Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

INVENTARISASI POTENSI OBYEK DAYA TARIK WISATA DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI DESA KIRAM KABUPATEN BANJAR M Yunus Agisna Iswan; Abdi Fithria; Mufidah Asy'ari
Jurnal Sylva Scienteae Vol 3, No 5 (2020): Jurnal Sylva Scienteae Vol 3 No 5, Edisi Oktober 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.789 KB) | DOI: 10.20527/jss.v3i5.2544

Abstract

The purpose of this study to inventory potential tourist attraction objects and map them. Assessing community perceptions in developing tourist attraction objects. In this study using the method of observation, interviews or questionnaires, documentation, analyzing data using Geographic Information Systems (GIS) and tabulating data that produced research results in the form of Kiram Village Tourism Object map and community perceptions of Kiram Village on the development of Tourism Attractions in the village of Kiram. Results of Inventory of Tourist Attraction Objects in Kiram Village There are 7 Tourism Objects, namely: Kiram Park, Community Plantation, Gunung Mawar, Mount Pamaton, Animal Husbandry Honey Bee, ULM Dam, and Bamboo Rafting. The results of the community perception in the development of the Tourist Attraction Object in Kiram Village were strongly agreed (50%) and agreed (50%).Keyword : Kiram Village, Inventory of Tourist Attraction Objects, Community Perception, Development of Tourist Attraction Objects
PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA PERMUKAAN TANAH DI BERBAGAI JALUR HIJAU KECAMATAN BANJARBARU UTARA KOTA BANJARBARU Danial Danial; Wahyuni Ilham; Mufidah Asy'ari
Jurnal Sylva Scienteae Vol 2, No 4 (2019): Jurnal Sylva Scienteae Vol 2 No 4, Edisi Agustus 2019
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.963 KB) | DOI: 10.20527/jss.v2i4.1847

Abstract

Most contributors to carbon dioxide are generally in urban areas this is due to pollution from motorized vehicles and industries that produce large amounts of carbon dioxide. The problem of carbon in urban areas can be overcome by building a green open space one of them by creating a green lane. The existence of green lines plays a role in efforts to increase  absorption through photosynthesis, the photosynthesis results, among others are stored in the form of biomass which makes the vegetation grow to be larger or higher. This study aims to identify plant species in the green line and analyze the potential of biomass and carbon stored in the green path of the northern banjarbaru sub-district. Based on observational data in the field there are 13 types of plants that grow in the green lane of the northern banjarbaru sub-district and the type grows the most is the type of angsana (Pterocarpus indicus) as many as 98 plants. The overall biomass content is 3606.36 tons/ha while the stored carbon content is 1474.92 tons/ha.Key words: Biomass, Carbondioxide
Pemanfaatan Pekarangan Dengan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Sekitar KHDTK ULM Arfa Agustina Rezekiah; Adi Rahmadi; Abdi Fithria; Hafizianor Hafizianor; Mufidah Asy'ari
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i1.5076

