Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

IDENTIFICATION OF POTENTIAL SITES FOR HOOP PINE PLANTATIONS IN THE ATHERTON TABLELANDS, NORTH QUEENSLAND, USING GIS AND EXPERT KNOWLEDGE Ike Sari Astuti
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 16, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.128 KB) | DOI: 10.17977/pg.v16i1.5543

Abstract

Abstract: This study modeled the suitability of sites to establish hoop pine plantations in the Atherton Tablelands, North Queensland (NQ). The study was conducted to provide information regarding potential sites resulted from a broad level site assessment. Potential sites for hoop pine were identified using GIS which the criteria were derived from literature search and expert opinion which then were used to construct suitability criteria. Mean annual rainfall and soil types were used to assess the ecological suitability for hoop pine growth. These suitabilitycriteria were then combined with availability criteria for determining possible expansions of hoop pine plantations on private lands, which comprise the land size, land status, land cover, land use and slope limit. The model was then validated using hoop pine site index records as a surrogate for hoop pine potential growth. From the results, the region was found to be edaphically and climatically suitable encompassing around 35,567 ha of land was identified as highly suitable and 4,680 ha as moderately suitable. It was also revealed that suitability classes derived from spatial modeling can only produce indicative locations of lands suitable for supporting hoop pine growth. While datasets came from various scales and precision, the results of the study have limited applicability for planning at individual farm but are useful to gain initial consideration at the regional level to target areas for plantation expansion.Keywords: Hoop pine, land suitability, land-availability, GISbased modeling
Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Budidaya Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri Blume) di Kecamatan Kare Kabupaten Madiun Dayinta Dwi Nimpuna; Didik Taryana; Ike Sari Astuti
JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jpg.v9i1.12726

Abstract

Tanaman porang adalah salah satu diversifikasi tanaman pangan dan menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia. Di Jawa Timur, pengelolaan lahan untuk tanaman porang masih belum optimal di Kecamatan Kare yang menjadi salah satu sentra kawasan budidaya porang. Penelitian ini bertujuan menentukan kelas kesesuaian lahan tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) di Kecamatan Kare. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif bermetode survei. Unit lahan didapatkan dari interpretasi peta kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan Kecamatan Kare Kabupaten Madiun skala 1:110.000. Sampel penelitian ini berjumlah tujuh satuan unit lahan. Analisis dengan metode matching(pencocokan) antara kualitas lahan dengan kriteria keseuaian lahan untuk tanaman porang. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ada empat unit lahan (D2-2-4, D2-3-4, D2-3-5, dan D2-4-5) sangat sesuai (S1), sedangkan tiga unit lahan (D2-3-1, D2-4-1, dan D2-4-4) sesuai (S2) untuk budidaya tanaman porang. Faktor pembatas di ketiga unit lahan tersebut meliputi ketersediaan oksigen (oa) dan retensi hara (nr). Maka implikasi penelitian ini diharapkan adanya upaya perbaikan terhadap faktor pembatas lahan. Ini dapat meningkatkan kualitas lahan menjadi sangat sesuai (S1) untuk tanaman porang. Maka, Pengembangan pusat kawasan agropolitan tanaman porang nantinya berada di Kecamatan Kare untuk wilayah Jawa Timur.
ArcGIS story maps in improving teachers’ Geography awareness Purwanto Purwanto; Ike Sari Astuti; Rudi Hartono; Ghada Abd Elsattar Mohammed Oraby
Jurnal Pendidikan Geografi: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Vol 27, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um017v27i22022p206-218

