Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

The Metaphor of Craving in the Tanha Vagga of the Dhammapada Scripture (Semantic Study of Buddhist Texts) Santi Paramita; Hesti Sadtyadi
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : the Faculty of Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.563 KB) | DOI: 10.15575/jw.v6i2.15707

Abstract

The purpose of this study is to describe: (1) Haley’s model of human perceptual space category used to create the metaphorical expression of craving in the Tanha Vagga verse of the Dhammapada scripture, (2) the distribution of Haley's category of human perceptual space that is most prominently used to create the metaphorical expression of craving in the Tanha Vagga verse of the Dhammapada scripture, (3) the state of the ecological system as seen in the metaphor of craving in the Tanha Vagga verse of the Dhammapada scripture based on the distribution of the use of the Haley’s category of the human perceptual space. This research is a descriptive-qualitative research, with Content Analysis technique. The data source is the Tanha Vagga Dhammapada Scripture. The results showed: (1) in the Tanha Vagga scripture Dhammapada there are 31 metaphors of craving that can be categorized into the five spaces of human perception according to Haley's model, including the categories of being, energy, terrestrial, object and living. (2) Based on the results of the distribution of the use of the Haley’s model of human perceptual space, it was found that the living category was the most prominent type of craving metaphor category with a percentage of 35.4%, (3) the percentage distribution results reflected the unbalanced state of the ecological system in the Tanha Vagga verses of Dhammapada. The metaphorical expression of craving in the Tanha Vagga of the Dhamapada scriptures is packaged in a metaphorical form which means controlling lust (taṇhā = Pali) which causes dukkha (suffering) and the cycle of rebirth (saṃsāra). Buddhism seeks to eliminate taṇhā to eliminate dukkha.
The Metaphor of Craving in the Tanha Vagga of the Dhammapada Scripture (Semantic Study of Buddhist Texts) Santi Paramita; Hesti Sadtyadi
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : the Faculty of Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.563 KB) | DOI: 10.15575/jw.v6i2.15707

Abstract

The purpose of this study is to describe: (1) Haley’s model of human perceptual space category used to create the metaphorical expression of craving in the Tanha Vagga verse of the Dhammapada scripture, (2) the distribution of Haley's category of human perceptual space that is most prominently used to create the metaphorical expression of craving in the Tanha Vagga verse of the Dhammapada scripture, (3) the state of the ecological system as seen in the metaphor of craving in the Tanha Vagga verse of the Dhammapada scripture based on the distribution of the use of the Haley’s category of the human perceptual space. This research is a descriptive-qualitative research, with Content Analysis technique. The data source is the Tanha Vagga Dhammapada Scripture. The results showed: (1) in the Tanha Vagga scripture Dhammapada there are 31 metaphors of craving that can be categorized into the five spaces of human perception according to Haley's model, including the categories of being, energy, terrestrial, object and living. (2) Based on the results of the distribution of the use of the Haley’s model of human perceptual space, it was found that the living category was the most prominent type of craving metaphor category with a percentage of 35.4%, (3) the percentage distribution results reflected the unbalanced state of the ecological system in the Tanha Vagga verses of Dhammapada. The metaphorical expression of craving in the Tanha Vagga of the Dhamapada scriptures is packaged in a metaphorical form which means controlling lust (taṇhā = Pali) which causes dukkha (suffering) and the cycle of rebirth (saṃsāra). Buddhism seeks to eliminate taṇhā to eliminate dukkha.
KAJIAN SEMIOTIKA PADA TRADISI MUTONI DAN RELEVANSINYA DENGAN DASA PUNNA KIRIYA VATTHU Ririn Ernawati; Santi Paramita
SABBHATÃ YATRA : Jurnal Pariwisata dan Budaya Vol 1 No 1 (2020): SABBHATA YATRA : Jurnal Pariwisata dan Budaya
Publisher : STABN Raden Wijaya Wonogiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/sabbhatayatra.v1i1.147

Abstract

Tradisi mutoni merupakan tradisi seorang nenek yang memiliki cucu lengkap melalui serangkaian ritual yang mengandung simbol penuh makna. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan makna simbol dan nilai tradisi mutoni. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Metode pengambilan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, serta metode pengambilan sampel snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan simbol yang ditemukan dalam tradisi mutoni mempunyai dua bentuk yaitu verbal dan non verbal. Bentuk verbal terdapat dua kelompok yaitu tanduk dan paritta. Bentuk non verbal terdapat dua kelompok yaitu benda dan kebiasaan. Makna simbol verbal adalah penghormatan kepada Triratna, perlindungan dan kesejahteraan hidup. Makna simbol non verbal cenderung mengartikan sifat manusia serta ajaran kebaikan dalam kehidupan seperti gotong royong, bersyukur, tanggung jawab dan kerukunan. Relevansi tradisi mutoni dalam Dasa Punna Kiriya Vatthu adalah terdapat nilai-nilai kedermawanan, moralitas, menghormati, melayani, melimpahkan jasa, bergembira atas jasa orang lain, dan meluruskan pandangan.
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Tri Lisnawati; Hariyanto; Santi Paramita
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 4 No. 2 (2018): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.781 KB) | DOI: 10.53565/pssa.v4i2.104

