Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

DARI PAKU SAMPAI SUREMANA: SEJARAH BATAS SELATAN DAN UTARA MANDAR Abd. Rahman Hamid
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.242 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.66

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang sejarah batas wilayah Mandar sejak masa kerajaan dan kolonial, menggunakan metode penelitian sejarah. Bahan utama yang digunakan ialah sumber lokal (lontar Mandar) dan sumber kolonial khususnya lembaran negara. Hasil penelitian menemukan bahwa fondasi politik Mandar bermula dari konfederasi empat belas kerajaan-kerajaan di pesisir dan pedalaman akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, yang digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda dalam penataan wilayah Mandar. Apabila pembentukan batas selatan Mandar terkait dengan kekuatan politik lain terutama Gowa dan Bone, maka batas utaranya dilakukan sendiri dengan menaklukkan Kaili. Batas selatan sampai Sungai Paku (dengan daerah Bugis) dan batas utara hingga Sungai Suremana (dengan daerah Kaili). Batas-batas itu juga digunakan oleh Provinsi Sulawesi Barat (terbentuk tahun 2004), sehingga dapat disimpulkan bahwa provinsi itu adalah nama baru dari Mandar.
Artificial Intelligence in the Thought of Imam al-Ash‘ari Rahman, Andhika; Abd. Rahman Hamid; Muhammad Akmansyah; Muslimin
Al-Iftah: Journal of Islamic studies and society Vol 6 No 1 (2025): Al-Iftah: Journal of Islamic studies and society
Publisher : IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35905/aliftah.v6i1.14057

Abstract

In everyday language, AI is not considered mute because it can produce speech; however, from the perspective of kalam, the presence of kalam nafsi is required to negate muteness. The research problem, which centers on the distinction in the meaning of muteness, gives rise to three main issues to be analyzed: (1) the possibility of qualia in AI, (2) AI’s potential to speak, and (3) the source of the grammatical utterances generated by AI. This study is descriptive and qualitative in nature, employing a literature review method. The results of this study reveal three key findings: first, AI does not possess qualia; second, AI is essentially a mute subject that only produces speech mechanically; and third, the source of AI’s utterances is its designer. Theoretically, this research expands the concept of kalam in Imam al-Ash‘ari’s thought, which was previously focused solely on God, toward the domain of created beings in this case, AI. Practically, this study shifts our linguistic perspective by highlighting that the AI we converse with is a mute subject, whereas a mute human being actually possesses inner speech. Keywords: . AI, Imam al-Ash‘ari, Muteness, Kalam, Qualia
MENANAMKAN ETIKA DIGITAL PADA GEN Z MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 2 ADILUWIH PRINGSEWU Umi Afifah; Zjulpi Andriansah; Amin Nuroni; Yuberti; Abd. Rahman Hamid; Baharudin
QANUN: Journal of Islamic Laws and Studies Vol. 3 No. 2 (2025): QANUN: Journal of Islamic Laws and Studies
Publisher : ASIAN PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58738/qanun.v3i2.670

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali strategi dan nilai-nilai etika digital yang ditanamkan kepada Generasi Z melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 2 Adiluwih Pringsewu. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI memainkan peran penting dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam seperti kejujuran (shidiq), tanggung jawab (amanah), dan sopan santun (qaulun karim) ke dalam konteks digital. Strategi yang digunakan mencakup integrasi nilai akhlak dalam kurikulum, pemanfaatan media digital, keteladanan, pembiasaan, serta kolaborasi dengan orang tua. Meskipun terdapat tantangan seperti rendahnya literasi digital siswa dan keterbatasan kontrol di luar sekolah, pendekatan kontekstual dan kolaboratif terbukti efektif dalam membentuk karakter digital siswa. Temuan ini menegaskan pentingnya peran PAI dalam membekali Gen Z dengan kesadaran etis di era digital.