Abstract

The purpose of this study is to examine the use of story maps in increasing sustainable Geography awareness among Geography teachers. The advent of story maps has altered the current Geography education in the digital era. ArcGIS story maps are a type of user-friendly geospatial technology renewal. This story map is believed capable of helping students learn Geography more independently, transforming Geography education. This belief should be reinforced by implementing story maps on their own Geography teachers, who have low Geography literacy rates in general. This action research involved 67 Geography teachers who were members of the East Java Geography Teacher Working Group, with various backgrounds, ages, and teaching experiences. Learning is implemented using blended learning and the in-on-in model. With blended project-based learning, this research was conducted to solve problems related to high school teachers' low Geography awareness. To identify the effects of the treatment, the obtained data were analyzed using a different test with paired t-test. The findings showed that story maps could increase long-term geographic awareness, illustrated by the obtained significant level of more than 0.05. This success is influenced by teachers' knowledge and experience with geospatial technology, as well as their age. Although the ability to create story projects is limited, the use of story maps provides a meaningful experience for teachers to think, reason, and act geographically.
Estimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu menggunakan citra sentinel 2 di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang Ayu Putri Wahyuni; Ike Sari Astuti; Purwanto Purwanto
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 2 No. 12 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sugarcane is the main raw material for sugar production. Estimation of the growth phase and sugarcane productivity is very important as input in the plantation management system and decision making. Estimating the growth phase and productivity of sugarcane using remote sensing technology is challenging because sugarcane is varies both spatially and temporally when compared to other crops. The utilization of Sentinel 2 imagery is expected to be an alternative in estimating sugarcane productivity. So, this study aims to estimate the growth and productivity of sugarcane using Sentinel 2 imagery in Dampit District, Malang Regency. The estimation of the sugarcane growth phase and productivity was carried out using the 10-day time-series NDVI parameter approach to determine the growth trend of sugarcane. NDVI extraction when it reaches 240 - 300 DAP is used to estimate sugarcane productivity. The estimation model was built using the random forest regression method. The results show that the sugarcane growth estimation model cannot accurately predict the sugarcane growth phase with low accuracy of -1.18 with RMSE 102 days, NRMSE 28 percent. While the productivity estimation model has a high accuracy of 0.94 with RMSE 7.23 Ton/Ha, NRMSE 18 percent, and an estimated productivity ratio of 1.02–1.05 which shows the average productivity of Sentinel 2 image is close to the productivity of the DTPHP. Tebu merupakan tanaman perkebunan yang menjadi bahan baku utama untuk produksi gula. Estimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu sangat penting sebagai masukan dalam sistem pengelolaan perkebunan dan pengambilan keputusan. Estimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu menggunakan teknologi penginderaan jauh memiliki tantangan karena tebu merupakan tanaman yang bervariasi baik secara spasial maupun temporal jika dibandingkan dengan tanaman lainnya. Pemanfaatan citra Sentinel 2 diharapkan mampu menjadi alternatif dalam estimasi produktivitas tebu. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu menggunakan citra Sentinel 2 di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Estimasi fase pertumbuhan tebu dan produktivitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan parameter NDVI time series untuk mengetahui tren pertumbuhan tebu. Ekstraksi NDVI saat mencapai 240 - 300 HST digunakan untuk estimasi produktivitas tebu. Model estimasi dibangun menggunakan metode random forest regression. Hasil estimasi menunjukkan model estimasi pertumbuhan tebu tidak dapat melakukan estimasi fase pertumbuhan tebu secara akurat dengan akurasi yang rendah sebesar -1.18 dengan RMSE 102 hari, NRMSE 28 persen. Sedangkan, model estimasi produktivitas memiliki akurasi tinggi sebesar 0.94 dengan RMSE 7.23 Ton/Ha, NRMSE 18 persen, serta rasio produktivitas estimasi 1,02–1,05 yang menunjukkan rata-rata produktivitas citra Sentinel 2 mendekati produktivitas Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP).
Estimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu menggunakan citra sentinel 2 di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang Ayu Putri Wahyuni; Ike Sari Astuti; Purwanto Purwanto
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sugarcane is the main raw material for sugar production. Estimation of the growth phase and sugarcane productivity is very important as input in the plantation management system and decision making. Estimating the growth phase and productivity of sugarcane using remote sensing technology is challenging because sugarcane is varies both spatially and temporally when compared to other crops. The utilization of Sentinel 2 imagery is expected to be an alternative in estimating sugarcane productivity. So, this study aims to estimate the growth and productivity of sugarcane using Sentinel 2 imagery in Dampit District, Malang Regency. The estimation of the sugarcane growth phase and productivity was carried out using the 10-day time-series NDVI parameter approach to determine the growth trend of sugarcane. NDVI extraction when it reaches 240-300 DAP is used to estimate sugarcane productivity. The estimation model was built using the random forest regression method. The results show that the sugarcane growth estimation model cannot accurately predict the sugarcane growth phase with low accuracy of -1.18 with RMSE 102 days, NRMSE 28 percent. While the productivity estimation model has a high accuracy of 0.94 with RMSE 7.23 Ton/Ha, NRMSE 18 percent, and an estimated productivity ratio of 1.02–1.05 which shows the average productivity of Sentinel 2 image is close to the productivity of the DTPHP. Tebu merupakan tanaman perkebunan yang menjadi bahan baku utama untuk produksi gula. Estimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu sangat penting sebagai masukan dalam sistem pengelolaan perkebunan dan pengambilan keputusan. Estimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu menggunakan teknologi penginderaan jauh memiliki tantangan karena tebu merupakan tanaman yang bervariasi baik secara spasial maupun temporal jika dibandingkan dengan tanaman lainnya. Pemanfaatan citra Sentinel 2 diharapkan mampu menjadi alternatif dalam estimasi produktivitas tebu. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi fase pertumbuhan dan produktivitas tebu menggunakan citra Sentinel 2 di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Estimasi fase pertumbuhan tebu dan produktivitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan parameter NDVI time series untuk mengetahui tren pertumbuhan tebu. Ekstraksi NDVI saat mencapai 240-300 HST digunakan untuk estimasi produktivitas tebu. Model estimasi dibangun menggunakan metode random forest regression. Hasil estimasi menunjukkan model estimasi pertumbuhan tebu tidak dapat melakukan estimasi fase pertumbuhan tebu secara akurat dengan akurasi yang rendah sebesar -1.18 dengan RMSE 102 hari, NRMSE 28 persen. Sedangkan, model estimasi produktivitas memiliki akurasi tinggi sebesar 0.94 dengan RMSE 7.23 Ton/Ha, NRMSE 18 persen, serta rasio produktivitas estimasi 1.02–1.05 yang menunjukkan rata-rata produktivitas citra Sentinel 2 mendekati produktivitas Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP).
Penilaian umum pemodelan evapotranspirasi harian TSEB-PT berbsasis Sentinel-2 dan Sentinel-3 di Jawa Timur Ahmad Ridho Nugroho; Ike Sari Astuti; Sugeng Utaya
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 3 No. 6 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um063v3i6p573-592