Abstract

Pada pembelajaran masih ada guru yang mengalami kesulitan dalam mengelola kegiatanpembelajaran. Hal itu dikarenakan kegiatan pembelajaran hanya mengarahkan siswa untuk membaca danmengingat teori saja sehingga membuat siswa menjadi kurang aktif dan hasil belajar siswa menjadi rendah.Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian, yaitu dengan menerapkanPendekatan Keterampilan Proses (PKP) pada proses pembelajaran pendidikan agama Buddha untukmeningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yangdilakukan di kelas VII SMP N 2 Susukan Kabupaten Banjarnegara yang berjumlah 5 siswa. Digunakanbeberapa instrumen untuk mengontrol kegiatan pembelajaran, yaitu lembar observasi, pedoman wawancara,dan soal tes. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatansetelah proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses. Melalui penerapan PKPdapat meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat pada hasil tes, yaitu pada Siklus I dengan nilai tertinggi75 dan pada Siklus II 98. Selain itu, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga mengalamipeningkatan yaitu 46,66% pada Siklus I menjadi 86,66% pada Siklus II. Kesimpulan hasil penelitian iniadalah proses pembelajaran dengan menerapkan PKP dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas VIISMP Negeri 2 Susukan Kabupaten Banjarnegara.
KAJIAN STILISTIKA DALAM KITAB SUCI DHAMMAPADA : (Representasi Gaya Bahasa Pada Syair-Syair Puppha Vagga dan Naga Vagga) Santi Paramita
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 6 No. 1 (2020): JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/abip.v3i1.174

Abstract

This book has a characteristic style of language that is different. Very rich in literary transfer, as well as his unique poetic expressions and additions to legendary stories when examined in the aspect of stylistics. This study aims to determine and describe the style of language and its functions used by the Buddha in the Dhammapada Scriptures, specifically Puppha Vagga and Naga Vaggha verses. This study uses a stylistic approach, which is an approach that departs from the assumption, that language has an important role and role in the presence of literary works. Data collection is done by observation-interpretation-note taking techniques, while the data analysis technique used is descriptive-qualitative technique. The results showed that the Buddha used the style of words and style of sentences and discourse. Word styles used include: figurative language and imagery. The figures of speech used include: simile, association, personification, and symbolic. Images that are used include visual images, feeling images, and olfactory images. The most dominant image of its use is the image of smell and feeling. The style of sentences and discourse used in the form of means of rhetoric include repetition and rhetorical questions. The dominant means of rhetoric are repetition and rhetorical questions. The implication of language style is in term of meaning
Strategi penyuluh Agama Buddha dalam mempertahankan keberlangsungan generasi muda Buddhis Sarwi Sarwi; Santi Paramita; Sudarto Sudarto
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 8 No. 1 (2022): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/pssa.v8i1.421

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi keberlangsungan generasi muda Buddhis di Desa Jrahi dan mendeskripsikan strategi penyuluh Agama Buddha dalam mempertahankan keberlangsungan generasi muda Buddhis di Desa Jrahi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian adalah penyuluh Agama Buddha, tokoh Agama Buddha dan pemuda Buddhis yang ada di Desa Jrahi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Terdapat faktor intern yaitu kesadaran, keyakinan, motivasi. Sedangkan faktor ekstern pengaruh teman motivasi dan contoh dari orang tua, penyuluh Agama Buddha maupun tokoh Agama Buddha, subsidi traportasi kegiatan, lingkungan keluarga dan teman sebaya. Strategi yang digunakan penyuluh Agama Buddha mendorong orang tua untuk memberikan nasehat serta motivasi kepada anak, mempersingkat waktu sembahyang serta mengadakan dan diskusi, mengaktifkan kegiatan di Vihara, meningkatkan keteladanan dari penyuluh Agama Buddha, mendorong remaja Buddhis untuk berorganisasi, memberikan pembinaan pada anak dari usia dini melalui sekolah minggu Buddha. Kata kunci: Strategi, Penyuluh Agama, Generasi Muda.
PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN MINAT ANAK MENYIMAK CERAMAH DHAMMA (DHAMMADESANA) DI KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH Santi Paramita
Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.527 KB) | DOI: 10.55115/widyacarya.v2i2.98