Abstract

Desa Mandiangin Timur memiliki luas wilayah kurang lebih 85.000 ha, berjarak 7 Km dari Kecamatan Karang Intan. Desa Mandiangin Timur berbatasan dengan Desa Padang Panjang di Sebelah selatan. Berbatasan dengan Desa Awang Bangkal Barat di Sebelah Timur, Desa Kiram di sebelah Selatan dan Desa Mandiangin Barat di Sebelah Barat.  Desa Mandiangin Timur merupakan salah satu desa yang berada di sekitar KHDTK ULM.   Selama ini masyarakat desa kurang optimal dalam memanfaatkan lahan pekarangan, mereka menanami pekarangan hanya dengan pohon rambutan atau mangga dan masih banyak lahan kosong yang tidak digunakan secara optimal.  Permasalahan yang dialami mitra adalah a) rendahnya pengetahuan dan keterampilan inovatif dalam budidaya tanaman obat, b) rendahnya pengetahuan tentang tanaman obat dan cara bertani, c) kurangnya pengetahuan tentang pelestarian tanaman obat.  Tujuan kegiatan PKM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan anggota kelompok mitra tentang budidaya dan pemeliharaan tanaman berkhasiat obat. Solusi dalam program ini adalah a) penyuluhan tentang tanaman obat di pekarangan, b) transfer teknologi dengan demonstrasi plot, c) praktek penataan pekarangan dengan system blok.  Metode yang digunakan dalam kegiatan PKM ini terdiri dari penyuluhan, pelatihan budidaya dan pemeliharaan TOGA, penanaman TOGA pada demplot. Hasil yang diperoleh berupa peran serta mitra dalam kegiatan paket teknologi intensifikasi TOGA yang dapat diterapkan masyarakat (mitra) untuk pemanfaatan lahan pekarangan.. Kata kunci: Pekarangan, tanaman obat keluarga, Kesehatan, KHDTK ULM 
STRATEGI KEBIJAKAN PEMANTAPAN KAWASAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) MODEL KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Jovan Sofyan; Mahrus Aryadi; Mufidah Asy'ari
Jurnal Hutan Tropis Vol 4, No 1 (2016): Jurnal Hutan Tropis Volume 4 Nomer 1 Edisi Maret 2016
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1665.564 KB) | DOI: 10.20527/jht.v4i1.2881

Abstract

The purpose of this study is to identify the policies and processes related to the consolidation of forest land in the area KPHL Model Kapuas, and formulate strategies stabilization policy in the area of forest area KPHL Model Kapuas. Identification Policies and Processes Forest Area Consolidation is done by collecting data regulations regarding clarification of the forest area. Forest Area Stabilization Policy strategy using SWOT analysis to reveal the internal factors and external factors that are considered important in achieving the goal, which is to identify the strengths, weaknesses, opportunities and threats. The results of the identification of policies and clarification of forest areas shows that the internal forces KPHL Model Kapuas is their legislation, activities boundaries of land has been gathering bracelet and the strong position of KPHL in RTRWP, while the chances of the external is the absence of government support through the process of accelerating the inauguration of forest area , The model is a progressive strategy employed is to speed up the gazetting of forest areas through mapping and determination of the results of the boundary area KPHL Model Kapuas.Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kebijakan dan proses yang berkaitan dengan pemantapan kawasan hutan di areal KPHL Model Kapuas, dan merumuskan strategi kebijakan pemantapan kawasan hutan di areal KPHL Model Kapuas.  Identifikasi Kebijakan dan Proses Pemantapan Kawasan Hutan dilakukan dengan mengumpulkan data-data peraturan yang berlaku terkait proses pemantapan kawasan hutan. Strategi Kebijakan Pemantapan Kawasan Hutan menggunakan analisis SWOT dengan mengungkapkan faktor internal dan faktor eksternal yang dianggap penting dalam mencapai tujuan, yaitu dengan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Hasil identifikasi kebijakan dan proses pemantapan kawasan hutan menunjukan bahwa kekuatan internal KPHL Model Kapuas adalah adanya peraturan perundang-undangan, kegiatan tata batas kawasan hutan telah temu gelang serta kuatnya posisi KPHL dalam RTRWP, sedangkan peluang eksternalnya adalah adanya dukungan pemerintah melalui proses percepatan pengukuhan kawasan hutan. Model strategi yang ditempuh adalah progresif yaitu dengan mempercepat proses pengukuhan kawasan hutan melalui pemetaan dan penetapan hasil tata batas areal KPHL Model Kapuas.
PEMETAAN BIOMASSA TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS DI BUKIT MANDIANGIN MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-2 MSI Mufidah Asy’ari; Syam’ani Syam’ani; Trisnu Satriadi
Jurnal Hutan Tropis Vol 9, No 3 (2021): JURNAL HUTAN TROPIS VOLUME 9 NOMER 3 EDISI NOVEMBER 2021
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v9i3.12318

