Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Design of the wastewater treatment system of an office building Raissha, Rizky; Mardyanto, Mas Agus
Sustinere: Journal of Environment and Sustainability Vol 1 No 1 (2017): pp. 1 - 62 (June 2017)
Publisher : Centre for Science and Technology, IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.287 KB) | DOI: 10.22515/sustinere.jes.v1i2.15

Abstract

The MIPA Tower office building, an eleven-storey building, which is located in the area of Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, is under construction. The building will be utilized for offices, classrooms, and laboratories. In the operation of the building, domestic and laboratory wastewater will be produced. This wastewater contains compounds that can pollute the environment. A design of domestic and laboratory wastewater treatment system is conducted. The system comprises of a neutralization tank, a grease trap, an equalization tank, an anaerobic filter, and an activated carbon and silica sand filter. The steps of the design are (i) collecting primary data and secondary data, (ii) calculating the engineering design, (iii) drawing the Detailed Engineering Design (DED), and (iv) calculating the bill of quantity and budget. The conclusion of this design is that the treatment plant will treat a mixture of domestic and laboratory wastewater. The dimension of each unit is as follows: (i) the neutralization tank (Ø = 0.65 m, H = 0.43 m), (ii) the grease trap (4 m x 2 m x 1 m), (iii) the equalization tank (10.5 m x 5.5 m x 2.5 m), (iv) the septic tank (4.5 m x 4 m x 2.5 m), (v) the six-compartment anaerobic filter (2.25 m x 4 m x 2.5 m), and (vi) the filter with activated carbon (H = 50 cm), silica sand (H = 150 cm), and gravel (H = 10 cm), with the diameter of the tank is 1.5 m.
Drainage system evaluation and control of inundation in campus and housing areas of ITS, Surabaya Alvin, Eldo Fikri; Mardyanto, Mas Agus
Sustinere: Journal of Environment and Sustainability Vol 1 No 2 (2017): pp. 63 - 143 (December 2017)
Publisher : Centre for Science and Technology, IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (866.673 KB) | DOI: 10.22515/sustinere.jes.v1i2.18

Abstract

The campus area of Sepuluh November Institute of Technology (Institut Teknologi Sepuluh Nopember/ITS) and its housing complex are usually inundated during heavy rain. It is because the slope of the land of the campus area is generally flat. Moreover, some of the existing drainage channels also contain sediment thus reducing the optimum capacity of the channels. Hence, an evaluation of ITS’s drainage system needs to be conducted. This evaluation was undertaken in stage with the following steps: identification of the existing problems, collection of primary and secondary data, literature review, calculation of the capacity of the existing channels, calculation of run-off, and analysis of the existing retention ponds. The primary data included the flow direction, the slope and dimensions of the channels, and thickness of sediment in the channels. The secondary data comprised rainfall intensity, ITS master plan, and land use. The calculation included the engineering design, the bill of quantity (BOQ), and budget. A standard operating procedure for drainage system maintenance to make the channels optimum was also suggested. From the analysis, it is shown that the maximum daily rainfall is 136.09 mm/day for a 5 year-rainfall return period and 159.19 mm/day for a 10 year-rainfall return period. Inundation around ITS is resulted from some channels which are not connected to each other making drainage water unable to flow easily to the receiving water body (river). Another cause of such inundation is the slope of some channels that were not made properly. The inundation of some roads occurs because of the absence of street inlets, resulting in the water unable to flow to the side channels. It can be concluded that in some areas, the number of secondary channels and box culverts needs to be added, the slope of some channels needs to be rearranged, and a total of 288 street inlets must be constructed along the planning area.
Perencanaan Penerapan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Eko-Drainase) Menggunakan Sumur Resapan Di Kawasan Rungkut Dea Nathisa Muliawati; Mas Agus Mardyanto
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.54 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i1.8833

