Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RETENSI POTENSIAL AIR OLEH TANAH PADA KEJADIAN HUJAN SESAAT (STUDI KASUS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS GARANG JAWA TENGAH) Cahyadi, Ahmad; Yananto, Ardila; Wijaya, Muhammad Sufwandika; Nugraha, Henky
Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF) Vol 1, No 5 (2012): Geoinformatic And GIS
Publisher : Jurusan Teknik Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan di DAS Garang Jawa Tengah Tahun 1994, 2001 dan 2008 terhadap retensi potensial maksimum air oleh tanah pada kejadian hujan sesaat (storm rainfall). Metode yang digunakan adalah metode SCS yang dikembangkan oleh The Soil Conservation Services. Data yang digunakan adalah data penggunaan lahan yang diekstrak dari citra Tahun 1994, citra 2001 dan citra 2008 menggunakan software ENVI dan peta tanah DAS Garang skala semi detail. Hasil penelitian menunjukkan bahwa retensi potensial maksimum air oleh tanah pada kejadian hujan sesaat di DAS Garang semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin luasnya lahan terbangun dan semakin sempitnya lahan non-terbangun. Kondisi ini akan menyebabkan imbuhan terhadap airtanah di DAS Garang semakin kecil dan debit puncak banjir akan semakin besar.
USING REMOTE SENSING MULTI-TEMPORAL IMAGE TO ANALYSE THE LAND USE CHANGES AND ITS IMPACT ON THE PEAK DISCHARGE IN GARANG WATERSHED CENTRAL JAVA Cahyadi, Ahmad; Nugraha, Henky; Nurjani, Emilya; Yananto, Ardila; Wijaya, Muhammad Sufwandika
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 13 No 2 (2012)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan penggunaan lahan di Kota Semarang akibat pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi telah menyebabkan terjadinya urban sprawl. Banjir rob, land subsidence, intrusi air laut dan tercemarnya air tanah di Kota Semarang Bagian Utara menyebabkan terjadinya perkembangan Kota Semarang dominan ke arah selatan. Hal ini menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun sehingga jumlah air hujan yang langsung menjadi limpasan akan semakin banyak. Hal ini akan menyebabkan bahaya banjir bandang di Kota Semarang semakin besar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perubahan lahan yang terjadi di DAS Garang selama tahun 1994 dan 2001, dan (2) mengetahui dampak perubahan penggunaan lahan terhadap besarnya debit puncak yang terjadi di DAS Garang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Landsat TM tahun 1994, Citra Landsat ETM tahun 2001, dan Citra Alos AVNIR 2008, peta tanah DAS Garang, peta kemiringan lereng DAS Garang, peta jaringan sungai DAS Garang, dan data curah hujan harian Stasiun Ungaran tahun 1952 sampai dengan tahun 2009. Ditemukan bahwa luas lahan terbangun bertambah lebih dari dua kali lipat dari tahun 2001 sampai dengan 2008, lahan pertanian meningkat hampir 50% dan luas hutan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun demikian, debit puncak di DAS Garang tidak bertambah secara ekstrem meskipun mengalami sedikit perubahan. Change due to land use in the city of Semarang as an impact of population growth and economic activity has led to urban sprawl. Rob flooding, land subsidence, seawater intrusion and contamination of ground water in the northern part of Semarang lead to the development of the southern part. Consequently, this leads to changes in land use so that the amount of rain water runoff will increase. This may cause the danger of flash floods in the greater city of Semarang. This study were aimed to: (1) determine the changes that occur in the Garang watershed lands during 1994 and 2001, and (2) determine the impact of land use changes on the size of the peak discharge occurring in the Garang watershed. The data used in this study were the 1994 Landsat TM, Landsat ETM 2001, and Citra Alos AVNIR 2008, Garang watershed soil map, slope map of Garang watershed stream network, and daily rainfall data at Ungaran Station of 1952 until 2009. It was found that developed land has been increasing more than doubled from 2001 to 2008, agricultural land increased by nearly 50% and the forest area were decreased from year to year. However, the peak discharge at the Garang watershed has not increased to the extreme though there was a slight change.  
PENENTUAN PRIORITAS PEMBAHARUAN PETA MANGROVE INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL FOREST CANOPY DENSITY Studi Kasus Delta Mahakam Kalimantan Timur Wijaya, Muhammad Sufwandika; Aryaguna, Prama Ardha; Rudiastuti, Aninda Wisaksanti
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 20, No 2 (2018)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1183.994 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2018.20-2.858

