Rudatin Windraswara
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Factors Related with Dengue Hemorrhagic Fever Incidence in 2008-2017 Angelina, Claudia Ratna; Windraswara, Rudatin
Unnes Journal of Public Health Vol 8 No 1 (2019): Unnes Journal of Public Health
Publisher : Universitas Negeri Semarang in cooperation with Association of Indonesian Public Health Experts (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.551 KB) | DOI: 10.15294/ujph.v8i1.26549

Abstract

Abstract   The number of cases of DHF in Indonesia from year to year tends to increase and the area of ​​spread is increasingly widespread. The incidence of DHF in the city of Semarang over the past 10 years (2008-2017) experienced fluctuations. The purpose of this study was to determine the factors that correlated with data on DHF incidents in Semarang City in 2008-2017. This research is a quantitative descriptive study with correlation study by using a type of time series analysis design. Data analysis was performed in univariate, bivariate by using Spearman correlation test, and multivariate by using Multiple Linear Regression test. The results showed that rainfall (r = 0.201; p = 0.028) and population density (r = -0.761; p = 0,000) correlated with DHF incidence data. Air temperature (r = -0,150; p = 0,103) and air humidity (r = 0,171; p = 0,062) did not correlate with DHF incident data. Rainfall, air temperature, air humidity, and population density had an effect of 62.8% on DHF incident data and the most influential factor is air humidity. The conclusion of this study is that rainfall and population density correlate with DHF incidence data, the most influential factor on DHF incidence data is air humidity. Abstrak Jumlah kasus DBD di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat dan daerah penyebarannya semakin luas. Angka kejadian DBD di Kota Semarang selama 10 tahun terakhir (2008-2017) mengalami fluktuasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan data kejadian DBD di Kota Semarang tahun 2008-2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan studi korelasi menggunakan jenis desain analisis seri waktu. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji korelasi Spearman, dan multivariat menggunakan uji Regresi Linier Berganda. Hasil menunjukkan bahwa curah hujan (r=0,201; p=0,028) dan kepadatan penduduk (r=-0,761; p=0,000) berhubungan dengan data kejadian DBD. Suhu udara (r=-0,150; p=0,103) dan kelembaban udara (r=0,171; p=0,062) tidak berhubungan dengan data kejadian DBD. Curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan kepadatan penduduk berpengaruh sebesar 62,8% terhadap data kejadian DBD dan faktor yang paling berpengaruh adalah kelembaban udara. Simpulan dari penelitian ini adalah curah hujan dan kepadatan penduduk berhubungan dengan data kejadian DBD, faktor yang paling berpengaruh terhadap data kejadian DBD adalah kelembaban udara.  
HYGIENE DAN SANITASI PEDAGANG JAJANAN DI LINGKUNGAN SD/MI Rosida, Nurur; Windraswara, Rudatin
Journal of Health Education Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Universitas Negeri Semarang cooperate with Association of Indonesian Public Health Experts (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jhe.v2i1.19114

Abstract

Latar Belakang: Permasalahan dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi awal pada pedagang jajanan yang tidak memenuhi syarat hygiene dan sanitasinya serta terdapat 4 sampel jajanan, diketahui 2 jajanan (50%) mengandung positif bakteri coliform.Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang jajanan SD/MI Kelurahan Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Instrumen yang digunakan yaitu uji laboratorium, observasi dan checklist. Analisis dilakukan secara univariat.Hasil: Hasil penelitian higiene penjamah makanan tidak memenuhi syarat 1 responden (8,33%), higiene penjamah memenuhi syarat 11 responden (91,67%), sanitasi peralatan tidak memenuhi syarat 10 responden (83,33%), sanitasi peralatan memenuhi syarat 2 responden (16,67%), sanitasi tempat tidak memenuhi syarat 10 responden (83,33%), sanitasi tempat memenuhi syarat 2 responden (16,67%).Simpulan: Gambaran hygiene pedagang jajanan sudah memenuhi syarat tetapi hanya ada 1 responden memiliki hygiene yang buruk. Sedangkan gambaran sanitasi pedagang jajanan belum memenuhi syarat.
PENGEMBANGAN INDIKATOR SEKOLAH TANGGUH DBD Prisklatiwi, Rengganis; Windraswara, Rudatin; Budiono, Irwan
Journal of Health Education Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Semarang cooperate with Association of Indonesian Public Health Experts (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jhe.v3i1.19835

