Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengembangan Kawasan Pecinan Menjadi Kawasan Wisata di Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru Chandra, Denni; Asteriani, Febby; Zaim, Zaflis
JURNAL SAINTIS Vol 16 No 1 (2016)
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Kota Pekanbaru, tepatnya di Kecamatan Senapelan terdapat banyak potensi obyek wisata. Fenomena dilapangan menunjukkan bahwa potensi obyek wisata ini belum dikelola secara maksimal. Potensi-potensi obyek wisata yang dimiliki Kecamatan Senapelan ini, hendaknya dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan dampak positif serta hasil yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dalam pengembangan potensi obyek wisata Kecamatan Senapelan agar dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dilapangan, kuisioner dan wawancara. Kuisioner dilakukan terhadap para wisatawan yang berkunjung, sedangkan wawancara dilakukan terhadap pejabat pemerintah terkait dan juga para tokoh masyarakat di Kecamatan Senapelan, untuk merumuskan strategi pengembangan wisata tersebut dilakukan teknik analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Senapelan merupakan kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan obyek wisata tersebut. Dari faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan beberapa strategi untuk mengembangkan potensi wisata ini, diantaranya adalah peningkatan sarana dan prasarana di kawasan wisata Pecinan dan pembangunan sarana prasarana obyek wisata.
Adaptation to the Climate Change Impact through Community Participation on Customary Land Use Zaflis Zaim; Imam Buchori
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 4 No. 2 (2019): JGEET Vol 04 No 02 : June (2019)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.738 KB) | DOI: 10.25299/jgeet.2019.4.2.2777

Abstract

Climate Change and global warming have brought some policy to reduce the impacts by adaptation and mitigation strategies. One adaptation strategy is to increase land use size in agriculture area base on community participation. On the other hand, sustainable development needs cooperation mainly on common investment. The aim of the study is to identify the land utilization process, role model and level of participation on customary land. We use observation and deep interview method to analyze this study. The result shows that the customary land utilization process has realized through public deliberation with local Fig.s. The agriculture programs operated with Wanatani concept or agro-forestry by housewives where multi-level strategy is mutually beneficial. Around 30 housewives have been participating in producing agriculture products, i.e., coffee, milk candy, palm sugar, and ginger powder. The level of participation especially for female farmers at RW 01, which shows a percentage of 16.6%. Generally, community participation has encouraged the gotong-royong model while has to contribute in their time, tools and materials to develop the communal shed. In conclusion, the land tenure system has taken with sharing benefits between local government & farmers. The customary tenure has recognized as one of the tenure systems in Indonesia, especially on Adat land management.
Rekayasa Growth Light LED Berbasis Solar Cell untuk Percepatan Pertumbuhan Tanaman Hidroponik Pada Usaha “Sidomulyo Hidroponik” Rafil Arizona; Jhonni Rahman; Syarifah Farradina; Zaflis Zaim; Prima Titisari
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 3 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i3.9184

Abstract

This activity is a research-based community service program. The goal of this community service program is to create a series of solar cell-based grow light led lights as a source of electrical energy in the "Sidomulyo Hydroponics" business, to increase the growth of hydroponic plants, to improve the quality and quantity of hydroponic plants, to provide residents with insight into optimizing the use of public land for urban farming, and to improve mental health during the pandemic by growing hydroponic crops. This program's outputs include the development of skills for residents of Sidomulyo housing to cultivate hydroponically, as well as the establishment of a hydroponic plant center. The implementation method used consists of two major stages: preparation and core. The following are the implementation results: all sessions in the preparation stage, as well as the core program of socialization, inauguration, core activities, and design projects, were completed on time. The use of a series of solar cell-based LED grow lights as a source of hydroponic electrical energy, increasing the quality and quantity of hydroponic plants in the "Sidomulyo Hydroponics" business, and being able to practice self-healing are all indicators of success.
LAHAN DESA SEBAGAI BARANG UMUM (WACANA PENGELOLAAN KOLABORASI PADA INSTALASI BIOGAS DI ATAS LAHAN BENGKOK) Zaflis Zaim
Jurnal Ilmiah Arsitektur Vol 10 No 2 (2020): Desember
Publisher : Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/jiars.v10i2.1616