Abstract

Kecamatan Rungkut memiliki luas 21,08 km2 dengan jumlah kepadatan penduduk 5.279 jiwa/km2. Pertambahan penduduk yang semakin pesat dan pertambahan pembangunan permukiman/perumahan serta fasilitas penunjang lainnya tidak diimbangi dengan perkembangan sistem drainase. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya aliran permukaan langsung dan menurunnya kuantitas air yang meresap ke dalam tanah, sehingga terjadi genangan/banjir pada musim hujan dan menjadi ancaman kekeringan air di musim kemarau. Diperlukan adanya suatu perencanaan penerapan sistem drainase berwawasan lingkungan (eko-drainase) agar nantinya kelebihan air terutama air hujan dapat ditampung dan dikendalikan supaya meresap ke dalam tanah sehingga mengurangi peluapan air ke permukaan yang menyebabkan terjadinya genangan. Dengan adanya perencanaan penerapan konsep (eko-drainase) diharapkan dapat mengurangi genangan/banjir yang terjadi di Kawasan Rungkut dan dapat mendukung adanya usaha Konservasi Sumber Daya Air. Metode yang digunakan dalam perencanaan ini menggunakan perhitungan analisis hidrologi, analisis hidrolika, dan penentuan banyakna sumur resapan menggunakan metode perhitungan sumur resapan. Dimensi sumur direncanakan secara tipikal dengan kedalaman air di sumur 1 m, dengan luas 4 m², kapasitas resapan 1 buah sumur sebesar 0,0032 m3/detik - 0,044 m³/detik, sehingga dibutuhkan sebanyak 282 buah sumur resapan yang direncanakan ditempatkan di wilayah tangkapan air dari saluran drainase yang terjadi genangan. Dana yang dibutuhkan dalam pembuatan 1 sumur resapan adalah sebesar Rp 6.700.000,00
Studi Water Balance Air Tanah di Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur Riztri Bonita; Mas Agus Mardyanto
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (710.685 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i1.8842

Abstract

Kebutuhan air yang meningkat menyebabkan orang yang menggunakan air sungai sebagai air baku beralih menggunakan air tanah yang mudah didapat dan dengan kualitasnya yang lebih baik, sehingga banyak dilakukan penggalian atau pengeboran sumur. Banyaknya penggunaan air tanah membuat muka air tanah menjadi semakin dalam dan timbul beberapa masalah akibat penyalahgunaan air tanah pada wilayah Kabupaten Pasuruan.Pada Kecamatan Kejayan cenderung didominasi oleh kawasan industri serta permukiman yang mayoritas menggunakan air tanah dalam produksinya.Oleh karena itu, tugas akhir ini akan meneliti potensi air tanah baik untuk  mengidentifikasi air yang masuk (in) dan air yang keluar (out) di Kecamatan Kejayan,Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur dan mengevaluasi keseimbangan air tanah dengan menggunakan metode neraca air menurut metode Thornthwaite & Mather serta Metode Ffolliot.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya nilai hasil perhitungan neraca air  tidak mengalami  defisit hingga tahun 2023.  Serta  melakukan upaya untuk menjaga kuantitas air secara terpadu pada wilayah tangkapan air atau sungai pada wilayah penelitian.
Perbandingan DED IPAL Anaerobic Filter dengan Upflow Anaerobic Sludge Blanket untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sedati di Kabupaten Sidoarjo Rachmat Ridho Permata Putra Siregar; Mohammad Razif; Mas Agus Mardyanto
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.569 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.18985

Abstract

Pengoperasian  tempat  pelelangan  ikan  (TPI)  di  Kabupaten Sidoarjo  memberikan  dampak  positif  dan  negatif.  Salah  satu  dampak negatif yang ditimbulkan berupa timbulan limbah cair yang apabila tidak ditangani dengan tepat, maka akan mencemari lingkungan di sekitar TPI. Limbah  yang  dibuang  harus  memenuhi  baku  mutu  yang  diatur  dalamPeraturan Gubernur Jawa Timur No.72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. Oleh karena itu,  diperlukan  suatu  detailed  engineering  design (DED)  instalasi pengolahan  air  limbah  (IPAL)  yang  memadai,  yang  merupakan  tujuan tugas akhir (TA) ini. Dalam TA ini, IPAL jenis  Anaerobic Filter(AF) dan Upflow Anaerobic Sludge Blanket(UASB), dibandingkan. Data  primer  pada  perencanaan  ini  adalah  data  pemakaian  air bersih dari TPI tiap bulan selama tahun 2015 serta data karakteristik air limbah, meliputi konsentrasi BOD, COD, TSS, dan Total N. Data sekunder meliputi  data  kualitas  dan  kuantitas  effluent  TPI  yang  diperoleh  dari analisis laboratorium. Perhitungan tiap sistem IPAL mengacu pada kriteria desain  sebagai  dasar  pembuatan  DED  dan  Rencana  Anggaran  Biaya (RAB)  tiap  sistem  IPAL. Hasil  perhitungan  tiap  unit  IPAL  akan dibandingkan dari segi efisiensi penyisihan, luas lahan yang dibutuhkan, dan RAB.Hasil analisis kandungan air limbah adalah sebagai berikut, BOD = 894 mg/L, COD = 1443 mg/L, TSS = 280 mg/L, dan Total N = 423,9 mg/L. Hasil perhitungan desain AF adalah diperlukannya 2 kompartemen, demikian pula dengan sistem UASB. Efisiensi penyisihan BOD pada AF dan  UASB  bertutrut-turut  adalah  88,95%  dan  97,96%.  Sedangkan, efisiensi  COD  berturut-turut  adalah  89,68% dan  90,24%.  RAB  sistem IPAL  sebesar  Rp  59.609.889,-;  Sedangkan  sistem  UASB  sebesar  Rp 50.914.605,. Sehingga unit IPAL yang dipilih adalah sistem UASB.
APLIKASI METODE DRASTIC UNTUK ANALISIS KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP PENCEMARAN DI KABUPATEN BOYOLALI, PROVINSI JAWA TENGAH Baskoro, Muhammad Ario; Mardyanto, Mas agus; Masduqi, Ali; Santoso, Irwan Bagyo
Sebatik Vol. 27 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : STMIK Widya Cipta Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46984/sebatik.v27i2.2319