Abstract

Latar belakang : Puskesmas Rowosari adalah puskesmas dengan IR DBD tertinggi di Kecamatan Tembalang. Penderita DBD pada tahun 2014 sampai 2016 mengalami peningkatan dan sebagian besar terjadi pada anak sekolah. Berdasarkan data pemantauan jentik, ditemukan 8 sekolah positif jentik di bak mandi, ember, dan penampung limbah kulkas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui rancangan indikator Sekolah Tangguh DBD. Metode : Metode Research and Development pendekatan deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah lembar checklist, lembar validasi, lembar angket dan pedoman wawancara. Analisis data yaitu analisis deskriptif dan analisis kualitatif.  Hasil: Indikator telah divalidasi oleh ahli dengan rata-rata penilaian 82,58 % yang artinya telah teruji dan dapat dilanjutkan. Uji coba skala kecil dilakukan pada 2 sekolah dasar dengan rata-rata 90,62 % yang artinya layak digunakan sebagai instrumen penilaian Sekolah Tangguh DBD. Hasil menunjukkan dari 15 sekolah dasar rata-rata penilaian Sekolah Tangguh DBD sebesar 72,53 % (kategori rawan risiko rendah DBD). Temuan untuk masing- masing indikator yaitu sarana dan prasarana 73%, praktik PSN 54%, keberadaan jumantik 70,67 %, kebijakan sekolah 82%, dan dukungan operasional 78,33%. Simpulan : Rancangan indikator Sekolah Tangguh DBD dalam penelitian ini meliputi sarana dan prasarana, praktik PSN, keberadaan jumantik, kebijakan sekolah dan dukungan operasional .
ANALISIS DAERAH RAWAN AIR DAN RAWAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA DAERAH PADAT PENDUDUK DENGAN WATER STRESS INDEX CALCULATION Windraswara, Rudatin; Rizki, Ani Fatkhi
Journal of Health Education Vol 2 No 2 (2017)
Publisher : Universitas Negeri Semarang cooperate with Association of Indonesian Public Health Experts (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jhe.v2i2.22615

