Muh. Yunus
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : El-HARAKAH : Jurnal Budaya Islam

Dialektika Manusia dan Agama Muh. Yunus
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 1, No 3 (1999): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (800.636 KB) | DOI: 10.18860/el.v1i3.4695

Abstract

The existence and role of religion (Islam) get a sharp criticism, which essentially needs a re-examination of religious dogma that has been frozen, if religion does not want to be abandoned by the swift stream of modernization. Truly the religion God revealed to the earth is for man. So religion is born to man, not man born to religion. If man is born to religion, then the most prominent is his transcendent dimension, the religious world from which he came, far from the earth. If so, then humans enter into the world aIkoholistik-theocentric, intoxicated. Factors that cause humans away from the ideal message of the Qur'an is a factor understanding of religion. A series of worship conducted by religious people such as prayer, zakat, fasting, pilgrimage, and the like only stop at the point of carrying out obligations (fiqh oriented) and become a symbol of piety, while the fruits of worship that dimensi sosial less visible. Among religious communities, there has been a misunderstanding in interpreting and appreciating and appreciating the symbolic message. As a result, religion is understood only as an individual savior and not as a social blessing.  Eksistensi dan peran agama (Islam) mendapatkan kritik tajam, yang intinya perlu adanya pengkajian ulang terhadap dogma agama yang selama ini telah membeku, jika agama tidak ingin ditinggalkan begitu saja oleh derasnya arus modernisasi. Sesungguhnya agama itu diturunkan Tuhan ke bumi memang untuk manusia. Jadi agama lahir untuk manusia, bukan manusia lahir untuk agama. Jika manusia lahir untuk agama, maka yang pal­ing menonjol adalah dimensi transendennya, dunia agama tempat asal ia turun, jauh dari bumi. Jika demikian, maka manusia masuk kedalam dunia aIkoholistik-teosentris, mabuk ketuhanan. Faktor yang menyebabkan manusia jauh dari pesan ideal al Quran adalah faktor pemahaman terhadap agama. Serangkaian ibadah yang dilakukan umat beragama (Islam) seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan sejenisnya hanya berhenti pada sebatas menjalankan kewajiban (fiqh oriented) dan menjadi simbol kesalehan, sedangkan buah ibadah yang berdimensi sosial kurang nampak. Di kalangan masyarakat beragama, telah terjadi kesalahpahaman dalam memaknai dan menghayati serta mengapresiasi pesan simbolik itu. Akibatnya, agama hanya di pahami sebagai penyelamat individu dan bukan sebagai keberkahan sosial. 
Agama dan Ekonomi Kaum Tertindas Muh. Yunus
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 8, No 2 (2006): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.559 KB) | DOI: 10.18860/el.v8i2.4752

Abstract

As what Weber and Mc. Lelland view, it is assumed that values in certain religion and culture are believed to be able to influence the followers' behavior which are implied on the economic growth. Although indirectly they influence the economic development. Although Islam teaches about the work culture, the relity shows that Indonesian econmy has been well-develop yet. Religion (Islam) as Weber critisizes, does not result in capitalism industrialization as the motivator of economic development because the culture is in line with The Spirit of Capitalism.  It is different from Calvinism; its theology is able to move the economy development of its followers. Therefore, the Moslems' problem of economic decrease has to be solved with a right strategy. In this paper, the strategy used to solve the problem is macro analysis through the model of M. Chapra' s cycle theory. Seperti apa Weber dan Mc. Pandangan lelland, diasumsikan bahwa nilai-nilai dalam agama dan budaya tertentu diyakini dapat mempengaruhi perilaku pengikut yang tersirat pada pertumbuhan ekonomi. Meski secara tidak langsung mereka mempengaruhi perkembangan ekonomi. Meskipun Islam mengajarkan tentang budaya kerja, relitas menunjukkan bahwa ekonmy Indonesia telah berkembang dengan baik. Agama (Islam) seperti yang dikemukakan Weber, tidak mengakibatkan industrialisasi kapitalisme sebagai motivator pembangunan ekonomi karena budayanya sejalan dengan The Spirit of Capitalism. Hal ini berbeda dengan Calvinisme; Teologinya mampu menggerakkan perkembangan ekonomi para pengikutnya. Oleh karena itu, masalah penurunan ekonomi umat Islam harus dipecahkan dengan strategi yang tepat. Dalam tulisan ini, strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah analisis makro melalui model teori siklus M. Chapra.