Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TIPOLOGI PERIWAYATAN HADIS UMMAHAT AL-MU’MININ St Nur Syahidah Dzatun Nurain
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v7i1.1835

Abstract

Abstrack: During the early Islamic era, Ummahat al-Mu’minin are example of how women are appreciated but not restricted, they are required to maintain honor but Islam still provides equal opportunities as opportunities for men in the public area, especially in conveying the Islamic laws and teachings. To identify their contribution and existence the researcher will discuss how narrated typology by means of the hadiths that’s they narrated. It used an interdisciplinary approach including historical, linguistic, sociological, and normative approaches. And used managing qualitative data. The researcher found that Ummahat al-Mu’minin have five typologies of tahammul (getting) and ada’ (delivering) which means that their hadith narration activities do not only get and deliver the hadith but also become (1) a source of hadith narration for shahabat (2) an intermediary (between messenger and explainer) for shahabat and Rasulullah (3) an activity to clarify and discuss the odds of hadith for Shahabah (4) an asbab al-wurud of hadith, and (5) a critic and judgment toward the inappropriate hadith.Key words: Ummahat al-Mu’minin, typology of hadith narration, contributionAbstrak: Pada awal kedatangan Islam, Ummahat al-Mu’minin adalah contoh bagaimana perempuan dihargai tetapi tidak dibatasi haknya, mereka diharuskan lebih menjaga kehormatan tetapi, Islam tetap memberikan peluang yang sama sebagaimana peluang yang diberikan kepada laki-laki dalam wilayah publik (terutama dalam hal menyampaikan hukum dan ajaran Agama). Untuk mengetahui eksistensi dan kontribusi mereka, penulis akan menggali bagaimana tipologi periwayatan melalui hadis-hadis yang mereka riwayatkan,  dengan pendekatan historis, linguistik, sosiologis dan teologi normatif dan pengelolaan data menggunakan kualitatif, penulis menemukan bahwa Ummahat al-Mu’minin memiliki lima tipologi tahammul (mendapatkan) dan lima tipologi Ada’ (menyampaikan) hadis yang mana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktifitas periwayatan hadis mereka tidak hanya sekedar menerima dan menyampaikan hadis, melainkan dalam prosesnya mereka seringkali (1) menjadi sumber periwayatan para shahabat (2) menjadi perantara (utusan dan penjelas) bagi shahabat dan Rasulullah (3) menjadi klarifikator/ konsultan hadis yang terdengar ganjal bagi shahabat  (4) menjadi asbab al-wurud hadis dan (5) mengkritik periwayatan hadis yang dinilai tidak sesuai. Kata kunci: Ummahat al-Mu’minin, Tipologi Periwayatan, Kontribusi. 
Analisis Hadis Tentang Prinsip Teladan, Kelemah-Lembutan Dan Mempermudah Dalam Dakwah Nabi SAW Nurain, St. Nur Syahidah Dzatun
Ahsan: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 2 No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dakwah sebagai upaya penyebaran ajaran agama, merupakan tugas utama yang diemban oleh para nabi dalam menyampaikan pesan ilahi kepada umat manusia. Menggali Prinsip dakwah Nabi tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan Nabi sebagai contoh terbaik. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip dakwah Nabi menjadi kunci keberhasilan dakwah yang akan. Artikel ini merupakan penelitian library research yang menelusuri hadis dan ayat tentang prinsip dakwah Nabi saw. dengan pendekatan historis, linguistik, sosiologis dan teologi normatif dan pengelolaan data menggunakan kualitatif, penulis menemukan bahwa terdapat tiga prinsip dakwah Nabi saw., yaitu prinsip keteladanan, prinsip lemah lembut dan prinsip mempermudah.
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN: STUDI TENTANG PEMIKIRAN PROGRESIF TOKOH MUSLIMAH MANADO TENTANG HADIS MISOGINIS St. Nur Syahidah Dzatun Nurain
AL-MUTSLA Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Al Mutsla Desember 2023
Publisher : STAIN MAJENE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46870/jstain.v5i2.1094

