Syafniati Syafniati
Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perempuan Pelaku Musik Dikia Baruda Di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar Haris Saputra; Syafniati Syafniati; Muhammad Zulfahmi
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 5, No 1 (2021): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.544 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v5i1.2484

Abstract

Dikia Baruda is one of the traditional arts with Islamic nuances that lives and develops in almost all areas of Minangkabau. One of them is located in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sungayang District, Tanah Datar Regency, West Sumatra Province. This paper describes the role of women in the Dikia Baruda performance, which aims to analyze the function of the Dikia Baruda performance in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sungayang District, and see the community's view of the participation of women in the Dikia Baruda show. Applying qualitative methods with descriptive analysis, and supported by function theory, research shows that Dikia Baruda in addition to functioning as a medium of entertainment, emotional expression, aesthetic pleasure, means of communication, in order to maintain sustainability, stability, and community integrity is also used as a medium of friendship in establishing relationships. kinship between family, relatives and fellow members of the community.Keywords: Women, Performer, Dikia Baruda, Nagari Andaleh Baruh BukitAbstrakDikia Baruda adalah salah satu kesenian tradisional yang bernuansa Islam yang hidup dan berkembang hampir di seluruh wilayah Minangkabau. Salah satunya terdapat di Nagari Andaleh Baruh Bukit, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Tulisan ini mendeskripsikan peranan kaum perempuan dalam pertunjukan Dikia Baruda, yang bertujuan untuk menganalisis fungsi pertunjukan Dikia Baruda di Nagari Andaleh Baruh Bukit, Kecamatan Sungayang, serta melihat pandangan masyarakat terhadap keikutsertaan kaum perempuan dalam petunjukan Dikia Baruda tersebut. Menerapkan metode kualitatif dengan analisis deskriptif, serta di dukung teori fungsi, penelitian menunjukan bahwa Dikia Baruda disamping berfungsi sebagai media hiburan, ekspresi emosional, kesenangan estetis, sarana komunikasi, guna menjaga kelestarian, stabilitas, serta integritas masyarakat juga dijadikan sebagai media silahturahmi dalam menjalin hubungan kekerabatan antara keluarga, saudara dan sesama anggota masyarakat.Kata kunci: Perempuan, Pelaku, Dikia Baruda, Nagari Andaleh Baruh Bukit
PERTUNJUKAN BERDAH DALAM UPACARA PERKAWINAN DI DESA RANTAU MAPESAI, KECAMATAN RENGAT, KABUPATEN INDRAGIRI HULU Ratih Khoirunnisa; Syafniati Syafniati; Jonni Jonni
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 8, No 1 (2022): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v8i1.2312

Abstract

Berdah merupakan salah satu kesenian bernuansa Islami berbentuk zikir yang berisikan puji-pujian kepada Allah SWT dan sanjungan terhadap nabi Muhammad SAW, selain itu juga menceritakan kisah-kisah Nabi Muhammad SAW. Teks yang dinyanyikan dalam pertunjukan Berdah terdiri dari bahasa Arab yang berasal dari kitab  barzanggi. Tujuan awalnya  penyajian Berdah ini untuk menyebarkan Agama Islam.  Tetapi dalam perkembangannya Berdah  sekarang ini sudah menjadi suatu kesenian yng berfungsi sebagai hiburan masyarakat dalam acara pesta perkawinan. Dari segi bentuk penyajiannya, kesenian berdah dinyanyikan secara bersama-sama (koor) sambil memainkan pola-pola ritme instrument yang dinamakan gebane. Kesenian berdah ditampilkan oleh laki-laki 7 sampai 15 pemain.. Lagu-lagu yang disajikan dalam kesenian berdah terdapat 7 repertoar lagu, yaitu Assalamualaik, bisyahri, tanaqol,badatlana, birabbisyai, tabarokallah dan makhfulatan. Kesenian ini ditampilkan dalam dua posisi duduk dan berjalan dalam acara mengarak pengantin laki-laki. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur pertunjukan dalam upacara perkawinan di Desa Rantau Mapesai.Kata kunci: berdah, upacara perkawinan, gebane.
Fungsi Dikia Baruda pada Acara Sunat Rasul (Khitanan) di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar Chairunnisa Salsabillah Salsabillah; Desmawardi Desmawardi; Misda Elina; Syafniati Syafniati
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.989 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2016