Abstract

The Sentinel-2 and Sentinel-3 constellations provide options to complement the use of open source satellites data (Modis and Landsat) through the advantages of spatial and temporal resolution to monitor terrestrial ecosystems, one of which is evapotranspiration. Recently, Guzinski developed a daily evapotranspiration estimation methodology (ETd) which combines the roles of these two satellites with several models and TSEB-PT becomes the model with the best accuracy for EC sites on their study areas. This research is intented to assess the performance of TSEB-PT in general to be applied in East Java (Indonesia) which has different climates and landscapes using the same methodology as Guzinski. Some experimental parameterizations were also used outside of the standard operational mode, including the resistance model, and ETi to ETd extrapolation method. Our study found that the model worked well in Juanda site and was applied in other areas but did not work as well as in Juanda. The Rsl from ECMWF reanalysis data had the most significant role in producing errors, causing high average bias error in ET estimation of ~2mm/day. Landscape also affects the model performance, although in low to medium scale, whereas the model tends to work very well on homogeneous lowland landscape but the accuracy would drop on mountainous area as the cloud cover probability increased resulting the higher error chance on ETi to ETd extrapolation stage. Konstelasi Sentinel-2 dan Sentinel-3 memberikan opsi untuk melengkapi penggunaan data satelit open source (modis/landsat) melalui keunggulan resolusi spasial dan temporal untuk monitoring ekosistem terestris, salah satunya evapotranspirasi. Baru-baru ini Guzinski mengembangkan metodologi estimasi evapotranspirasi harian (ETd) yang menggabungkan peran kedua satelit ini dengan beberapa model kesetimbangan energi dan TSEB-PT menjadi model dengan akurasi paling baik terhadap situs EC di beberapa wilayah studinya. Artikel ini dibuat untuk menilai kinerja TSEB-PT secara umum ketika diterapkan di jawa timur yang berbeda secara iklim dan landskapnya menggunakan metodologi yang sama Guzinski. Beberapa pengaturan yang berbeda dengan mode operasional model dijalankan antara lain model resistans dan proporsi nilai G serta tiga metode ekstrapolasi ETi ke ETd. Studi kami menemukan bahwa model bekerja baik pada stasiun Juanda dan memiliki kelayakan untuk diterapkan di wilayah lain meskipun tidak sebaik di Juanda. Masalah utama dan paling signifikan disemua stasiun pada temuan kami ada pada input data Rsl yang berpengaruh pada tingkat kesuksesan pemodelan serta bias error yang cukup tinggi (~2 mm/hari). Bentang lahan juga berpengaruh pada tingkat rendah-menengah pada performa model dimana wilayah homogen cenderung memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, serta wilayah dengan potensi frekuensi tutupan awan tinggi seperti pegunungan berisiko pada penurunan akurasi pada tahap ekstrapolasi ETi ke ETd.
Pengaruh perubahan kerapatan bangunan dan vegetasi terhadap Urban Heat Island di Kota Bekasi menggunakan citra penginderaan jauh multitemporal Ananda Rianti Dewi; Didik Taryana; Ike Sari Astuti
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 3 No. 6 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um063v3i6p604-625