Abstract

Tanah desa adalah aset milik desa atau barang bersama, bukan milik perorangan, yayasan, lembaga atau perusahaan sehingga harus dipergunakan untuk kepentingan desa atau penyelenggaraan pemerintahan. Riset ini mengidentifikasi kendala pemanfaatan Bengkok sebagai tanah milik desa, focus menelusuri format pengelolaan kolaborasi dalam pemanfaatan instalasi Biogas sebagai sumberdaya di Dusun Indrokilo. Metode survey ditempuh bersama teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data penelitian melalui anggota kelompok tani, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta staf pemerintah desa. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pemanfaatan dan pengelolaan tanah desa oleh kelompok tani/ternak belum optimal. Produksi susu Sapi yang dihasilkan masih cukup kecil, fluktuatif, dan cenderung menurun. Penurunan produksi susu berakibat pula hilangnya produk olahan lain seperti sabun dan kerupuk dari bahan susu. Dampak lain adalah peluang bisnis pupuk dari kotoran ternak telah tutup, pasifnya supply gas rumah tangga yang diperoleh dari instalasi Biogas, dan jumlah anggota kelompok tani terus menurun. Riset ini menginisiasi perlunya peran 5 Stakeholders yaitu pemerintah daerah, pemerintah desa, pihak swasta, lembaga sosial dan masyarakat lokal agar berkolaborasi dalam pemanfaatan tanah desa terutama pengelolaan Biogas. Lembaga sosial dibentuk untuk merintis dan membenahi pengelolaan Biogas bagi kebutuhan rutin rumah tangga, serta menjembatani kepentingan masyarakat dengan semua pihak.
Collaborative Management for Public Facilities and Biogas on the Village Land Zaflis Zaim
Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning Vol 2, No 1 (2021): Maret
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.633 KB) | DOI: 10.26418/uniplan.v2i1.45886

Abstract

A village land is an asset belonging to the village or common goods, not belonging to individuals, foundations, Institution or companies so that it must be used for the benefit of the village or the administration of government. This research identified the constraints on the use of Bengkok as a village land, exploring the format of collaborative management (co-management) in the utilization of Biogas installation and public facilities such as: composting, chopper, water tank, play group, meeting room and warehouse. The research method was taken with in-depth interview and observation to obtain the data through all member of the farmer groups, the religious and community leaders, and village government staff. The results indicated that the utilization and management of the village land by farmer groups were not yet optimal. The cow's milk production was still quite small, volatile, and tended to decline. The decreased milk production resulted in the loss of other processed products such as soap, candy and crackers from milk ingredients. Other impacts included the closing of the business opportunities for fertilizer from livestock manure, and the passive supply of household gas obtained from the biogas installation. This research initiated the need for the role of 5 stakeholders, namely Ungaran Regency government, village government, private parties, social institution, and the local communities in order to collaborate on Biogas and public facilities management. The social institutions were formed to repair or improve the Biogas management and water supply for all facilities on the village land.
Model for Optimizing Land Use to Support Sustainable Environmental Economic Strengthening in the Upper Kampar River Basin Nurdin; Suprayogi, Imam; Ermiyati; Audah, Syafridatul; Zaim, Zaflis
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 8 No. 2 (2023): JGEET Vol 08 No 02 : June (2023)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jgeet.2023.8.2.12906

