OVARIUM PADA TIKUS BETINA (Rattus norvegicus) Riestanti, Shinta Dwi; W.M, Agung Pramana; Soewondo, Aris
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.376 KB)

Abstract

Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon tiroid yang disekresikan oleh kelenjar tiroid terlalu tinggi. Hipertiroidisme banyak terjadi pada wanita sebab selama proses kehamilan, janin yang sedang berkembang membutuhkan asupan yodium (iodin) yang lebih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh induksi Natrium iodin sebagai penyebab Hipertiroidisme pada siklus estrus tikus betina (Rattus norvegicus) beserta gambaran histologi ovarium tikus betina (Rattus norvegicus). Metode yang dilakukan yaitu dengan melakukan induksi secara berlebih Natrium Iodin (NaI) yang menyebabkan Hipertirodisme kemudian dilakukan pengamatan siklus estrus dan pengamatan secara histologis melalui gambaran histologi ovarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Hipertiroidisme pada tikus betina menyebabkan siklus estrus tikus betina menjadi tidak normal dan berpengaruh terhadap fase estrus sedangkan gambaran histologis ovarium pewarnaan Hematoxylin-eosin menunjukkan tidak ada perbedaan antara tikus kontrol dengan tikus hipertiroid.   Kata kunci :  Hipertiroidisme, siklus estrus, ovarium.
Pengaruh Hormon Hipofisa dan Ovaprim Terhadap Ovulasi Serta Pengaruh Pakan Terhadap Pertumbuhan Berudu Katak Fejervarya cancrivora Putri, Ardyah Ramadhina Irsanti; Kurniawan, Nia; W.M, Agung Pramana
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 5 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.385 KB)

Abstract

Katak Fejervarya cancrivora merupakan kelompok dari kelas amfibi yang habitatnya sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi habitat dan aktivitas manusia. Salah satu upaya untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yaitu memanfaatkan teknologi reproduksi buatan dengan melakukan induksi pematangan gonad menggunakan hormon hipofisa dan ovaprim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon hipofisa dan ovaprim terhadap pematangan gonad dan keberhasilan fertilisasi pada katak Fejervarya cancrivora, serta mengetahui pengaruh perbedaan pemberian pakan pada pertumbuhan berudu katak Fejervarya cancrivora. Injeksi dilakukan pada katak betina yang  hampir matang gonad dengan total dosis injeksi 250 µl secara intraperitonial. Setelah dipijahkan dan difertilisasi, telur dipelihara sampai menetas dan diberikan dua perlakuan pakan, yaitu pakan bayam  rebus (P1) serta  pakan bayam rebus dan kuning telur rebus (P2). Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan injeksi hipofisa dihasilkan telur 632 butir sel telur dan berhasil menetas 65,67%  dan perlakuan injeksi ovaprim sebanyak 108 butir sel telur dan dapat menetas 75,92%. Hasil  perlakuan P1 dan P2 pada kedua jenis injeksi tidak terdapat perbedaan panjang (p>0,05) namun terdapat perbedaan berat (p<0,05) pada perlakuan selama masa metamorfosis. Persentase jumlah berudu yang berhasil bermetamorfosis sempurna pada perlakuan injeksi hipofisa sebanyak 41,12%, sedangkan pada perlakuan injeksi ovaprim sebanyak 31,67%.
INTERVAL WAKTU OPTIMAL PENAMPUNGAN SEMEN BERDASARKAN KARAKTERISTIK DAN KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER Mahdiyah, Ariani; W.M, Agung Pramana
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.691 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interval waktu penampungan optimal pada kambing Boer serta mengetahui karakteristik semen dan kualitas sperma kambing yang ditampung dengan interval  berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas semen kambing adalah interval penampungan. Frekuensi penampungan yang terlampau sering dan dengan jarak yang terlalu dekat, akan menurunkan kuantitas dan kualitas semen yang  dihasilkan. Semen diambil dari dua kambing pejantan jenis Boer produktif berumur 4 tahun  dengan bobot 70 kg selama 2 minggu, dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan: 1) penampungan sekali sehari, 2) penampungan sekali dalam dua hari. Analisis karakteristik semen meliputi volume, konsentrasi, viabilitas, abnormalitas dan motilitas spermatozoa menggunakan analisis regresi linier. Sedangkan warna dan konsistensi semen dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil yang didapat pada variabel warna dan abnormalitas tidak dipengaruhi oleh jarak penampungan yang terlalu dekat (P>0,05), warna semen yang ditampung rata-rata putih susu, dan keabnormalitasan sel spermatozoa kedua kambing rata-rata 1% - 1,5%. Variabel volume, konsistensi, viabilitas, motilitas, dan konsentrasi akan menurun seiring dengan semakin rapatnya interval penampungan (P<0,05). Variable volume semen kambing Boer B 085 mengalami punurunan volume sebanyak 0,1 ml setiap penampungan (R2=89%). Penampungan dengan interval dua hari dapat digunakan peternak tanpa mengurangi kualitas semen kambing Boer, sedangkan penampungan dengan interval satu hari menunjukkan penurunan kualitas seiring dengan meningkatnya frekuensi penampungan. Kata kunci: Boer, Penampungan, Interval, Kualitas, Semen.