Abstract

Bekasi City is one of the metropolitan cities and hinterlands of Jakarta which is experiencing fairly rapid population growth. Population growth requires the development of infrastructure and residential areas that cause changes in land use from vegetation to built-up land. The rapid changes in building density and vegetation density caused by changes in land use cause climate conditions in the Bekasi City area to turn uncomfortable and tend to get hotter, this is one of the factors for the Urban Heat Island (UHI) phenomenon in Bekasi City. Remote sensing methods can be used to analyze changes in building density, vegetation density, Land Surface Temperature (LST) and UHI. This study aims to determine the effect of changes in building density and vegetation density on UHI in Bekasi City from 2001-2021. The method for obtaining building density data is using NDBI, vegetation density using NDVI, and LST using the Single Channel Algorithm (SCA) method. The LST value is used to identify UHI. The results showed that the building density of Bekasi City in 2001-2021 continued to experience changes in the increasing area, while the vegetation density experienced changes in the decreasing area. There is a 49 percent effect of changes in building density and vegetation density on UHI in Bekasi City. The variable density of buildings has a stronger influence than the variable density of vegetation. Kota Bekasi merupakan salah satu Kota Metropolitan dan hinterland Jakarta yang mengalami pertambahan jumlah penduduk yang cukup pesat. Pertambahan penduduk mengharuskan adanya pembangunan infrastruktur dan kawasan permukiman yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan vegetasi menjadi lahan terbangun. Pesatnya perubahan kerapatan bangunan dan kerapatan vegetasi yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan menyebabkan kondisi iklim di wilayah Kota Bekasi berubah menjadi tidak nyaman dan cenderung semakin panas, hal tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya fenomena Urban Heat Island (UHI) di Kota Bekasi. Metode penginderaan jauh dapat digunakan untuk analisis perubahan kerapatan bangunan, kerapatan vegetasi, Land Surface Temperature (LST) dan UHI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan kerapatan bangunan dan kerapatan vegetasi terhadap UHI di Kota Bekasi pada tahun 2001-2021. Metode untuk memperoleh data kerapatan bangunan menggunakan NDBI, kerapatan vegetasi menggunakan NDVI, dan LST menggunakan metode Single Channel Algorithm (SCA). Nilai LST digunakan untuk identifikasi UHI. Hasil penelitian menunjukan kerapatan bangunan Kota Bekasi tahun 2001-2021 terus mengalami perubahan kenaikan luasan, sedangkan kerapatan vegetasi mengalami perubahan penurunan luasan. Terdapat 49 persen pengaruh dari perubahan kerapatan bangunan dan kerapatan vegetasi terhadap UHI di Kota Bekasi. Variabel kerapatan bangunan memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan variabel kerapatan vegetasi.
Penilaian kekeringan meteorologi menggunakan metode SPI dengan Citra Satelit CHIRPS di Kabupaten Tulungagung Anang Ma’ruf; Ike Sari Astuti; Ferryati Masitoh
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 3 No. 6 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um063v3i6p682-696

