Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Bagaimana Muslim di Indonesia Meyakini Teori Konspirasi Yahudi: Peran Ancaman Simbolis dan Kekolotan Religius Audi Ahmad Rikardi
Jurnal Psikologi Integratif Vol 10, No 1 (2022): Psikologi Integratif
Publisher : UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpsi.v10i1.2285

Abstract

Jews in Indonesia are scare and almost non-exist. However, Islamic groups consider Jews as a threat for Islamic practice. Furthermore, Islamic groups have belief that Jews are conspired against Islam in Indonesia through ideological ways. This study aims to explore association between symbolic threat and belief in Jewish conspiracy theory. This association mediated by religious zeal. There are 385 respondents who completed symbolic threat scale, religious zeal scale, and belief in Jewish conspiracy theory scale. Hypothesis tested by Jamovi 1.6.23 with medmod module. Analysis result explained symbolic threat has association with belief in Jewish conspiracy theory. Religious zeal also mediated that association. Symbolic threat could be a factor which explain Jewish conspiracy belief in Indonesia. Jewish conspiracy belief could be seen as mechanism to maintain positive image of Islamic group. Analysis result also explain Muslims and Jews relationship in Indonesia. Abstrak. Eksistensi Yahudi di Indonesia sangat sedikit dan hampir nihil. Namun, kelompok muslim merasa bahwa Yahudi adalah sesuatu yang mengancam nilai-nilai Islam. Selain itu, kelompok muslim memiliki keyakinan bahwa Yahudi berkonspirasi dalam melemahkan umat Islam di Indonesia melalui cara-cara ideologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan ancaman simbolis dan keyakinan terhadap teori konspirasi Yahudi dengan kekolotan religius sebagai mediator. Pengumpulan data menggunakan skala ancaman simbolis, skala kekolotan religius, dan skala keyakinan terhadap teori konspirasi Yahudi. 385 responden terlibat dalam penelitian. Uji hipotesis menggunakan Jamovi 1.6. 23 dengan modul medmod Hasil penelitian menunjukkan bahwa ancaman simbolis memiliki kaitan dengan keyakinan terhadap teori konspirasi Yahudi dan kekolotan religius memediasi kaitan dua variabel. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman simbolis dapat menjadi faktor terkait alasan dari seseorang meyakini teori konspirasi Yahudi di Indonesia. Meyakini bahwa Yahudi berkonspirasi untuk mengancam nilai-nilai Islam adalah bagian dari mempertahankan citra dari kelompok Islam. Hasil analisis juga dapat menjelaskan relasi kelompok muslim dan Yahudi di Indonesia.
Peningkatan Pengetahuan Remaja dalam Memilih Obat Swamedikasi Nyeri Haid dan Nyeri Gigi di Desa Ngalas, Klaten Selatan Arifah Sri Wahyuni; Lusi Nuryanti; Nisrina Hanun Iftadi; Audi Ahmad Rikardi; Afny Al Fath Inaszahira; Ibrohim Hanif Abdulloh; Faiza Layyana Putri; Muhammad Azmi Nur Asykaruddin; Yeni Mulati; Permata Ashfi Raihana; Ika Retno Wulandari; Firda Ayu Fadila Rahmawati; Ahmad Azka Mahasin; Aria Wirabima; Ana Riolina; Afrizal Maulana; Anggun Dwi Ayu Fandirah; Munajat Tri Nugroho
I-Com: Indonesian Community Journal Vol 3 No 4 (2023): I-Com: Indonesian Community Journal (Desember 2023)
Publisher : Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Raden Rahmat Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33379/icom.v3i4.3279

Abstract

Swamedikasi adalah Tindakan pengobatan sendiri yang dilakukan oleh seluruh Masyarakat, termasuk pengobatan untuk nyeri. Tujuan pengobatan adalah untuk mendapatkan kesembuhan, maka diperlukan pengetahuan yang cukup. Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan Masyarakat terkait penggunaan obat untuk swamedikasi nyeri haid dan nyeri gigi. Kegiatan dilaksanakan dengan ceramahdan dialog 2 arah dengan Masyarakat remaja. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan kuesioneryang dibuat dalam g-form kepada28 responden. Pengetahuan yang diukur adalah tindakan mengatasi nyeri dan jenis obat yang digunakan untuk swamedikasi. Hasil menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dengan kategori cukup dan baik, dan pada saat pengukuran postes, tidak ada responden dengan kategori kurang.
EXPERIENCES OF INDONESIAN STUDENTS JOINING SOCIAL CLUBS TO HELP REDUCING STRESS AND ANXIETY WHILE LIVING OVERSEAS Sri Indra Kurnia; Audi Ahmad Rikardi; Yeni Indriyani; Salsabila Purnamasari
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 4 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i4.18845