Abstract

The preservation of standing biomass is one of the most vital elements for environmental sustainability and the sustainability of the forest itself. One of the actions that can be taken in an effort to maintain the sustainability of forest stand biomass is to map the distribution of biomass, and monitor changes or dynamics of stand biomass from time to time in a sustainable manner. This study aims to build a model based on remote sensing imagery to estimate the total biomass of tropical rainforest stands in Mandiangin Hill, South Kalimantan. The models developed in this study are based on vegetation indices extracted from Sentinel-2 MSI Imagery. A total of ten vegetation indices were tested in this study. For the construction process and validation of stand biomass estimation models, biomass information was measured directly in the field using a number of measuring plots. Stand biomass estimation models were made by correlating stand biomass information from the field with vegetation indices from Sentinel-2 MSI Imagery. The results showed that the most accurate model for estimating the biomass of tropical rainforest stands was 9.5806.exp (0.1454.PSSRa). Where PSSRa is Pigment Specific Simple Ratio. This model has a correlation coefficient (R2) of 0.876, a Mean Absolute Percentage Error (MAPE) of 16.8%, and a Root Mean Square Error (RMSE) of 32.6. The estimation results show that the total biomass of the Bukit Mandiangin tropical rainforest stands is between 11.7 to 998.5 Mg/ha, with an average biomass of 135.8 Mg/ha. Furthermore, the estimation of stand biomass in this study is limited to woody vegetation with a DBH of 10 cm and above. The PSSRa model with various improvements can be used to accurately estimate stand biomass
ESTIMASI BIOMASSA TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS DI BUKIT MANDIANGIN MENGGUNAKAN METODE INTERPOLASI SPASIAL Mufidah Asy’ari; Syam’ani Syam’ani; Trisnu Satriadi
Jurnal Hutan Tropis Vol 10, No 3 (2022): Jurnal Hutan Tropis Volume 10 Nomer 3 Edisi November 2022
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v10i3.14975

Abstract

.  Biomassa atau cadangan karbon merupakan salah satu indikator kelestarian tegakan hutan. Kuantitas biomassa yang stabil dan proporsional mengindikasikan kelestarian hutan berada dalam kondisi yang baik. Dalam rangka menjaga kelestarian hutan, pihak-pihak terkait dituntut untuk selalu aktif di dalam pemantauan hutan, salah satunya adalah kondisi biomassa tegakan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sejumlah metode interpolasi spasial untuk mengestimasi distribusi biomassa tegakan hutan hujan tropis di Bukit Mandiangin, Kalimantan Selatan. Interpolasi spasial bertujuan untuk mengatasi keterbatasan data sampel di lapangan pada wilayah hutan yang luas. Beberapa metode interpolasi spasial diimplementasikan didalam penelitian ini, yaitu IDW, GPI, RBF, LPI, dan Kriging. Sebanyak 50 plot sampel dibuat di lapangan untuk mengukur biomassa tegakan hutan. Meskipun ketika dianalisis semivariogram, hanya 40 titik sampel diantaranya yang dapat diikutsertakan didalam analisis, sebanyak 30 titik dijadikan sebagai training samples untuk input interpolasi spasial dan 10 titik dijadikan sebagai testing samples untuk validasi hasil interpolasi. Validasi hasil interpolasi spasial dilakukan menggunakan MAPE dan RMSE. Hasil riset menunjukkan bahwa IDW dengan nilai power 2 merupakan metode interpolasi spasial yang paling optimal untuk estimasi biomassa tegakan hutan. Disamping memiliki MAPE dan RMSE yang cukup kecil, IDW juga lebih praktis dibandingkan dengan metode-metode interpolas spasial lainnya. Metode lainnya yang dapat dijadikan sebagai alternatif selain IDW untuk biomassa tegakan hutan adalah RBF dengan fungsi inti Completely Regularized Spline dan Empirical Bayesian Kriging dengan fungsi inti Linear. Lebih jauh, untuk mendapatkan hasil interpolasi spasial yang lebih akurat, titik-titik sampel harus dibuat lebih banyak dan tersebar lebih merata di dalam wilayah yang akan diestimasi.
KLAS BONITA DAN KLAS HUTAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) DI KECAMATAN TAMBANG ULANG KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Mustika Wati; Mufidah Asy'ari; Suyanto Suyanto
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 3 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 3 Edisi Juni 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i3.9228