Abstract

Kekeringan di Kabupaten Tulungagung sering terjadi. Sebanyak 11 kejadian kekeringan yang tercatat sepanjang Tahun 2001-2020. Kabupaten Tulungagung memiliki luasan lahan pertanian sebanyak 70 persen dari tolal wilayah. Pemantauan kekeringan diperlukan sebagai langkah awal dalam menghadapi bencana kekeringan . Metode SPI digunakan dalam analisis kekeringan di Kabupaten Tulungagung. Data yang digunakan adalah curah hujan bulanan dari CHIRPS dan curah hujan bulanan dari Stasiun Hujan di Kabupaten Tulungagung rentang tahun 2010-2018. Analisis dilakukan menggunakan software ArcGIS. Analisis kekeringan dilakukan pada Bulan Mei-September Tujuan ditulisnya artikel ini, petama melakukan pemantauan kekeringan meteorologi menggunakan indeks SPI yang berasal dari Data CHIRPS. Kedua, memberikan informasi nilai perbandingan antara nilai SPI 1 Bulanan dari Data CHIRPS dengan nilai SPI 1 Bulanan dari data stasiun hujan. Ketiga, memberikan informasi terkait pengaruh kekeringan meteorologi dengan produksi padi gogo yang diasumsikan bahwa sumber air pada padi gogo sepenuhnya berasal dari air hujan. Hasil menunjukkan bahwa kekeringan meteorologi di Kabupaten Tulungagung adalah berada pada kategori Normal (0,99 sampai -0,99) hingga Agak kering (-1,00 sampai -1,49). Nilai perbandingan antara SPI 1 Bulanan dari data CHIRPS dengan SPI 1 Bulanan dari data stasiun hujan adalah 0,69. Sehingga data SPI 1 Bulanan dari CHIRPS dapat dipakai dalam analisis kekeringan meteorologi di Kabupaten Tulungagung. Pengaruh yang kuat terjadi antara kekeringan meteorologi terhadap produksi padi gogo di Kabupaten Tulungagung. Terlihat dari Nilai koefisien determinansi sebesar 0,69 yang menunjukkan bahwa 69 persen produksi padi gogo di pengaruhi oleh kekeringan meteorologi. Nilai korelasi yang kuat sebesar 0,83 antara kejadian kekeringan dengan produksi padi gogo. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Data CHRIPS dapat digunakan dalam memantau kekeringan meteorologi di Kabupaten Tulungagung serta produksi padi gogo sangat dipengaruhi oleh adanya kejadian kekeringan meteorologi.
Evaluasi potensi mata air dalam pemenuhan kebutuhan air bersih Desa Baumata Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang Theresia Beatrix Kameo; Didik Taryana; Ike Sari Astuti
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 3 No. 7 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um063v3i7p784-794