Abstract

Penelitian ini mengkaji pemikiran progresif para tokoh Muslimah di Manado terhadap hadis-hadis yang sering dikategorikan sebagai misoginis, dengan fokus pada isu kepemimpinan perempuan. Penelitian ini melibatkan 12 tokoh Muslimah yang aktif dalam organisasi keagamaan terkemuka seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muslimat NU Manado, Aisyiah, dan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Para tokoh tersebut juga memiliki peran penting dalam membina majelis taklim dengan aktivitas kajian yang terstruktur dan teratur. Dengan menggunakan teori hermeneutika, teori Mubadalah dan interpretasi tekstual-kontekstual, penelitian ini mengungkapkan bahwa para tokoh Muslimah tersebut memahami hadis-hadis yang terkait dengan kepemimpinan perempuan sejalan dengan teori hermeneutika understanding, kontekstual dan Mubadalah , dengan mempertimbangkan perkembangan zaman dan asbab al-wurud hadis mereka berpendapat bahwa hadis Ratu Kisra tidak dimaksudkan untuk mendiskriminasi perempuan, melainkan harus dipahami sebagai peringatan agar kepemimpinan dipegang oleh individu yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai, terlepas dari jenis kelamin.
Istidraj Perspektif Asy-Syaukani dalam Tafsir Fath Al-Qadir Rahmawati, Jihan; Nurain, St Nur Syahidah Dzatun
Al-Mustafid: Journal of Quran and Hadith Studies Vol 3 No 2 (2024): December
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/mustafid.v3i2.1013

Abstract

Istidrāj adalah bentuk kesenangan dan kenikmatan yang diberikan kepada orang-orang yang menjauh dari Allah, yang sebenarnya merupakan azab yang Allah berikan kepada mereka tanpa mereka sadari. Allah menarik mereka perlahan-lahan menuju kebinasaan, dan akan menghukum mereka secara tiba-tiba tanpa mereka ketahui. Tujuan dari istidrāj ini adalah untuk menguji apakah seorang hamba akan bertobat dan kembali kepada Allah atau malah semakin jauh dari-Nya. Penulis berusaha untuk memahami konsep istidrāj berdasarkan tafsir Fatḥ al-Qadīr. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), dengan mengumpulkan data dari sumber-sumber literatur, terutama tafsir Fatḥ al-Qadīr sebagai data primer, serta kitab-kitab tafsir dan jurnal-jurnal relevan sebagai data sekunder. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis maudhu’i. Penelitian ini bertujuan untuk menggali penafsiran istidrāj dalam tafsir Fatḥ al-Qadīr karya Asy-Syaukani. Dalam Al-Qur'an, istilah istidrāj disebutkan secara langsung dalam QS. al-A’rāf (7): 182 dan QS. al-Qalam (68): 44, serta secara tersirat dalam QS. ali-Imrān (3): 178 dan QS. al-An’ām (6): 44. Menurut Asy-Syaukani, istidrāj dipahami sebagai hukuman yang diberikan kepada orang kufur atau melakukan pelanggaran bukan dengan hukuman yang menyakitkan melainkan dengan memberikan nikmat atau menunda siksaan agar mereka terus lalai dalam tidak-taatan.
Implikasi Perbedaan Qira’at terhadap Hukum dan Penafsiran dalam Kitab Tafsir Jāmi‘ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān Rahman, Muhammad Fadli; Imran, Muhammad; Nurain, St. Nur Syahidah Dzatun
Al-Mustafid: Journal of Quran and Hadith Studies Vol 4 No 1 (2025): June
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/mustafid.v4i1.1493