Abstract

Pembangunan wilayah yang disertai dengan peningkatan aktivitas manusia dapat berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan, khususnya air tanah. Oleh karena itu, perlindungan air tanah dari pencemaran sangat penting untuk dilakukan mengingat pesatnya perubahan pola penggunaan lahan serta perkembangan wilayah Kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kerentanan pencemaran air tanah bebas di Kabupaten Boyolali berdasarkan hasil analisis spasial dan observasi lapangan. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar mencakup perhitungan matematis, analisis deskriptif, dan analisis spasial. Perhitungan matematis digunakan untuk menganalisis kerentanan air tanah terhadap pencemaran. Analisis deskriptif dalam penelitian ini mencakup kegiatan survei lapangan, pengukuran di lapangan, observasi, serta pemetaan. Sedangkan analisis spasial meliputi kegiatan deliniasi dan zonasi berdasarkan pada indeks DRASTIC dan penggunaan lahan. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan bantuan software ArcGIS 10.2. Potensi kerentanan air tanah kemudian dianalisis dengan menggunakan metode DRASTIC yang terdiri dari tujuh parameter yaitu kedalaman muka air tanah (D), curah hujan (R), media akuifer (A), tekstur tanah (S), topografi (T), Material zona tak jenuh (I) dan konduktivitas hidraulik (C). Selain itu, terdapat parameter lain yaitu penggunaan lahan yang dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi hasil analisis kerentanan. Berdasarkan hasil analisis, kerentanan air tanah di Kabupaten Boyolali terbagi menjadi lima kelas kerentanan, yang meliputi tidak rentan (90-111), kerentanan rendah (112-132), kerentanan sedang (133-153), kerentanan tinggi (154-174), dan kerentanan sangat tinggi (175-195). Hasil analisis dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan air tanah di daerah penelitian
The Relationship between Households Average Formal Education Levels and Sanitation Practices in Mojo, Surabaya, Indonesia Wardhani, Widhowati Kesoema; Harmin Sulistiyaning Titah; Mas Agus Mardyanto; Eddy Setiadi Soedjono
Industrial and Domestic Waste Management Volume 5 - Issue 1 - 2025
Publisher : Tecno Scientifica Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53623/idwm.v5i1.600

Abstract

This study explored the relationship between households’ average formal education levels and sanitation practices. Although formal education was intended to prepare individuals for personal and professional life situations, local habits and cultural practices could sometimes be more influential than educational background, as evidenced by urinary habits practiced in the country. These habits played a crucial role in determining whether urine was disposed of in the toilet, processed in a septic tank, or directly entered the drainage system when spilled on the bathroom floor. In this study, the definition of sanitation differed from that previously outlined by the Sustainable Development Goals (SDGs). The SDGs defined sanitation based on the percentage of households that used safely managed services, including handwashing facilities. This study, however, focused on excreta disposal, desludging intervals, septic tank types, and urinary habits, such as whether urine was disposed of on the bathroom floor or in the toilet. These factors were chosen for their ability to accurately reflect the actual conditions observed in the study area. A survey was conducted among 100 households, and data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The results revealed no relationship between households’ average formal education levels and sanitation practices. This analysis suggested that other factors, such as cultural beliefs and environmental habits, may have influenced sanitation practices.