Abstract

Gangguan kesehatan mental merupakan permasalahan yang dapat menyebabkan penyakit di seluruh dunia. Penyakit ini sebagian disebabkan oleh stres akademik yang diakibatkan oleh tugas-tugas maupun kegiatan selama belajar di sebuah perguruan tinggi atau universitas. Mahasiswa, terutama yang belajar di luar negeri, menghadapi beberapa tantangan seperti kultur shock, hambatan bahasa, perubahan lingkungan, dan perjuangan akademis yang sulit. Beberapa bukti menunjukkan bahwa dengan bergabung ke dalam klub sosial atau organisasi kemahasiswaan, mahasiswa merasakan lebih banyak manfaat yang mereka dapatkan untuk membantu mereka bertahan menyelesaikan tugas akademiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa Indonesia yang bergabung ke dalam klub sosial atau organisasi kemahasiswaan selama masa studi di Brisbane. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan terhadap 10 informan untuk mendapatkan saturasi data yang diharapkan. Setiap wawancara direkam menggunakan alat perekam dan di transkripsi menggunakan transcriber online bernama Temi. Berdasarkan data yang diperoleh selama wawancara, tema-tema yang muncul dibagi kedalam tiga kategori yang berbeda, yaitu; melepas stres, sumber dukungan, dan nilai profesional. Masing-masing tema telah menggambarkan pola khusus mengenai koping stres dan menghadapi kehidupan akademik selama studi di luar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bergabung ke organisasi akan berkenalan dengan ritme sosial yang dinamis sehingga dianggap sebagai penghilang stres bagi anggota. Namun, pendapat yang kontra juga menarik untuk dibahas yakni terdapat dampak negatif dari bergabung ke organisasi.
The Role of Realistic Threats to Prejudice against Ethnic Chinese in Indonesia Rikardi, Audi Ahmad
Madani Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 15 No 02 (2023): AGUSTUS 2023
Publisher : Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/madani.v15i02.4871

Abstract

Minority groups tend to be prejudiced by other groups, including Chinese Indonesian. Chinese Indonesians have massive power in Indonesia's economy and hence are considered a threat to occupation and housing opportunities. This study aims to understand realistic threats that would predict prejudice toward Chinese Indonesian. A quantitative method with a cross-sectional survey was conducted for data collection. Sample criteria include 18 years above and belonging to several ethnicities, Javanese, Sundanese, Maduranese, Bugis, Minangkabau, Malayan, and Batavian. Two hundred forty-one respondents participated in this study. This study found realistic threat predicted prejudice toward Chinese Indonesian. Realistic threat explains 18% prejudice toward Chinese Indonesian. Practical and theoretical implications were discussed further.
Faktor-Faktor Demografi dalam Keyakinan Konspiratif di Indonesia Rikardi, Audi Ahmad
Seurune : Jurnal Psikologi Unsyiah Vol 7, No 1: Januari 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/s-jpu.v7i1.36194

Abstract

Keyakinan konspiratif memiliki dampak tertentu baik untuk individu maupun kelompok. Di negara Barat dan Timur, narasi konspiratif muncul dan individu dengan jumlah yang relatif tidak sedikit meyakini narasi konspiratif. Penelitian sebelumnya mengenai keyakinan konspiratif cukup banyak dilakukan di negara Barat, tetapi penelitian di Indonesia masih perlu ditingkatkan jumlahnya sehingga kajian yang lebih banyak menjadi penting. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran dari faktor-faktor demografi (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan) terhadap keyakinan konspirasi. Penelitian ini melibatkan 385 partisipan (Musia=21,57 tahun). Analisis data untuk menguji hipotesis menggunakan regresi linier berganda. Temuan dalam penelitian ini menghasilkan bahwa (1) faktor demografi secara simultan menjadi prediktor yang signifikan bagi keyakinan konspirasi di Indonesia (R=4%, p0,05); (2) usia berperan menjelaskan keyakinan konspiratif secara signifikan (B=6.86, SE=3.77, t=3.79, p0,001); (3) jenis kelamin tidak berperan menjelaskan keyakinan konspiratif secara signifikan (B=-0.98, SE=1.63, t=-0.6, p=0,546); (4) tingkat pendidikan tidak berperan dalam menjelaskan keyakinan konspiratif secara signifikan (B=-0,03 ,SE=0,03, t=-1,05, p=0,295).Conspiracy beliefs have specific impacts on both individuals and groups. In Western and Eastern countries, conspiratorial narratives emerge, and numerous individuals believe in conspiracy narratives. Prior research to understand conspiracy beliefs has been conducted in Western countries, but research in Indonesia is still emerging. Thus, more studies are required to understand conspiracy beliefs in the Indonesian context. This study aims to determine the role of demographic factors (age, gender, and education level) on conspiracy beliefs. This study involved 385 participants (age = 21.57 years). Data analysis used multiple linear regression. The findings showed that (1) demographic factors are simultaneously significant predictors of conspiracy beliefs in Indonesia (R=4%, p0.05); (2) age significantly predicts conspiracy beliefs (B=6.86, SE=3.77, t=3. 79, p0.001); (3) gender does not significantly predicts conspiracy beliefs (B=-0.98, SE=1.63, t=-0.6, p=0.546); (4) education level does not significantly predicts conspiracy beliefs (B=-0.03, SE=0.03, t=-1.05, p=0.295).
Predicting Smoking Intentions Among Indonesian Youth Using Structural Equation Modeling and the Theory of Planned Behavior Priyadi, Suwanda; Rikardi, Audi Ahmad; Suseno, Bayu; Nuryanti, Lusi
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 8 No. 11: NOVEMBER 2025 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v8i11.8229

