Costrie Ganes Widayanti
Faculty Of Psychology Universitas Diponegoro Semarang

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

THE PERCEIVED ROLE OF GOD IN HEALTH AND ILLNESS: THE EXPERIENCE OF JAVANESE MOTHERS CARING FOR A CHILD WITH THALASSEMIA Widayanti, Costrie Ganes
Jurnal Psikologi Vol 9, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.871 KB) | DOI: 10.14710/jpu.9.1.

Abstract

Thalassemia is recognized as one of the major health problem in Indonesia. It is estimated that about 10% of Indonesian population are carrier of the mutated gene. Nevertheless Thalassemia is not well-understood by communities. This paper addresses how Javanese mothers view the role of God in Thalassemia. Semi-structured interview was employed to five mothers having a child with Thalassemia residing in Semarang, Central Java. Most mothers with Thalassemia children stated that Thalassemia was a result of bad consequence in the past, known as karma which they held at present. Having Thalassemia children would be perceived as ‘destiny’ and God’s trial to the family. All mothers agreed that acceptance (nrimo ing pandum) of the child’s condition without questioning to God was essential as a way to cope with. This result points to the cultural awareness that exits in community, to the need for health care providers to be sensitive to the health-related religious beliefs of patients and their families.Key words: Javanese mothers, Thalassemia, beliefs, nrimo ing pandum
CLOCK DRAWING: ASESMEN UNTUK DEMENSIA (Studi Deskriptif pada Orang Lanjut Usia Di Kota Semarang) Hartati, Sri; Widayanti, Costrie Ganes
Jurnal Psikologi Vol 7, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.856 KB) | DOI: 10.14710/jpu.7.1.1-10

Abstract

Dengan bertambahnya umur nampaknya faktor resiko menderita demensia juga akan meningkat. Ada berbagai macam instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan screening, akan tetapi biasanya dibutuhkan seorang ahli yang terlatih untuk mengadministrasikannya. Untuk itulah, peneliti pada tulisan ini ingin memberikan pilihan lain dari penggunaan instrumen screening untuk demensia, yang dinamakan Clock Drawing Test. Tujuan Penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai pengadministrasian Clock Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia yang mengalami demensia. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan melibatkan 133 orang responden. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tes menggambar jam mudah diadministrasikan dan tidak ada penolakan dari responden. Pendidikan dan jenis pekerjaan tidak mempengaruhi administrasi dari tes tersebut.Kata Kunci : clock drawing test, demensia, lansiaPermalink :
PROFIL INTELIGENSI PADA SISWA DENGAN KESULITAN BELAJAR DI SD NEGERI GISIKDRONO SEMARANG Widayanti, Costrie Ganes; Rusmawati, Diana; Siswati, Siswati
Jurnal Psikologi Vol 11, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.816 KB) | DOI: 10.14710/jpu.11.1.10

Abstract

Perkembangan kognitif merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Siswa dengan kesulitan belajar memiliki hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terkait dengan belajar. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel penelitian adalah siswa kelas 1-6 SD sebanyak 24 orang, yang menunjukkan beberapa karakteristik siswa dengan kesulitan belajar dari hasil skrining. Selanjutnya tes WISC disajikan ke pada siswa secara individual. Profil inteligensi siswa dengan kesulitan belajar menunjukkan 46% mengalami kesulitan belajar spesifik dan 54% adalah lambat belajar (IQ= 71-84). Pada siswa dengan kesulitan belajar spesifik menunjukkan skor IQ performansi yang relatif di atas skor IQ verbal. Dibutuhkan strategi pembelajaran sesuai dengan kapasitas inteligensi yang dimiliki anak sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mencapai keberhasilan.Kata kunci: kesulitan belajar, IQ, IQ verbal, IQ performansi
Gambaran Makna Keluarga ditinjau dari Status dalam Keluarga, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan (Studi Pendahuluan) Dewi, Kartika Sari; Widayanti, Costrie Ganes
Jurnal Psikologi Vol 10, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.449 KB) | DOI: 10.14710/jpu.10.2.163-172

Abstract

Tujuan penelitian pendahuluan ini adalah untuk mengetahui gambaran makna keluarga di daerah Jawa Tengah pesisir (Semarang, Demak, dan Kendal). Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna keluarga ditinjau dari status keluarga, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Jumlah subjek penelitian ini adalah 425 orang, dengan rincian 212 anak remaja akhir dan 33 orangtua. Analisis konten, kategorisasi, dan tabulasi silang digunakan untuk menganalisa hasil penelitian ini. Adapun hasil penelitian ini adalah terungkap enam katagorisasi makna keluarga (keluarga sebagai orang-orang terdekat; keluarga adalah harta paling berharga; keluarga adalah segalanya; keluarga merupakan tempat/wadah; keluarga adalah bagian terpenting; serta keluarga adalah kehidupan). Selain itu, dijelaskan bahwa perbedaan makna keluarga memiliki kaitan dengan usia (chi-square = 47,735; p<0,05) dan status di dalam keluarga (chi-square = 20,094; p<0,05). Orangtua dan anak remajanya memiliki perbedaan dalam memaknai keluarga. Dan makna keluarga dipahami melalui struktur dan fungsi keluarga bagi anggotanya.Kata kunci : makna keluarga, status dalam keluarga, usia, keluarga Jawa pesisir, orangtua-anakPermalink : http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2890
FENOMENA BULLYING DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI SEMARANG: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF Siswati, Siswati; Widayanti, Costrie Ganes
Jurnal Psikologi Vol 5, No 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jp.5.2.99-110