Abstract

Latar Belakang: Selama 20 tahun terakhir, metodologi untuk mengukur akses terhadap air bersih telah berkembang pesat. Pada sisi yang lain, index air yang ada belum mengeksplorasi secara lang­sung tentang bagaimana pengaruh dari nilai indikator air terhadap dampak kesehatan masyarakat masyarakat, misalnya dengan banyaknya kasus penyakit berbasis lingkungan seperti diare, kolera, disentri, tifoid, trakoma, skabies, infeksi mata dan kulit. Metode: Metode penentuan rawan air mengacu pada perhitungan Water Poverty Index dan Water Stress Index yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dengan mempertimbangkan aspek ke­jadian penyakit. Hasil: Hasil penelitian mendapatkan bahwa ada variasi tingkat kerawanan air sangat tinggi (RW II dan RW III) dan tinggi (RW IV dan RW V) dan bertepatan dengan tingginya angka kejadian pen­yakit berbasis air di lokasi yang sama. Simpulan: terdapat potensi bahwa dalam penentuan status kerawanan air (WSI) diperlukan juga analisis tambahan berupa angka kejadian penyakit untuk melengkapi indeks perhitungan air.
Kondisi Sanitasi Lingkungan Kolam Renang, Kadar Sisa Khlor, dan Keluhan Iritasi Mata Rozanto, Novan Esma; Windraswara, Rudatin
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) Vol 1 No 1 (2017): HIGEIA
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondisi sanitasi lingkungan dan kualitas air kolam renang merupakan aspek penting yang harus dikelola untuk mencegah penyebaran bibit penyakit dan gangguan kesehatan di lingkungan kolam renang. Sisa khlor dalam air kolam renang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme patogen namun jika kadarnya berlebihan dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi perenang seperti keluhan iritasi mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan kolam renang, kadar sisa khlor, dan keluhan iritasi mata pada perenang di beberapa kolam renang umum Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 85 orang yang ditentukan dengan teknik proportional random sampling. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sanitasi lingkungan di kolam renang lokasi penelitian telah memenuhi syarat, namun kadar sisa khlor tidak memenuhi syarat sesuai standar Permenkes RI No.416 tahun 1990. Jumlah reponden yang mengalami keluhan iritasi mata setelah berenang sebanyak 56 orang. Pengguna kolam renang disarankan untuk menghindari kebiasaan buruk seperti buang air kecil sembarangan di dalam kolam renang dan disarankan untuk menggunakan kacamata renang sewaktu malakukan aktivitas berenang untuk menghindari gangguan iritasi mata akibat kontak dengan air kolam renang. Kata Kunci: Sanitasi lingkungan kolam renang, kadar sisa khlor, keluhan iritasi mata Environmental  sanitation  and  quality  of  the  pool  water  is  an  important  subject  that  must  be managed to prevent the spread of germs and illness in the pools area. Residual chlorine in the pool water  is  needed  to  kill  the  pathogens,  but  its  excessive  levels  can  cause  health  problems  for  swimmers.  The  purpose  of  this  study  was  to  determine  the  sanitary  condition  of  the  pool environment,  the  levels  of  residual  chlorine,  and  complaints  of  eye  irritation  in  swimmers  in  several public swimming pools in Semarang. This study used a cross-sectional research design. The  total  sample  in  this  research  were  85  people  who  were  determined  by  proportional  random sampling  technique.  The  results  showed  that  condition  of  the  pool  environment  in  the  research  location  had  been  eligible,  but  the  levels  of  residual  chlorine  was  not  eligible  according  to  the  standards of Permenkes RI No.416 Tahun 1990. The total of respondents who had complaints of  eye irritation after swimming were 56 people. The swimmers was suggested to avoid bad  behavior such  as  pee  carelessly  in  the  pool  and  should  have  used  goggles  during  swimming  to  avoid  eye irritation after contact with the pool water. Keyword: environmental sanitation  pools, levels of residual chlorine, eye irritation complaints  
Lingkungan Tempat Perindukan Nyamuk Culex quinquefasciatus di Sekitar Rumah Penderita Filariasis Harviyanto, Imaduddin Zaid; Windraswara, Rudatin
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) Vol 1 No 2 (2017): HIGEIA
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Pekalongan adalah salah satu kota di Jawa Tengah dengan banyak penderita filariasis (Mf rate 3,8%). Puskesmas Jenggot merupakan puskesmas dengan kasus terbanyak. Culex quinquefasciatus merupakan nyamuk yang mempunyai kepadatan populasi tertinggi. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran lingkungan tempat perindukan nyamuk Culex quinquefasciatus di sekitar rumah penderita filariasis. Jenis dan rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Populasi dan sampel adalah seluruh penderita filariasis di wilayah kerja Puskesmas Jenggot berdasarkan Survey Darah Jari tahun 2016 dengan jumlah 21 orang. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Hasil dari penelitian ini adalah sebanyak 42,9% rumah responden terdapat genangan air dan berjarak 0100 meter dari rumahnya. Sebanyak 100% rumah responden terdapat sungai dengan jarak 0-100 meter dan airnya mengalir. Sungai yang ada sampahnya terdapat di 76,2% rumah responden. Sebanyak 66,7 % rumah responden terdapat bekas potongan bambu di sekitar rumahnya dengan jarak 0-100 meter. Sebanyak 66,7% rumah responden terdapat selokan di sekitar rumahnya dengan kondisi terbuka. Kondisi selokan yang terdapat sampah sebanyak 57,1%. Air selokan tidak mengalir di 47,6 % rumah responden. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tempat perindukan yang paling banyak disukai oleh nyamuk adalah bekas potongan bambu. Kata Kunci: filariasis, lingkungan, tempat perindukan, Culex quinquefasciatus Pekalongan is one of the cities in Central Java with a lot case of filariasis (Mf rate of 3.8%). Puskesmas Jenggot is a health center with a lot of cases. Culex quinquefasciatus is mosquito which has the highest population density. This research was conducted to obtain information on the environment of Culex quinquefasciatus mosquito breeding sites around the home filariasis sufferers. The type and design of this research is descriptive quantitative with survey method. The sample population was all patients with filariasis in Puskesmas Jenggot with the number of 21 people. The results of this study are 42,9% respondents there’s puddle of water with a distance of 0-100 meters. A total of 100% respondents there’s a river with a distance of 0-100 meters, the water flows, and waste contained at 76.2% of respondent houses. A total of 66.7% respondents, there’re pieces of bamboo with a distance of 0-100 meters. A total of 66,7% respondents, there’re gutters around the house with an open condition. Conditions contained gutter trash are 57,1%. Sewer water is not flowing in the house 47,6% of respondents. The conclusion in this research is breeding place which most like by mosquitos is a pieces of bamboo. Keywords: filariasis, environment, breeding, Culex quinquefasciatus
Analisis Spasial Faktor Risiko Lingkungan dengan Kejadian Kusta di Wilayah Pesisir Idayani, Titik Nur; Windraswara, Rudatin; Prameswari, Galuh Nita
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) Vol 1 No 4 (2017): HIGEIA
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Rembang merupakan salah satu kabupaten yang endemis kusta dengan angka prevalensi 1,24/10.000 penduduk. Kecamatan Kragan dan Sarang merupakan dua kecamatan dengan prevalensi tertinggi yaitu sebesar 1,36/10.000 penduduk dan 9,41/10.000 penduduk. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian kusta adalah faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran spasial aspek lingkungan dengan kejadian kusta di Kecamatan Kragan dan Sarang yang tersebar di 14 wilayah desa. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan deskriptif. Sampel yang ditetapkan sebesar 19 kasus. Analisis data menggunakan analisis spasial dengan teknik overlay dan Average Nearest Neighboor (ANN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 11 responden tersebar di 9 desa dengan cakupan rumah sehat kurang baik (64,2%), sebesar 16 responden bertempat tinggal di dekat area persawahan (84,2%) dan 11 responden tinggal di dekat area perairan (57,9%) serta diketahui pola persebaran penyakitnya yaitu mengelompok dengan jarak terdekat 0 km dan jarak rata-ratanya 1,3 km. Kesimpulan penelitian ini yaitu lokasi persebaran kusta lebih banyak berada di dekat area persawahan dan pada desa yang cakupan rumah sehatnya kurang baik. Kata kunci: Kusta, Lingkungan, Tata Ruang Rembang is one of leprosy endemic district with the prevalence 1,24/10.000 population. Kragan and Sarang are two of subdistricts with the highest prevalence of 1.36/10.000 and 9.41/10.000 population. One of the factors that affect leprosy is environmental. The purpose is to know the description of environmental aspects with leprosy in Kragan and Sarang which spread in 14 villages. The type of this research is observational using descriptive approach. The samples were 19 cases. Data analysis was using spatial analysis with overlay technique and Average Nearest Neighboor. The result showed that 11 respondents were spread in 9 villages with coverage of healthy house did below health standard (64.2%), 16 respondents lived close to field area (84.2%), and 11 respondents lived close to water area (57.9%) and known that spread of leprosy pattern is clustered with a nearest distance and the average is 0 km and 1.3 km. The conclusion is the location distribution of leprosy more in the field area and villages with coverage of healthy house did below health standard. Keywords: Leprosy, Environment, Spatial
Distribusi Spasial Vektor Potensial Filariasis dan Habitatnya di Daerah Endemis Fitriyana, Fitriyana; Sukendra, Dyah Mahendrasari; Windraswara, Rudatin
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) Vol 2 No 2 (2018): HIGEIA
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/higeia.v2i2.17851