Abstract

Qira’at merupakan perbedaan cara baca al-Qur’an, yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. dari Allah Swt. yang kemudian banyak ditentang oleh kelompok orientalis. Penelitian kali ini bertujuan untuk membuktikan perkataan orientalis, yang berpendapat bahwasannya perbedaan bacaan yang terjadi, dikarenakan bahasa Arab pada zaman awal, ditulis tanpa menggunakan harakat dan titik, sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda dari orang yang membacanya, dan tidak sama sekali berpengaruh terhadap pemaknaan sebuah ayat. Maka dari itu, penelitian ini dibuat untuk melihat perbedaan Qira’at dan implikasinya terhadap hukum dan penafsiran, dalam kitab tafsir monumental karya Imam aṭ-Ṭabarī yakni kitab tafsir Jāmi‘ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān. Sehingga penelitian ini diberi judul “Implikasi Perbedaan Qira’at terhadap Hukum dan Penafsiran dalam Kitab Tafsir Jāmi‘ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān.” Dengan menggunakan metode penelitian Library Research (penelitian kepustakaan) dan dengan menggunakan metode penelitian tafsir Muqarran (perbandingan), yakni dengan membandingkan antara riwayat Qālūn dari Imam Nāfi’ dan riwayat Ḥafṣ dari Imam ‘Āṣim dari segi farsy al-Ḥurūf dalam Q.S. Āli ‘Imrān dan Q.S. anNisā’. Hasil penelitian yang dapat disimpulkan adalah, terdapat perbedaan penafsiran di dalam ayat-ayat yang memiliki perbedaan bacaan (farsy al-Ḥurūf) diantara riwayat Qālūn dari Imam Nāfi’ dan riwayat Ḥāfṣ dari Imam ‘Āṣim, dan tidak ditemukan perbedaan Qira’at diantara keduanya dalam surah yang diteliti yang berimplikasi terhadap sebuah hukum. Namun, ditemukan perbedaan Qira’at yang berimplikasi pada hukum, dalam perbandingan riwayat yang lain, pada Q.S. an-Nisā’ ayat 43.
DIMENSI SOSIAL WANITA DALAM PANDANGAN ISLAM Nurain, St. Nur Syahidah Dzatun
Jurnal JINNSA (Jurnal Interdipliner Sosiologi Agama) Vol 2 No 1 (2022): Volume 2 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/jinnsa.v2i1.269

Abstract

Islam seringkali disalahpahami menjadi sumber filsafati bias laki-laki, tak ayal kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual dan berbagai isu-isu perempuan kerap terjadi dikalangan ummat Muslim, untuk mengurangi hal demikian pembahasan tentang dimensi sosial perempuan dalam pandangan Islam perlu digaungkan. Dengan menggunakan data primer dari ayat dan hadis tulisan ini berusaha mengupas bagaimana dimensi social Wanita dan hasil yang ditemukan terdapat ayat-ayat dan hadis-hadis yang menyamakan kedudukan Wanita dan laki-laki baik dalam ranah rumah tangga maupun social kemasyarakatan, interpretasi hadis yang berkenaan pelarangan perempuan menjadi pemimpin masyarakat juga tidak bisa hanya diinterpretasikan secara tekstual saja perlu melihat kondisi sosial masyarakat yang berlaku pada saat itu, juga memperhatikan asbab al-wurud hadis tersebut apakah berlaku untuk umum atau hanya berlaku kepada wanita yang dimaksud Nabi saw.
Prinsip Keadilan Sosial dalam Islam Nurain, St. Nur Syahidah Dzatun
Jurnal JINNSA (Jurnal Interdipliner Sosiologi Agama) Vol 4 No 1 (2024): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/jinnsa.v4i1.1048

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep keadilan sosial dalam Islam melalui analisis mendalam terhadap teks-teks Al-Qur'an dan Hadis. Keadilan sosial dalam Islam merupakan prinsip fundamental yang menekankan pada perlakuan yang adil dan seimbang terhadap semua individu, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau hubungan pribadi. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif analitis, yang bertujuan untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip keadilan sosial yang tercermin dalam ajaran Islam dan menganalisis penerapannya dalam konteks sosial. Data primer dalam penelitian ini meliputi ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadis yang relevan, sementara data sekunder mencakup buku-buku tafsir, kitab hadis, serta literatur akademik terkait. Teknik pengumpulan data melibatkan studi teks dan literatur, sedangkan analisis data dilakukan melalui pendekatan tematik dan kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep keadilan sosial dalam Islam meliputi perlakuan yang sama, keseimbangan, pemenuhan hak-hak individu, dan penerapan hukum yang adil tanpa memandang status sosial. Penelitian ini menegaskan bahwa setiap individu wajib bersikap adil kepada semua orang, tanpa memandang status sosial atau hubungan personal baik itu kepada orang yang dibenci maupun kepada orang yang dicintai.