Abstract

Teak plants are managed on privately owned land since 2004 until now. The type of teak is based on the regeneration of seeds originating from Forestry Service Tanah Laut District. Maintenance of Teak plants is not given enough attention, this will inhibit the growth of Teak plants. The method used for data collection was using forest treatises with a plot measuring circle with a radius of 7.04. delineation results on satellite imagery (2021) on the screen show that there are 3 (three) different growth classes. Based on visual observation of hue levels/gradations and then field inspection, results indicated the growth classes f teak stands, namely poor, medium and good classes. Teak plants are identical to the Bonita class and the forest class where the Bonita value is searched based on the Bonita graph with input: height and age. While the forest class searched based on the combination table with inputs: KBD, DKn, and age. The poor growth class belongs to the Bonita class I which has a height of 8 meters, KBD 0.118, DKn 0.4 and belongs to the MR forest class (poor increment). Medium growth belongs to the Bonita III class which has a height of 18.1 meters, KBD 1.007, DKn 1.15 and belongs to the KU forest class (age class). As well as good growth, it belongs to the Bonita IV class which has a height of 22.5 meters, KBD 2,340, DKn 2.3 and belongs to the forest age class (KU), the greater the number of Bonita, the more fertile the soil.Tanaman jati dikelola pada lahan milik pribadi dari tahun tanam yaitu tahun 2004 sampai sekarang. Jenis tanaman jati berdasarkan regenerasi dari bibit yang berasal dari pembagian Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Laut. Pemeliharaan pada tanaman jati ini kurang diperhatikan, hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman jati tersebut. Metode yang dilakukan dalam pengambilan data menggunakan risalah hutan dengan plot ukur lingkaran jari-jari 7,94. Hasil delineasi pada citra satelit (2021) secara on screen menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) klas pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap tingkatan/gradasi rona dan kemudian dilakukan pemeriksaan di lapangan, maka hasilnya mengindikasikan klas pertumbuhan tegakan jati, yaitu klas jelek, sedang dan baik. Tanaman jati identik dengan klas bonita dan klas hutan dimana nilai bonita dicari berdasarkan grafik bonita dengan input: peninggi dan umur. Sedangkan klas hutan dicari berdasarkan tabel kombinasi dengan input: KBD, DKn dan umur. Pada pertumbuhan klas jelek termasuk kedalam klas bonita I yang memiliki peninggi 8 meter, KBD 0.118, DKn 0.4 dan termasuk klas hutan MR (miskin riap). Pada pertumbuhan sedang termasuk kedalam klas bonita III yang memiliki peninggi 18,1 meter, KBD 1,007, DKn 1,15 dan termasuk klas hutan KU (klas umur). Serta pada pertumbuhan baik termasuk kedalam klas bonita IV yang memiliki peninggi 22,5 meter, KBD 2.340, DKn 2.3 dan termasuk klas hutan KU (klas umur), semakin besar angka bonita maka tanah semakin subur.
IDENTIFIKASI POTENSI EROSI BERDASARKAN NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX (NDVI) DAN SLOPE DI DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SUB-SUB DAS RIAM KANAN SUB DAS MARTAPURA DAS BARITO Annisa Firdianti Aprilia Pribadi; Eko Rini Indrayatie; Mufidah Asy'ari
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 4 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 4 Edisi Agustus 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i4.9992