Abstract

Abstrak Desa Bedono merupakan wilayah desa endemis filariasis di Kabupaten Demak sejak tahun 2016 dengan mf rate sebesar >1%. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 dan bertujuan menggambarkan vektor potensial filariasis dan habitatnya yang dilihat secara spasial. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan survei entomologi, pengambilan titik subjek, dan objek penelitian menggunakan GPS. Data dianalisis dengan analisis univariat dan secara spasial/pemetaan dengan perangkat Sistem Informasi Geografis (GIS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa vektor potensial filariasis yaitu Culex vishnui dengan distribusi tertinggi pada area pemukiman. Habitat vektor potensial filariasis berupa drum air, selokan, kolam ikan, ban bekas, tambak, dan tempat minum ternak. Distribusi keberadaan habitat perkembangbiakan nyamuk paling banyak ditemukan di Dusun Morosari yang menyebar di jarak 100 meter dari kasus filariasis. Simpulan penelitian ini yaitu nyamuk yang berpotensi sebagai vektor filariasis di Desa Bedono adalah Culex vishnui dengan habitat terbanyak di area pemukiman (terutama Dusun Morosari). Abstract Bedono village was categorized as a fialriasis endemic region in Demak regency since 2016 with mf rate of > 1%. The study was conducted in 2017 and it was purposed to plot the spread of disease vector and its habitat through mapping. This research was an observational research with descriptive method as its research design. Data collection was conducted by entomological survey and GPS marking. Data were analyzed using univariate analysis and spatial analysis with GIS. The result shown that the potential vector of filariasis was Culex vishnui. The breeding places of the potential vector was a water drum, an open sewerage, a fish pond, used tires, ponds, and livestock. The distribution of mosquito breeding habitat was mainly found in Morosari which is spread in a distance of 100 metres from filariasis cases. The conclusion of the research that the potential vector of filariasis was Culex vishnui with the most habitat of Culex vishnui in settlement area (especially in Morosari Village). Keyword : Vector, Habitat, Bedono, Filariasis, spatial
KETERLIBATAN KOMUNITAS DALAM PERENCANAAN SANITASI PADA DAERAH RAWAN BENCANA Windraswara, Rudatin
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 5, No 1 (2009)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v5i1.1861