Abstract

The aim of this research is to identify the precentage of students who are suffered from bullying and to describe the forms of bullying in SD Negeri Semarang. The research is conducted by using questionnaire and interview with cluster sampling method. The total sample of this research is 78 students from grade 3 to 6. The result shows thar 37.55% students become victims of bullying. 42.5% students suffered from physical bullying and 34.06 yo from non physical bullying. The research also describes that there is a chance for victims to be developed as the doers. There is a low understanding from school community about bullying. Recognition and prevention about bullying have to be noticed in order to create safe place for students to be fully developed.
PERBEDAAN KECEMASAN AKADEMIS DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA KELAS X SMA NEGERI 2 UNGARAN David Nurdian Aji Saputra; Costrie Ganes Widayanti
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014 (Agustus 2014)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.04 KB) | DOI: 10.14710/empati.2014.7537

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecemasan akademis ditinjau dari jenis kelamin pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Ungaran. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kecemasan akademis ditinjau dari jenis kelamin pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Ungaran, dan kecemasan siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki- laki.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 ungaran. Sampel penelitian berjumlah 98 terdiri dari 42 siswa laki- laki dan 56 siswa perempuan, yang diperoleh melalui proportionate random sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian adalah skala kecemasan akademis (46 aitem valid, α = 0,926), yang telah diuji cobakan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Ungaran.Data yang didapatkan berdasarkan hasil uji T menunjukkan nilai thitung = 0,742 dan ttabel =  1.066 < p(0,05) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kecemasan akademis di tinjau dari jenis kelamin pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Ungaran.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA PSIKOLOGIS DENGAN INTENSI MENJADI WORKAHOLIC PADA KARYAWAN BANK X SEMARANG Syarifuddin Syarifuddin; Harlina Nurtjahjanti; Costrie Ganes Widayanti
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 (Agustus 2013)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.463 KB) | DOI: 10.14710/empati.2013.5247

Abstract

Lingkungan kerja psikologis yang ada dalam organisasi menjadi faktor yang mendorong terbentuknya kecenderungan sumber daya manusia yang ada dalam bertindak. Proses ini membuat adanya intensi karyawan menjadi workaholic. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan seberapa besar sumbangan efektif persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis terhadap terbentuknya intensi menjadi workaholic pada karyawan Bank X Semarang.Subjek penelitian ini adalah karyawan tetap Bank X Semarang yang berjumlah 149 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Pengambilan data menggunakan skala intensi menjadi workaholic (41 aitem valid, α = 0,910) dan skala persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis (34 aitem valid, α = 0,908) yang telah diuji coba pada 31 karyawan Bank X Semarang.Data yang diperoleh berdasarkan hasil analisis analisis regresi sederhana menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,462 dengan p = 0,000 (p,0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan intensi menjadi workaholic pada karyawan Bank X Semarang dapat diterima. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel adalah positif, artinya semakin positif persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis maka semakin tinggi intensi menjadi workaholic, begitu pula sebaliknya. Persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis memberikan sumbangan efektif sebesar 21,3% terhadap terbentuknya intensi menjadi workaholic. 
MAKNA INFERTILITAS BAGI ISTRI DALAM KELUARGA JAWA Suek Herwidya Estherline; Costrie Ganes Widayanti
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 (April 2016)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.057 KB) | DOI: 10.14710/empati.2016.15198

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menemukan makna infertilitas istri dalam keluarga Jawa melalui eksplorasi pengalaman infertilitasnya.Pendekatan fenomenologi dengan interpretative phenomenological analysis/IPA dipilih karena berfokus untuk memahami peristiwa dari sudut pandang subjek mengenai peristiwa tertentu dengan prosedur analisis data yang terperinci. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur pada dua orang istri infertil dalam usia produktif dan tinggal bersama suami yang berasal dari keluarga Jawa.Eksplorasi pengalaman subjek terhadap pengalaman infertilitas pada penelitian ini dipahami sebagai situasi yang memberikan tekanan dan sulit untuk dilalui, namun tidak hanya dipahami sebagai ancaman, tapi subjek juga memahami infertilitas sebagai tatangan yang membawa perubahan positif dalam hidup.Situasi infertilitas menjadi situasi yang memberi tekanan karena pribadi yang fokus pada harapan untuk dapat menghadirkan anak.Infertilitas menjadi kondisi yang memberikan tekanan (stressful condition) karena adanya tekanan dari dalam diri atau dari lingkungan yang mengharapkan mereka mampu menghadirkan anak.Keinginan untuk mengurangi konflik dalam diri merupakan keinginan yang wajar dan diimplementasikan dengan usaha-usaha yang berfokus untuk mengurangi tekanan.Usaha-usaha yang dipakai untuk mengurangi tekanan mengarahkan setiap individu pada bentuk perubahan positif yang dirasakan.Perubahan positif ini disebut juga sebagai posttraumatic growth karena adanya pertumbuhan pribadi setelah kondisi stres berupa relasi pernikahan dan keluarga yang semakin berkualitas, serta kehidupan spiritual yang lebih matang.
PROFESI GURU YANG DIJALANI PENYANDANG TUNARUNGU Evi Pujiyanti; Kartika Sari Dewi; Costrie Ganes Widayanti
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 (Agustus 2013)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.142 KB) | DOI: 10.14710/empati.2013.7358