Abstract

Land use change or land change can affect the ability of land to resist erosion. Vegetated land has a stronger erosion resistance than non-vegetated land. The level of criticality of an area's land can be seen from the amount of erosion. This study is purposely to identidy areas that have the potential for erosion based on their greenness index and also their slope. The method used is integration between NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) and Slope by utilizing Landsat 8 satellite imagery recorded in 2014, Sentinel 2A satellite imagery recorded in 2018 and 2021, and Digital Elevation Model (DEM) data. Based on the analysis, it was found that the class levels of erosion potential were different in the three periods. The results showed that the Riam Kanan catchment area was dominated by very light erosion potential classes because the Riam Kanan catchment area was still dominated by green land. The potential for very light erosion occurs on predominantly green or vegetated lands such as secondary forests and rubber plantations. Meanwhile, the heavy erosion potential class occurs on land with minimal vegetation such as shrubs and mining landAlih fungsi lahan atau perubahan lahan dapat mempengaruhi kemampuan lahan dalam menahan erosi. Lahan yang bervegetasi memiliki kemampuan menahan erosi lebih kuat dari pada lahan tidak bervegetasi. Tingkat kekritisan lahan suatu daerah dapat dilihat dari besaran erosinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi erosi berdasarkan indeks kehijauan dan juga kelerengannya. Metode yang digunakan adalah pengintegrasian antara NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan Slope dengan memanfaatkan citra satelit Landsat 8 perekaman tahun 2014, citra satelit Sentinel 2A perekaman tahun 2018 dan 2021, serta data Digital Elevation Model (DEM).  Berdasarkan analisis didapatkan tingkatan kelas potensi erosi yang berbeda-beda dalam tiga periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di DTA Riam Kanan didominasi oleh kelas potensi erosi sangat ringan dikarenakan DTA Riam Kanan masih didominasi oleh lahan yang hijau. Potensi erosi sangat ringan terjadi pada lahan dominan hijau atau bervegetasi seperti hutan sekunder dan perkebunan karet. Sedangkan kelas potensi erosi berat terjadi pada lahan minim vegetasi seperti semak belukar dan pertambangan
PENDUGAAN POTENSI NEKROMASSA BERDASARKAN INDEKS VEGETASI, KELERENGAN, SUHU PERMUKAAN LAHAN DAN KORELASINYA DI WILAYAH KHDTK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Agus Hadi Pranata; Mufidah Asyari; Suyanto Suyanto
Jurnal Hutan Tropis Vol 11, No 3 (2023): Jurnal Hutan Tropis Volume 11 Nomer 3 Edisi September 2023
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v11i3.17622

Abstract

Penelitian ini bertujuan Menganalisis potensi nekromassa pada berbagai indeks vegetasi, kelas lereng dan LST (Land Surface Temperature) dan Menganalisis korelasi antara potensi nekromassa dengan indeks vegetasi, kelas lereng dan LST (Land Surface Temerature). Penelitian ini merupakan ide dari pengembangan analisis citra satelit indeks vegetasi dengan nekromassa di wilayah KHDTK ULM agar nantinya dapat diharapkan bisa memetakan nekromassa melalui asumsi serasah yang diproduksi oleh tegakan hutan memiliki korelasi dengan persen indeks vegetasi. Bedasarkan hal tersebut penting kiranya untuk dapat menjelaskan bagaimana peranan yang sangat penting dalam pengukuran nekromassa ini. Informasi terkait simpanan karbon tegakan, nekromasa dan seresah di KHDTK ULM belum banyak dikaji. Untuk itu diperlukan penelitian yang intensif untuk menduga simpanan karbon tersebut, sehingga nantinya dapat dilakukan pemetaan berkelanjutan tentang nekromassa ini. Hasil analisis potensi nekromassa pada berbagai indeks vegetasi, kelas lereng dan LST (Land Surface Temperature) pada area sampel penelitian menunjukkan bahwa nekromassa total serasah hutan di area KHDTK ULM berkisar antara 50,9 hingga 192,7 Kg/ha, dan Hasil penelitian ini menunjukan analisis korelasi potensi nekromassa antara indeks vegetasi, kelas lereng dan LST(Land Surface Temerature) menunjukan model Pigment Specific Simple Ratio (PSSRa) merupakan indeks vegetasi yang paling sedikit kesalahan error dalam melakukan pengukuran estimasi dan memetakan nekromassa serasah dengan nilai kesalahan error 46,450.
POTENSI CADANGAN KARBON PADA BIOMASSA DI HUTAN LINDUNG LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Ubai Dillah; Mufidah Asy'ari; Suyanto Suyanto
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 1 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 1 Edisi Februari 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i1.11732