Abstract

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memasukkan peran komunitas dalam pe-rencanaan sanitasi pada daerah rawan bencana yang difasilitasi oleh sanitarian sebagai bagian dari cabang ilmu kesehatan masyarakat. Seorang sanitarian harus dapat menerapkan ilmu dan prinsip sanitasi dengan tetap mempertimbangkan aspek pemberdayaan masyarakat. Beberapa instrumen yang digunakan sebagai alternatif dalam usaha melibatkan komunitas dalam perencanaan dan penerapan program adalah sebagai berikut: pertemuan informal, kuesioner, diskusi kelompok terfokus, pertemuan komunitas, dan pelatihan. Tahapan dalam menerapkan program perencanaan sanitasi berbasis masyarakat pada daerah rawan bencana adalah penilaian dan inventarisasi, penyusunan rencana, membentuk komunitas sanitasi lokal, pelatihan, evaluasi pelatihan, simulasi/implementasi, pemantauan, pelaporan, evaluasi, dan yang terakhir adalah rekomendasi untuk perbaikan.  AbstractThe purpose of this study is to incorporate the role of communities in planning sa-nitation in disaster prone areas, facilitated by the sanitarian as part of a branch of public health sciences. In order to achieve the goal well, a sanitarian must be able to apply the principles of sanitary sciences and keeping in mind aspects of community empowerment. Some of the instruments used as an alternative in an effort to involve communities in planning and implementing the program are as follows: Informal meetings, quetionarre, focused group discussion, community meetings, and training. Stages in implementing community-based sanitation planning in disaster prone areas are the assessment and inventory, the preparation of the plan, form a community of local sanitation, training, evaluation, training, simulation / implementation, monitoring, reporting, evaluation, and the last is the recommendation for improvement.Keywords: Planning; Sanitation; Community; Disaster
PENGEMBANGAN PROGRAM TRANSPORTASI HIJAU PENDUKUNG MOBILITAS DAN KINERJA CIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Prihanto, Teguh; Liesnoor, Dewi; Windraswara, Rudatin
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 12, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v12i2.5418

Abstract

Lingkungan kampus merupakan tempat publik yang penting di mana banyak orang beraktivitas selama sehari penuh. Salah satu pendukung utama dari pergerakan manusia dan barang adalah transportasi yang efektif dan efisien. Transportasi Internal, Infrastruktur dan Mobilitas menjadi hal penting dalam kerangka untuk mengetahui kinerja sebuah sistem transportasi internal dan implementasinya di lapangan. Beberapa hal yang terkait dengan kajian meliputi tiga aspek yaitu: (1) sistem tata kelola transportasi internal; (2) sarana prasarana transportasi internal dan (3) pergerakan pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengembangkan sarana prasarana pendukung program transportasi hijau; (2) Mengembangkan kesehatan lingkungan kampus Unnes yang optimal; (3) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung mobilitas civitas akademika Unnes; dan (4) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung kinerja civitas akademika Unnes. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan desain riset dan pengembangan (research and development/ R and D) dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipandang sangat tepat karena berkaitan dengan tujuan umum penelitian yaitu: (1) Mengembangkan sarana prasarana pendukung program transportasi hijau; (2) Mengembangkan kesehatan lingkungan kampus Unnes yang optimal; (3) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung mobilitas civitas akademika Unnes; (4) Mengembangkan sistem transportasi hijau yang mendukung kinerja civitas akademika Unnes. Berdasarkan identifikasi kondisi di lapangan, sistem transportasi internal Kampus Unnes di Sekaran sebagian telah terimplementasi dalam bentuk elemen-elemen fisik, yaitu infrastruktur transportasi internal Kampus Unnes, sarana transportasi dan sistem pengaturannya. Meski telah tersedia, sarana dan infrastruktur masih belum optimal dalam mendukung pergerakan dan kenyamanan civitas akademika sebagai pengguna. Kenyamanan civitas akademika dan kesehatan lingkungan juga dipengaruhi oleh tingkat polutan yang ada dalam kawasan kampus.