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan fungsi dikia baruda pada acara sunat rasul di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sunagayang Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Pertunjukan kesenian dikia baruda sebagai produk budaya masyarakat ditampilkan pada acara arak-arakan dan dalam posisi duduk dalam masjid, mushallah dan rumah penduduk. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dengan mendata langsung kelapangan. Teori yang digunakan adalah teori fungsi yang di kemukakan oleh Allan P. Merriam dan RM. Soedarsono, adapun teori bentuk yang digunakan adalah teori yang dikemukakan ole Djelantik.  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menujukan bahwa bentuk pertunjukan kesenian dikia baruda ditinjau dari segi penyajiannya menggunakan, instrument rabano dan vocal yang melantukan syair puji-pujian kepada Allah SWT dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Selajutnya fungsi pertunjukan dikia baruda pada acara sunat rasul adalah, menyangkut emosional, penghayatan estetis, hiburan, komunkasi, sebagai sarana upacara, sebagai hiburan, dan sebagai sarana tontonan.Kata kunci: Dikia Baruda, Sunat Rasul, Fungsi, BentukABSTRACT This study aims to describe the function of dikia baruda at the apostle circumcision event in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sunagayang District, Tanah Datar Regency, West Sumatra Province. The art performances of Dikia Baruda as a cultural product of the community are displayed at processions and in a sitting position in mosques, prayer rooms and people's homes. This study uses a qualitative method with a descriptive analysis approach by collecting data directly from the field. The theory used is the function theory proposed by Allan P. Merriam and RM. Soedarsono, the theory of form used is the theory proposed by Djelantik. Data collection techniques were carried out by literature study, observation, interviews and documentation. The results of the study indicate that the art form of Dikia Baruda in terms of presentation uses rabano and vocal instruments that sing praises to Allah SWT and glorify the Prophet Muhammad SAW. Furthermore, the function of the dikia baruda performance at the circumcision of the apostle is related to emotional, aesthetic appreciation, entertainment, communication, as a means of ceremony, as entertainment, and as a means of spectacle.Keywords: Dikia Baruda, Apostle Circumcision, Function, Form
“Two Be One” Terinspirasi dari Kesenian Gandang Tambua dalam Upacara Tabuik di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat Budi Kurniawan; Syahri Anton; Yurnalis Yurnalis; Syafniati Syafniati
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3089

Abstract

ABSTRAKUpacara tabuik merupakan acara tahunan bagi masyarakat Pariaman yang dilaksanakan sejak awal hingga pertengahan Muharram setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengenang wafatnya Al Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan upacara mahoyak tabuik  dan mengusung tabuik, yang diringi oleh permainan gandang tambua yang memainkan lagu sosoh sampai akhirnya  mambuang tabuik ke laut,yang dimulai  pukul 11.00-16.00. Upacara mahoyak tabuik tersebut pengkarya jadikan sebagai ide garapan dalam  komposisi music dengan metode pendekatan “World Music” yaitu menggarap suatu kesenian tradisi ke dalam komposisi musik dengan format populer dengan cara mengkolaborasikan instrumen modern dengan tetap mempertahankan unsur etnis yang tidak terlepas dari kesenian tradisinya. Hasil yang dicapai adalah bahwa garapan yang bersumber dari spirit permainan lagu sosoh. pengkarya membagi posisi pemain menjadi dua kelompok yang sama-sama memainkan instrumen gandang tambua, dengan melakukan penggarapan tempo dan juga permainan poli meter, call and respon. Masing-masing pendukung  menghoyak dan mengusung tabuik, bahkan membawa berlari ke arah tabuik lain untuk menciptakan  suasana menjadi panas, meriah, dan atraktif dengan diringi  permainan gandang tambua.  Karya ini pengkarya beri judul “Two be One”. Judul ini menggambarkan terhadap spirit dari permainan lagu sosoh pada saat  dua  kelompok tabuik bertemu. Dalam garapan karya ini menemukan adanya perubahan tempo yang bersifat situasional yang di pengaruhi oleh suasana pada saat mahoyak tabuik,  semakin panas,  maka tempo dan dinamiknya semakin naik serta pemain gandang tambua akan semakin atraktif.Kata Kunci: Gandang Tambua; oyak tabuik; sosoh.   ABSTRACTThe tabuik ceremony is an annual event for the people of Pariaman which is held from the beginning to the middle of Muharram every year which aims to commemorate the death of Al Husein bin Ali, the grandson of the Prophet Muhammad SAW. The purpose of this writing is to describe the mahoyak tabuik ceremony and carry the tabuik, which is accompanied by a game of gandang tambua that plays the song sosoh until finally throwing the tabuik into the sea, which starts at 11.00-16.00. The mahoyak tabuik ceremony was made as an idea in music composition with the "World Music" approach method, namely working on a traditional art into a musical composition with a popular format by collaborating with modern instruments while maintaining ethnic elements that cannot be separated from the traditional arts. The result achieved is that the work comes from the spirit of playing the sosoh song. The artist divides the position of the players into two groups who both play the gandang tambua instrument, by cultivating the tempo and also playing the game of poly meter, call and response. Each supporter tore and carried the tabuik, and even ran to the other tabuik to create a hot, lively, and attractive atmosphere accompanied by a game of gandang tambua. This work is entitled "Two be One". This title describes the spirit of the sosoh song playing when two tabuik groups meet. In this work, it is found that there are situational changes in tempo which are influenced by the atmosphere at the time of mahoyak tabuik, the hotter the tempo and dynamics, the more attractive the gandang tambua players.  Keywords: Gandang Tambua; oyak tabuik;  figure.  
Barzanji Natsar dalam Konteks Kematian di Nagari Batipuah Ateh Kabupaten Tanah Datar Mayaminu Hamra; Misda Elina; Syafniati Syafniati; Elizar Elizar
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3201