Abstract

The potential forests decreasing become global warming, thus affecting the occurrence of global climate change. Climate change in turn has impacted on the survival living. This is marked by appearance of extreme weather. The other phenomena in the form of natural disasters, namely: drought, floods, rain, storms, high waves, tidal floods, and so on. The goal of this case was to specify the potential for carbon stocks of biomass in Liang Anggang protected forest, Banjarbaru City. The chosen research method is using primary and secondary data. Secondary data was obtained from research, while primary data was obtained from field observations by taking several plots of biomass measurements. Plot placement is determined based on the normalized different vegetation index (NDVI). Primary data used a purposive sampling method from 12 plots from three NDVI classes, namely dark green (dense), light green (medium), and yellow (rare). The shape of the plot is in the form of a square measuring 30x30 m for the tree level, which contains plots of 10x10 for the pole level, 5x5 m for the sapling level, and 0.5x0.5 m for observations of understorey biomass and seedling level. The amount of potential biomass is counted using the appropriate allometric equation. The results of this study indicate overall potential for carbon stocks in an area of 960 ha is 37,739.60 tonnes with an average carbon reserve of 39.31 tonnes/ha, including a very low potential when compared to the potential for carbon stocks in general peatlandsPotensi hutan semakin berkurang mengakibatkan pemanasan global, sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan iklim global. Perubahan iklim global tersebut pada gilirannya berdampak pada kelangsungan makhluk hidup. Hal ini di tandai dengan munculnya cuaca ekstrim. Selain itu, munculnya fenomena lain berupa bencana alam, yaitu: kekeringan, banjir, hujan, badai, gelombang tinggi, banjir rob, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besaran potensi cadangan karbon pada biomassa di hutan lindung Liang Anggang Kota Banjarbaru. Metode penelitian yang dipilih adalah menggunakan data primer dan sekunder, dimana data sekunder didapat pada studi Pustaka sebelumnya, sedangkan data primer didapat dari observasi ke lapangan dengan mengambil beberapa plot pengukuran biomassa. Peletakan plot ditentukan berdasarkan indeks nilai kehijauan (Normalized Different Vegetation Index / NDVI). Data primer di lapangan diambil menggunakan metode purposive sampling 12 plot dari tiga klas indeks kehijauan NDVI yaitu hijau tua (rapat), hijau muda (sedang), dan kuning (jarang). Bentuk plot berupa bujur sangkar berukuran 30x30 m pada tingkat pohon, didalamnya berisi plot 10x10 m sebagai plot tingkat tiang, 5x5 m tingkat pancang, dan 0,5x0,5 m pengamatan biomassa tumbuhan bawah dan tingkat semai. Besaran potensi biomassa dihitung menggunakan persamaan allometric yang sesuai. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi cadangan karbon secara keseluruhan dalam luasan 960 ha adalah sebesar 37.739,60 ton dengan rataan cadangan karbonnya adalah 39,31 ton/ha, termasuk potensi sangat kurang bila dibandingkan dengan potensi cadangan karbon yang umum di lahan gambut