Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Implementasi Konsep Teori Humanistik dalam Kesehatan Mental pada Masa Pandemi Dewi Mahardika; Ulin Nihayah; Hadziq Muhibbuddin
Ghaidan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam dan Kemasyarakatan Vol 5 No 2 (2021): Ghaidan Jurnal Bimbingan Konseling Islam & Kemasyarakatan
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/ghaidan.v5i2.10333

Abstract

Humanistic theory focuses on humans, namely on the nature and condition of humans which includes the ability to understand one's potential and develop it in order to achieve self-actualization. Health is something that is very important in human life. Not only physical or physical health, but also spiritual or mental health. Mental health is a condition in which individuals are healthy both physically and psychologically, aware of their abilities, avoiding mental disorders. Mental health emphasizes how individuals are able to adapt and be able to interact well with the surrounding environment so that they can avoid mental disorders. According to Abraham Maslow, the most important thing in seeing human is their potential, how humans develop themselves to do positive things. Each individual has their own way of dealing with various pressures that can cause mental health problems. Various parts of the world, including Indonesia, are currently facing the COVID-19 pandemic. The current COVID-19 pandemic has caused disruption to human mental health. This writing uses a literature review and the purpose of this paper is to describe the implementation of humanistic theory on mental health during the COVID-19 pandemic. The results of the analysis of research conducted by the author show that common mental health problems during the COVID-19 pandemic are anxiety, stress, depression, and trauma. In humanistic theory, to foster mental health during the COVID-19 pandemic, namely: 1) Every individual is required to try harder in meeting their needs so that they can indirectly control mental health during the pandemic COVID-19. 2) Can conduct therapeutic relationships between counselors and clients to help clients overcome mental health problems experienced.
COPTREN (COMMUNITY PEER SUPPORT PESANTREN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSIONAL SANTRI DI PONPES SABILURRASYAD KENDAL Muslikah, Muslikah; Mungin Eddy Wibowo; Mulawarman, Mulawarman; Bagas Kurnianto; Qanita Najla Nazhifa; Sintiani, Sintiani; Hadziq Muhibbuddin
GANESHA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 2 (2025): Juli 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tunas Pembangunan Surakarta (UTP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/ganesha.v5i2.5220

Abstract

Pondok Pesantren Modern Islam Sabilurrasyad merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk menyiapkan generasi muslim yang Bertaqwa, Berakhlaq mulia, Amanah, Unggul dan Berwawasan lingkungan. Kehidupan di Pondok Pesantren memiliki dinamika yang unik dan beragam. Rendahnya kepekaan diri terhadap Keterampilan Sosial Emosional menjadi isu serius. Para Santri belum sepenuhnya memiliki kecakapan sosial dan emosional dalam bahasa sehari-hari seperti belum pandai mengelola emosi dan pikiran, mudah cemas, close-minded dengan perbedaan, mudah egois, belum pandai bergaul, sikap pesimis, dan kurang percaya diri. Solusi yang diajukan dalam pengabdian ini adalah COPTREN (Community Peer Support Pesantren), yang bertujuan mempromosikan dukungan Psikologis dan meningkatkan kompetensi hubungan sosial bagi Para Santri. Program ini merupakan program pelatihan menggunakan metode seperti ekspositori, diskusi kelompok, problem solving, dan project-based learning, dengan media video edukasi, poster, dan modul COPTREN. COPTREN melibatkan warga pondok pesantren Islam Sabilurrasyad, Kabupaten Kendal, yang meliputi Pengasuh, Pengajar, dan Para Santri dalam rangka menciptakan pola keajegan yang saling mendukung sebagai social support. Metode pelaksanaan menggunakan istilah 6P terdiri atas: (1) persiapan; (2) persiapan bahan; (3) pengenalan; (4) pelatihan; (5) penutup; dan (6) pelaporan. Hasil menunjukkan adanya peningkatan keterampilan sosial emosional santri secara signifikan. Program ini juga berhasil membentuk kader-kader konselor sebaya yang memiliki peran sebagai pionir dalam mengedukasi teman sejawat dalam interaksi hablumminnas di pesantren. Program ini sangat penting dalam basis keberlanjutan dan dapat disisipkan dalam setiap kegiatan di lingkungan pesantren untuk menciptakan iklim sosial emosional yang kondusif