Abstract

-Barzanji Natsar adalah sebuah tradisi membaca kitab sastra arab “Majmu’atul Mawalid”, yang berisikan tentang kisah kelahiran dan kemuliaan sifat Nabi Muhammad SAW dengan cara bernyanyi. Pembacaan satra arab ini dilakukan pada kegiatan keagamaan dan ritual kematian, yang di dalamnya mengandung unsur seni seperti irama dan melodi. Kegiatan barzanji natsar dalam masyarakat Jorong Subarang pada umumnya hampir selalu dilaksanakan saat peristiwa kematian. Pelaksanaan barzanji natsar menjadi suatu hal yang lazim dilakukan sebagai ritual tradisi yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penyajian dan pandangan masyarakat mengenai “Barzanji Natsar dalam konteks kematian pada masyarakat Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data, seperti: studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi dan analisis data, dengan menggunakan teori bentuk dan teori persepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk penyajian Barzanji Natsar dilakukan dengan teknik Canon (pembacaan dengan cara susul menyusul/bergantian oleh masing-masing pelaku kegiatan Barzanji). Pandangan tokoh masyarakat terhadap ritual Barzanji Natsar adalah mendukung kegiatan tersebut, karena memiliki nilai positif dalam pelaksanaannya dan sebagai identitas tradisi dari daerah Jorong Subarang, Nagari Batipuah Ateh.
ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN DIKIA RABANO DI NAGARI TEPI SELO KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR syafniati syafniati; Desmawardi Desmawardi; Arnailis Arnailis
PANGGUNG Vol 32, No 3 (2022): Komodifikasi dan Komoditas Seni Budaya di Era industri Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1353.475 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v32i3.1765

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis  tekstual dan struktur penyajian Dikia Rabano. Tulisan ini mengungkap teksual  Dikia Rabano , yaitu analisis teks atau syair lagu-lagu pada pertunjukan Dikia Rabano dan mengungkapkan struktur dan nilai-nilai yang terdapat pada  tekstual Dikia Rabano sebagai realitas budaya, yang tak dapat dipisahkan dari eksistensi masyarakat Minangkabau sebagai penyangga kebudayaan. Teks merupakan salah satu unsur yang dominan dalam pertunjukan Dikia rabano. Sebagai instrumennya adalah alat musik Dikia Rabano.  Metode yang digunakan metode kualitatif analisis yang menggunakan teori etnomusikologis dengan melakukan wawancara kepada beberapa orang tokoh seniman. Hasil yang dicapai adalah dapat mengungkapkan tentang analisis tekstual  tentang hubungan musik  dan teksnya, dimana teks yang dinyanyikan sesuai dengan kebutuhan musikalnya. Untuk itu perlu adanya penambahan, pengurangan dan pengulangan kata, suku kata serta kalimat melalui teks
Harmonizing Identities: Language's Role in Shaping 'The Sounds of Islamic Identity' - Salawat Dulang Alam and Qodratullah (Harmonisasi Identitas: Peran Bahasa dalam Membentuk 'Suara Identitas Islam' - Salawat Dulang Alam dan Qodratullah) Firdaus Firdaus; Riswani Riswani; Syafniati Syafniati; Firman Firman; Jufri Jufri
Jurnal Gramatika Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/jg.2023.v9i2.7365