Abstract

Deforestasi Mangrove menjadi salah satu perhatian karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya merugikan ekosistem tetapi juga berdampak pada manusia. Fungsi ekosistem Mangrove yang hilang karena deforestasi seperti kemampuan untuk menahan erosi, meredam dan memecah ombak, menahan intrusi air laut, dan menyerap pencemaran. Peta Mangrove Indonesia merupakan salah satu produk dari Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) yang dihasilkan melalui proses pemetaan yang melibatkan anggota Kelompok Kerja Mangrove Nasional. Namun  pembaharuan terhadap peta ini diperlukan untuk mengetahui perubahan kondisi Mangrove tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah metode yang tepat dan cepat untuk mengkaji perubahan penutup Mangrove seperti Forest Canopy Density (FCD). Model FCD adalah pemodelan digital yang mampu memberikan informasi perubahan kerapatan vegetasi secara cepat. Hasil dari pemodelan FCD di delta sungai Mahakam dari tahun 2014 – 2016 menunjukkan bahwa kerapatan Mangrove mengalami penurunan signifikan yaitu 0 – 68%. Beberapa lokasi menunjukkan penurunan kerapatan kanopi lebih dari 50%, dimana pada penelitian ini dianggap mengalami tingkat deforestasi tinggi. Sebaran eksisting mangrove yang mengalami deforestasi tinggi hasil model FCD adalah lokasi prioritas untuk dilakukan pembaharuan Peta Mangrove Indonesia. Model FCD untuk penentuan prioritas pembaharuan Peta Mangrove Indonesia memiliki akurasi total 84%. 
Classification of Mangrove Vegetation Structure using Airborne LiDAR in Ratai Bay, Lampung Province, Indonesia Wijaya, Muhammad Sufwandika; Kamal, Muhammad; Widayani, Prima; Arjasakusuma, Sanjiwana
Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning Vol 10, No 2 (2023)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/geoplanning.10.2.123-134

Abstract

Mapping and inventory of the distribution and composition of mangrove vegetation structures are crucial in managing mangrove ecosystems. The availability of airborne LiDAR remote sensing technology provides capability of mapping vegetation structures in three dimensions. It provides an alternative data source for mapping and inventory of the distribution of mangrove ecosystems. This study aims to test the ability of airborne LiDAR data to classify mangrove vegetation structures conducted in Ratai Bay, Pesawaran District, Lampung Province. The classification system applied integrates structure attributes of lifeforms, canopy height, and canopy cover percentage. Airborne LiDAR data are derived into canopy height models (CHM) and canopy cover percentage models, then grouped by examining statistics and the zonation distribution of mangroves in the study area. The results of this study show that airborne LiDAR data are able to map vegetation structures accurately. The canopy height model derived using a pit-free algorithm can represent the maximum tree height with an error range of 3.17 meters and 82.3-88.6% accuracy. On the other hand, the canopy cover percentage model using LiDAR Fraction Cover (LFC) tends to be overestimate, with an error range of 16.6% and an accuracy of 79.6-94.7%. Meanwhile, the classification results of vegetation structures show an overall accuracy of 77%.
Penggunaan Data Sistem Lahan Skala 1 : 50.000 untuk Pemetaan Rawan Longsor di Kabupaten Majalengka Widiastuti, Rastika; Khairullah, Muhammad Qabus Abid; Tambunan, Mangapul Parlindungan; Wijaya, Muhammad Sufwandika
Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.96138