Abstract

The need for clean water is needed to meet daily water needssuch as drinking, cooking, bathing, washing, watering plants and others. Sources of clean water used for daily needs in general must meet quantity and quality standards. Geographical conditions, population size, and socio-economic conditions are closely related to the fulfillment of clean water needs and the quantity and quality of clean water in the region. The research location for Baumata Village is in the administrative area of the Taebanu Kupang. This study uses a survey method. In analyzing the potential of the Baumata spring using this method, it is necessary to collect quantity and quality data that aims to evaluate the potential of the spring in fulfilling the need for clean water. From the results obtained by the Baumata spring, namely the quality of the water is appropriate or according to the standard for clean water quality, based on the yield and quantity of water it can meet the needs of clean water based on a yield of 0.0434 m3/liter or equal to 156,240 liters/second. The supply of clean water needs in Baumata village based on research results is fulfilled, it can be seen in the results of Q more than equal to sigma Ka (156,240 more than equal to 117,413) this shows that the spring discharge is sufficient for the clean water needs of the daily/capita population in meeting the clean water needs of individuals in Baumata Village. Kebutuhan akan air bersih sangat di perlukan dalam memenuhi kebutuhan air harian seperti minum, masak, mandi, mencuci, menyiram tanaman maupun lainnya. Sumber air bersih yang digunakan untuk kebutuhan hidup harian secara umum harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Kondisi geografi, jumlah penduduk, dan sosial ekonomi sangat erat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih, serta kuantitas dan kualitas air bersih pada wilayah tersebut. Lokasi penelitian Desa Baumata berada pada wilayah administrasi Kec. Taebanu Kap. Kupang. Penelitian ini menggunakan metode survey. Dalam menganalisis potensi mata air Baumata menggunakan metode ini perlu menggumpulkan data kuantitas dan kualitas yang bertujuan untuk mengevaluasi potensi mata air dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Dari hasil yang didapatkan mata air baumata yaitu kualitas air layak atau sesuai standar baku mutuh air bersih, berdasarkan hasil dan kuantitas air dapat memenuhi kebutuhan air bersih bersadarkan hasil 0,0434 m3/liter atau sama dengan 156.240 liter/detik. Suplai kebutuhan air bersih pada Desa Baumata berdasarkan hasil penelitian terpenuhi, dapat dilihat pada hasil Q lebih dari sama dengan sigma Ka (156.240 lebih dari sama dengan 117.413) hal ini menujukan bahwa debit mata air mencukupi kebutuhan air bersih penduduk harian/kapita dalam pemenuhan kebutuhan air bersih perindividu di Desa Baumata.
Klasterisasi Spasial dan Penggunaan Lahan Wilayah Peri Urban Lowokwaru Kota Malang Bahrudin, Muhammad Luthfi; Wagistina, Satti; Masruroh, Heni; Astuti, Ike Sari
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 3 No. 10 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um063v3i10p1111-1127

Abstract

The increase in population and limited number of urban land have encouraged land use changes towards the edge of the city /peri urban area due to the increasingly congested conditions of the city. The research aims to classify peri urban saptial cluster based on the proportion of built-up and non-built land and land use of peri urban areas in Lowokwaru, Malang City in 2015–2020. Land use change analysis of the Lowokwaru peri urban area using a quantitative approach. Data processing using ArcGIS with digitization techniques on built and non-built land use in 2015 and 2020. As a result of digitization in 2015, the area of built-up land was 16.6 km² and non-built land was 6.5 km². In 2020, there was a change in the use of built-up land which increased and the shrinking of non-built land area of 0.0009 km² or by 4.9 percent. Landuse change of unbuilt land are turning into land use for settlements, industry, etc. Land use changes that occur result in changes in zones or spatial clusters of urban elves Lowokwaru. These results show that the Lowokwaru peri urban area has a spatial cluster/zone in the form of Fringe, Outer fringe, Urban shadow zone. Pertambahan jumlah penduduk dan terbatasnya jumlah lahan perkotaan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan ke arah area tepi kota/peri urban dikarenakan kondisi pusat kota yang semakin padat. Tujuan penelitian adalah mengklasifikasikan klaster Wilayah peri urban berdasarkan proporsi lahan terbangun dan non-terbangun dan penggunaan lahan wilayah peri urban Lowokwaru Kota Malang tahun 2015–2020. Analisis perubahan penggunaan lahan wilayah peri urban Lowokwaru dilakukanmenggunakan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data menggunakan Arc GIS dengan teknik digitasi pada penggunaan lahan terbangun dan non-terbangun tahun 2015 dan 2020. Hasil digitasi tahun 2015 luas lahan terbangun seluas 16,6 km² dan lahan non-terbangun seluas 6,5 km². Tahun 2020 ditemui perubahan pengggunaan lahan terbangun yang bertambah dan menyusutnya luas lahan non-terbangun seluas 0,0009 km² atau sebesar 4,9 persen. Perubahan penggunaan lahan non-terbangun beralih menjadi pemanfaatan lahan untuk permukiman, industri, pendidikan, perdagangan, dan jasa. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi berakibat pada berubahnya zona atau klaster spasial peri urban Lowokwaru. Dari hasil tersebut didapaati wilayah peri urban Lowokwaru memiliki klaster spasial/zona berupa Fringe, Outer fringe, Urban shadow zone.