Abstract

Simple and complex agroforestry systems can be implemented simultaneously in the cultivation area within the Upper Kampar River Basin. Based on the ArcSWAT simulation results, the surface runoff (Qsurf) was estimated to be 37.20 mm, which is significantly lower than the existing land use runoff in 2014, which was 102.12 mm. This forms the basis for implementing simple agroforestry and complex agroforestry systems in the Upper Kampar River Basin. The plant species that can support these agroforestry systems are selected based on the principles of land conservation and the suitability of local plants in the Upper Kampar Watershed environment. Four types of filler plants are considered: coffee and cocoa for the simple agroforestry system, and gambier and ambon bananas/kepok bananas for the complex agroforestry system. These plant species are the most dominant filler plants in the Upper Kampar Watershed. To optimize the land with these filler plant species, analysis is conducted using Quantitative Methods (QM) for Windows 4 software based on objective functions and constraint functions. The analysis determines that coffee is suitable for the simple agroforestry system, while gambier is suitable for the complex agroforestry system. Before land optimization with the planting of coffee, cocoa, gambier, and ambon bananas/kepok bananas, the net profit is estimated to be IDR. 359,113,963,811.06. After optimizing the land and developing it with the suitable filler plant species, only coffee and gambier are planted, while cocoa and ambon bananas/kepok bananas are planted according to the available area. As a result, the net profit increases to IDR. 951,426,300,000, with an economic value increase of IDR. 592,312,336,188.94 per year.
Pengembangan Kawasan Pecinan Menjadi Kawasan Wisata di Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru Chandra, Denni; Asteriani, Febby; Zaim, Zaflis
JURNAL SAINTIS Vol. 16 No. 1 (2016)
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.981 KB)

Abstract

Di Kota Pekanbaru, tepatnya di Kecamatan Senapelan terdapat banyak potensi obyek wisata. Fenomena dilapangan menunjukkan bahwa potensi obyek wisata ini belum dikelola secara maksimal. Potensi-potensi obyek wisata yang dimiliki Kecamatan Senapelan ini, hendaknya dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan dampak positif serta hasil yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dalam pengembangan potensi obyek wisata Kecamatan Senapelan agar dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dilapangan, kuisioner dan wawancara. Kuisioner dilakukan terhadap para wisatawan yang berkunjung, sedangkan wawancara dilakukan terhadap pejabat pemerintah terkait dan juga para tokoh masyarakat di Kecamatan Senapelan, untuk merumuskan strategi pengembangan wisata tersebut dilakukan teknik analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Senapelan merupakan kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan obyek wisata tersebut. Dari faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan beberapa strategi untuk mengembangkan potensi wisata ini, diantaranya adalah peningkatan sarana dan prasarana di kawasan wisata Pecinan dan pembangunan sarana prasarana obyek wisata.
URGENSI PENGELOLAAN TANAH MILIK DESA SECARA PARTISIPATIF Zaim, Zaflis; Wahyudi, Ade; afwa, awliya
Jurnal AKAL: Abdimas dan Kearifan Lokal Vol. 6 No. 2 (2025): Jurnal AKAL : Abdimas dan Kearifan Lokal
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/akal.v6i2.22663

Abstract

Tanah Desa adalah aset milik desa yang berada di dalam atau sekitar desa, bukan milik kerabat, bukan milik perseorangan, milik yayasan/lembaga atau perusahaan. Namun, secara empiric masih ada alokasi pemanfaatan tanah Desa yang kurang tepat sasaran sehingga muncul rasa ketidak-adilan, tidak transparan dan kecemburuan sosial dalam distribusi pemanfaatannya. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pemahaman warga Desa Kota Baru tentang peran & fungsi tanah desa, peningkatan wawasan perencanaan pembangunan dan sosialisasi prosedur pendaftaran tanah. Metode pengabdian dilakukan melalui kegiatan lokakarya dan diskusi bersama perangkat Desa, tokoh masyarakat/agama, ketua lingkungan, pengurus Koperasi dan ketua kelompok Tani. Pandangan warga dikumpul melalui angket dan dinilai dengan skala Likert. Hasilnya kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar (68%) peserta mengetahui  keberadaan dan pemanfaatan tanah milik desa. Sebanyak 100% peserta kurang puas atas kondisi umum pemanfaatan tanah desa. Selanjutnya, 75% warga tidak setuju jika tanah desa masih dialokasikan untuk hunian guru atau perangkat desa yang telah pensiun atau purna tugas. Peserta lokakarya lebih memahami prosedur pengurusan pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL). Diharapkan peran aktif Pemerintah Desa untuk mendaftarkan asset desa berupa tanah milik Desa, dan menggerakkan potensi warga dalam mengelola tanah desa melalui investasi kolektif.