Abstract

Keterbatasan pendengaran yang dimiliki penyandang tunarungu berpengaruh terhadap tugas perkembangan hidupnya, namun hal tersebut ternyata tidak menghalangi penyandang tunarungu untuk dapat berprofesi sebagai guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai profesi guru yang dijalani oleh penyandang tunarungu.Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Subjek kasus penelitian ini adalah penyandang tunarungu yang berprofesi guru, laki-laki dewasa madya yang telah berkeluarga, memenuhi kriteria diagnosis tunarungu serta tidak memiliki gangguan psikopatologis selain tunarungu,.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang tunarungu pernah menjalani jenis profesi lain sebelum berprofesi sebagai guru. Profesi guru diperoleh setelah melakukan pendekatan terhadap siswa dan mengajukan diri langsung ke sekolah. Profesi guru yang dipilih penyandang tunarungu muncul karena motivasi intrinsik seperti rasa pesimis bekerja di tempat lain, kepedulian dan keinginan memajukan penyandang tunarungu, serta motivasi ekstrinsik, yakni tuntutan kepala keluarga sebagai pencari nafkah dan status PNS. Tantangan internal yang dihadapi selama menjadi guru yaitu,rasa terpaksa, kesejahteraan kurang terpenuhi, dan reaksi emosi berupa marah dan kesal terhadap siswa. Tantangan eksternal yang dihadapi ialah hambatan diangkat PNS, keterbatasan komunikasi siswa, dan gangguan tambahan siswa penyandang tunarungu. Keputusan bertahan menjadi guru dipengaruhi oleh faktor internal, yakni penyesuaian diri, komitmen, spiritual focus coping, bangga serta tenang menjadi guru dan PNS. Kesempatan memperoleh gaji yang lebih besar ketika diangkat PNS kelak merupakan faktor eksternal untuk bertahan menjadi guru.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lingkungan memandang profesi guru yang dijalani penyandang tunarungu sebagai bentuk pengabdian, pemberdayaan alumni, prestasi, dan jalan untuk mencari nafkah.
Challenges in Implementing Health Protocols of COVID-19 for People with Visual Loss Costrie Ganes Widayanti; Kartika Sari Dewi
INKLUSI Vol. 9 No. 1 (2022)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ijds.090104

Abstract

COVID-19 has caused tremendous challenges for people with disabilities, such as those with vision loss, which affect their daily lives. This qualitative study was undertaken on six participants with vision loss to understand the challenges they had when implementing health protocols in the prevention of COVID-19. Open coding, axial coding, and selective coding were conducted to analyse the data. The study also pointed out that participants experienced physical, psychological, economic and social challenges in exercising the health protocols of COVID-19, such as in implementing physical distancing and wearing face masks. The participants felt alienated because of their limited direct interactions and experienced loss of income. Online learning caused minimize learning experiences and accessibility problems. These challenges potentially widen discrimination and inequality practices for people with disabilities in Indonesia with COVID-19 mitigation preparedness plan. COVID-19 telah menimbulkan tantangan bagi penyandang disabilitas, termasuk mereka dengan hambatan visual, yang mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang bertujuan untuk memahami tantangan dan strategi yang dilakukan partisipan dengan hambatan visual berkaitan dengan melaksanakan kebijakan protokol kesehatan. Open coding, axial coding, dan selective coding dilakukan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan mengalami tantangan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi selama menjalankan protokol kesehatan COVID-19, yang meliputi penggunaan masker dan menjaga jarak. Partisipan menilai adanya pembatasan sosial menimbulkan perasaan terasing karena interaksi tidak dapat dilakukan secara leluasa dan berkurangnya bahkan hilangnya pendapatan. Pembelajaran online mengakibatkan terbatasnya pengalaman belajar dan akses terhadap materi pembelajaran. Tantangan ini berpotensi memperkuat praktik diskriminasi, yang telah terjadi sebelumnya sehingga semakin memperlebar praktik eksklusi bagi penyandang disabilitas di Indonesia, terutama berkaitan dengan manajemen mitigasi penanganan bencana COVID-19.