Abstract

Introduction: In this study, we aimed to predict smoking intentions among Indonesian youth using the Theory of Planned Behavior (TPB) within the context of global tobacco use. Our objective was to examine how attitude toward smoking, subjective norms, and perceived behavioral control shape youth smoking intentions, addressing gaps in prior Indonesian studies by leveraging nationally representative data and enhanced analytical methods. Methods: This cross-sectional study involved a secondary data analysis of the 2019 Global Youth Tobacco Survey (GYTS) conducted across Indonesia. A total of 9,992 youth participants were enrolled, and data were collected through structured questionnaires. Results: The primary outcome of the study was cigarette smoking intention, and the structural equation modelling revealed a good model fit (SRMR = 0.018, RMSEA = 0.028, TLI = 0.986, and CFI = 0.994). All of the predictors were statistically significant in predicting youth smoking intentions. When compared to other TPB constructs, perceived behavioral control emerged as the strongest predictor (? = 0.223, p < .001), followed by attitude (? = –0.202, p < .001) and subjective norms (? = 0.091, p < .001). Past smoking behavior was also the strongest predictor (? = 0.241, p < .001). The model explained 29.7% of the variance in smoking intention. Individuals who had a positive attitude towards smoking, were exposed to smoking in both public and private spaces, and thought quitting was difficult were more likely to intend to smoke. Conclusion: In conclusion, our study contributes to the understanding of youth smoking behavior by applying the TPB in the Indonesian context. These findings highlight the importance of behaviorally informed tobacco control interventions that address young people's perceptions of control and attitudes towards smoking, as well as the value of school-based programs, media literacy campaigns, and peer education strategies tailored to Indonesian culture.
Symbolic Threat Mediated Collective Narcissism and Antisemitic Conspiracy Belief Rikardi, Audi Ahmad; Zein, Rizqy Amelia
Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 6 No. 2 (2025): In Press
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/sosial.v6i2.12054

Abstract

This study aimed to analyze the mediating role of symbolic threat in the relationship between collective narcissism and belief in antisemitic conspiracy theories. The Jewish community in Indonesia is almost nonexistent, yet antisemitic conspiracy theories are relatively widespread. Jews have been used as scapegoats in events that had significant global impact and are often perceived as a threat through symbols associated with them. A bootstrapped mediation analysis with 5,000 iterations was conducted to examine the role of symbolic threat as a mediator between collective narcissism and belief in antisemitic conspiracy theories. Participants were recruited online, and 385 respondents (Mage = 21.57) completed the belief in Jewish conspiracy theory scale, the collective narcissism scale, and the symbolic threat scale. The analysis revealed that symbolic threat significantly mediated the relationship between collective narcissism and belief in antisemitic conspiracy theories (B = 0.51, SE = 0.06, CI95% = 0.40–0.62, p < .001). Individuals with higher levels of collective narcissism tended to perceive Jews as symbolic threats, which in turn predicted stronger belief in antisemitic conspiracy theories. This study demonstrated how symbolic threat contributes to conspiratorial belief formation and provided empirical evidence on antisemitic attitudes in Indonesia. Furthermore, the findings contributed to extending intergroup relations discourse regarding perceptions of Jews in Southeast Asia.