Abstract

The purpose of this research is to find out how the role of parents in instilling children'sinterest in listening to Dhamma sermon in Wonogiri Regency, also knowing the reason of a childis interested in listening to sermon of Dhamma. This study used qualitative research methods.The approach used is case studies. The role of parents in instilling children's interest in listeningto Dhamma sermon (dhammadesana), is carried out through the role of educating, guiding,habituating, giving and setting an example, in addition to involving children in pujabhaktiactivities. The thing that causes children to be interested in listening to Dhamma lectures is thecuriosity of the theme or the subject, the presence of lecturers, who are prominent or famous, inaddition to the attraction of the location or place of the Dhamma sermon. Another externalfactor that is not from the internal factor nor the parents either is from the teacher of Buddhisteducation who provides motivation.Keywords: Parents, children's interests, sermon of dhamma
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA RAGAM LISAN PARA DHAMMADUTA (STUDI KASUS DI KABUPATEN SEMARANG) Santi Paramita
Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya Vol 3, No 2 (2019): Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.598 KB) | DOI: 10.55115/widyacarya.v3i2.333

Abstract

This study aims to find out the variety of spoken languages used by the dhammaduta, thefunctions of various spoken languages used by the dhammaduta, and the understanding of thespoken language of the dhammaduta by Buddhists. This study uses qualitative research methods,with a case studies approach. The results of the study show that in various Dhamma sermonsfound a variety of standard and non-standard languages. The variety of languages is not the onethat dominates. The characteristic that can be found in it is the symptom of interference with theJavanese sentence pattern, there are symptoms of code switching and mixed code both in Paliand Javanese. Linguistic functions, forms of discourse whose nature is to inform, explain,strengthen, remind and so on. Language functions in dhamma sermons fulfill personal functions,fatigue functions, directive functions, referential functions, metalingual functions ormetalingualistic functions and imaginative functions. Factors that make listeners find it easierto understand are (1) The language of dhammadesana tends to be simple and straightforward,(2) Simple and actual dhamma-material material, (3) The way in which dhammaduta is deliveredand performed.
Analisis Makna Kegiatan Pujawalian Sebagai Proses Sosialisasi Kehidupan Sosial Beragama Umat Buddha Vihara Metta Mandala Kabupaten Banjarnegara Esther Wulandari; Santi Paramita; Danang Try Purnomo
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/pssa.v8i2.466

Abstract

Abstrak Kehidupan sosial beragama merupakan hal yang penting bagi umat Buddha Vihara Metta Mandala. Melalui kegiatan Pujawalian diharapkan dapat menjadi proses sosialisasi kehidupan sosial beragama umat Buddha Vihara Metta Mandala. Penelitian ini membahas tentang makna kegiatan Pujawalian sebagai proses sosialisasi pada kehidupan sosial beragama umat Buddha Vihara Metta Mandala Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data Analisis Makna Kegiatan Pujawalian Sebagai Proses Sosialisasi Kehidupan Beragama Umat Buddha Vihara Metta Mandala Kabupaten Banjarnegara akan dikumpulkan dengan observasi berpartisipasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik. Hasil penelitian menyatakan bahwa kegiatan Pujawalian merupakan kegiatan yang penting dalam menunjang proses sosialisasi kehidupan sosial beragama umat Buddha Vihara Metta Mandala Kabupaten Banjarnegara. Dengan adanya kegiatan Pujawalian ini umat Buddha menjadi lebih dekat, rutin melakukan ibadah sebagai makhluk beragama, serta dapat saling mendoakan satu sama lain. Oleh karena itu umat Buddha telah menjalani kehidupan sosial beragama dengan baik dengan kegiatan Pujawalian ini. Kata Kunci: Pujawalian, Sosialisasi, Sosial Beragama.
MAKNA SIMBOLIK RITUAL SOTOBA MAJELIS NICHIREN SHOSHU BUDDHA DHARMA INDONESIA (MNSBDI) Kajian Folklor Ratmawati Ratmawati; Junaidi Junaidi; Santi Paramita
SABBHATÃ YATRA : Jurnal Pariwisata dan Budaya Vol 3 No 2 (2022): SABBHATA YATRA : Jurnal Pariwisata dan Budaya
Publisher : STABN Raden Wijaya Wonogiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/sabbhatayatra.v3i2.676

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar belakang munculnya dan pelaksanaan ritual Sotoba, mendeskripsikan simbol-simbol dan fungsi pelaksanaan Sotoba bagi umat MNSBDI. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif naratif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Sotoba merupakan badan pencapaian kesadaran Buddha untuk almarhum, bersama Myohorengekyo. Sutra yang dipakai yaitu bab Upaya Kausalya dan Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata . Fungsi ritual Sotoba bagi masyarakat MNSBDI sebagai sistem proyeksi, angan-angan yaitu pemohon memperoleh karunia yang dapat dirasakan tujuh keturunan keatas dan tujuh turunan kebawah. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan. Ritual Sotoba sebagai pranata yang syah dalam tradisi doa kematian di MNSBDI, sebagai wujud pendidikan balas budi anak kepada orang tua serta sebagai wujud cinta kasih terhadap semua makhluk. Ritual Sotoba sebagai alat pemaksa bagi umat MNSBDI dan sebagai bentuk taat dengan ajaran yang ada di Saddharmapundarika-Sutra