Abstract

This article explores the transformation of the text Salawat Dulang Alam and Qodratullah music into a new artwork form that embodies the narrative form of Islamic identity in West Sumatra. The research involved a collaborative work of transformation by practitioners of Salawat Dulang. The Festival Musica Sacral committee commissioned the creation of this musical artwork, and the artists created new performances with new texts following the theme requested by the committee. The production was done by adopting contemporary songs and inserting theatrical elements that collaborated with traditional Salawat Dulang song texts, highlighting the role of language as identity. The research resulted in a new form of Salawat Dulang music that is more communicative and touches the heartstrings. Incorporating contemporary text songs and theatrical elements created a fresh perspective on Salawat Dulang music, embodying Islamic identity's narrative form in West Sumatra. The study suggests that transforming traditional art forms into contemporary ones can create a new way of looking at the art form, leading to increased communication and emotional connection with the audience. It is also suggested that further research should be carried out to explore the possibilities of transforming other traditional art forms similarly, recognizing the role of language as a vital component of identity.
Harmonizing Identities: Language's Role in Shaping 'The Sounds of Islamic Identity' - Salawat Dulang Alam and Qodratullah (Harmonisasi Identitas: Peran Bahasa dalam Membentuk 'Suara Identitas Islam' - Salawat Dulang Alam dan Qodratullah) Firdaus Firdaus; Riswani Riswani; Syafniati Syafniati; Firman Firman; Jufri Jufri
Jurnal Gramatika Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/jg.2023.v9i2.7365

Abstract

This article explores the transformation of the text Salawat Dulang Alam and Qodratullah music into a new artwork form that embodies the narrative form of Islamic identity in West Sumatra. The research involved a collaborative work of transformation by practitioners of Salawat Dulang. The Festival Musica Sacral committee commissioned the creation of this musical artwork, and the artists created new performances with new texts following the theme requested by the committee. The production was done by adopting contemporary songs and inserting theatrical elements that collaborated with traditional Salawat Dulang song texts, highlighting the role of language as identity. The research resulted in a new form of Salawat Dulang music that is more communicative and touches the heartstrings. Incorporating contemporary text songs and theatrical elements created a fresh perspective on Salawat Dulang music, embodying Islamic identity's narrative form in West Sumatra. The study suggests that transforming traditional art forms into contemporary ones can create a new way of looking at the art form, leading to increased communication and emotional connection with the audience. It is also suggested that further research should be carried out to explore the possibilities of transforming other traditional art forms similarly, recognizing the role of language as a vital component of identity.
ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN DIKIA RABANO DI NAGARI TEPI SELO KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR syafniati syafniati; Desmawardi Desmawardi; Arnailis Arnailis
PANGGUNG Vol 32 No 3 (2022): Komodifikasi dan Komoditas Seni Budaya di Era industri Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v32i3.1765

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis  tekstual dan struktur penyajian Dikia Rabano. Tulisan ini mengungkap teksual  Dikia Rabano , yaitu analisis teks atau syair lagu-lagu pada pertunjukan Dikia Rabano dan mengungkapkan struktur dan nilai-nilai yang terdapat pada  tekstual Dikia Rabano sebagai realitas budaya, yang tak dapat dipisahkan dari eksistensi masyarakat Minangkabau sebagai penyangga kebudayaan. Teks merupakan salah satu unsur yang dominan dalam pertunjukan Dikia rabano. Sebagai instrumennya adalah alat musik Dikia Rabano.  Metode yang digunakan metode kualitatif analisis yang menggunakan teori etnomusikologis dengan melakukan wawancara kepada beberapa orang tokoh seniman. Hasil yang dicapai adalah dapat mengungkapkan tentang analisis tekstual  tentang hubungan musik  dan teksnya, dimana teks yang dinyanyikan sesuai dengan kebutuhan musikalnya. Untuk itu perlu adanya penambahan, pengurangan dan pengulangan kata, suku kata serta kalimat melalui teks