Abstract

Abstrak. Penelitian ini mencoba mengoptimalkan pemanfaatan data sistem lahan untuk mengidentifikasi daerah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Majalengka. Data kejadian longsor dan peta sistem lahan digunakan sebagai sumber data utama, dengan fokus meihat pola kejadian longsor pada setiap unit sistem lahan. Metode analisis tumpang susun antara peta sistem lahan dan data kejadian longsor dikombinasikan dengan analisis geomorfologi digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kerawanan longsor. Hasilnya menunjukkan bahwa wilayah dengan sistem lahan Tanggamus, Gamnokora, dan Talamau memiliki tingkat kerawanan paling tinggi, sementara wilayah dengan sistem lahan Maput, Cipancur, dan Bukit Balang memiliki tingkat kerawanan sedang. Kelas kemiringan lereng digunakan untuk mendetilkan kelas kerawanan longsor pada setiap unit sistem lahan. Hasil pemetaan kerawanan longsor divalidasi dengan peta rawan bencana dari BNPB, menunjukkan persentase kesamaan sebesar 63.51%. Meskipun memiliki akurasi rendah, peta hasil dari data sistem lahan memiliki pola identik pada kelas kerawanan tinggi dan tidak rawan dengan peta referensi. Ini menunjukkan bahwa data sistem lahan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemetaan kerawanan longsor terutama untuk daerah dengan cakupan wilayah yang luas atau pada skala lebih kecil.Abstract. This research aims to optimize the utilization of land system data used to identify areas susceptible to landslide hazards in Majalengka Regency. Landslide occurrence data and land system maps are used as the main data sources, focusing on landslide occurrence patterns in each land system unit. An overlay analysis method between land system maps and landslide occurrence data combined with geomorphological analysis is used to classify the susceptibility levels to landslides. The results indicate that areas with Tanggamus, Gamnokora, and Talamau land systems have the highest susceptibility levels, while areas with Maput, Cipancur, and Bukit Balang land systems have moderate susceptibility levels. Slope classes are used to detail the susceptibility levels to landslides in each land system unit. The landslide susceptibility mapping results are validated with disaster-prone maps from BNPB, showing a similarity percentage of 63.51%. Despite having low accuracy, the mapping results from land system data exhibit identical patterns in high susceptibility and non-susceptibility classes compared to the reference maps. This indicates that land system data can be used as an alternative in landslide susceptibility mapping, especially for areas with extensive coverage or on a smaller scale. Submitted: 2024-05-14 Revisions:    2024-09-19 Accepted: 2024-10-25 Published: 2025-02-17
Monitoring Deforestasi Mangrove di Kabupaten Belitung Timur Berbasis Citra Penginderaan Jauh Sentinel 2 dan Klasifikasi Random Forest Roman, Dwiky; Wijaya, Muhammad Sufwandika; Astuti, Ike Sari
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 9, No 1 (2025)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v9i1.18329

Abstract

Mangrove merupakan vegetasi yang akarnya menjalar dipermukaan, dan berada di muara sungai, dan pesisir. Hutan mangrove sangat penting keberadaannya karena merupakan sistem di dalam menyeimbangkan ekosistem di pesisir, dan muara sungai. Deforestasi hutan mangrove dari akibat alih fungsi lahan pada vegetasi mangrove menjadi ancaman bagi keberlanjutan kehidupan di wilayah pesisir, dan muara. Keberadaan vegetasi mangrove yang penting bagi Kabupaten Belitung Timur untuk menjaga dari abrasi, dan habitat satwa. Aktivitas manusia menyebabkan alih fungsinya hutan mangrove sehingga menimbulkan deforestasi. Aktivitas manusia menyebabkan alih fungsi berbentuk aktivitas pertambangan, dan budidaya tambak udang. Luasan hutan mangrove yang semakin berkurang dari aktivitas tersebut menyebabkan deforestasi. Hal ini akan menjadi ancaman kepunahan yang akan terjadi di masa depan. Monitoring mangrove sangat penting karena untuk melihat deforestasi luasan hutan mangrove yang berubah dari tahun 2017 ke tahun 2024. Data Sentinel 2 sangat berperan penting untuk data yang diolah untuk melihat keberadaan, dan luasan alih fungsi. Dengan menggunakan rumus Mangrove Vegetation Index (MVI) untuk mengetahui area vegetasi mangrove. Pengolahan data menggunakan cara Random Forest untuk menganalisis tingkat lanjut terhadap perubahan alih fungsi mangrove. Sehingga memudahkan dalam pemetaan terjadinya alih fungsi mangrove. Dilakukan juga survei lapangan (ground check) untuk validasi pada Area of Interest (AOI) yang dikaji.