Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

The Internationalization of “West Papua” Issue and Its Impact on Indonesia’s Policy to the South Pacific Region Lantang, Floranesia; Tambunan, Edwin M.B
JAS (Journal of ASEAN Studies) Vol 8, No 1 (2020): Journal of ASEAN Studies
Publisher : Centre for Business and Diplomatic Studies (CBDS) Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/jas.v8i1.6447

Abstract

This research argues that the internationalization of "West Papua" issue through social media has contributed to a shift of Indonesia's policy to the South Pacific region from ignorance to initiative approach. Underlying this argument is a growing concern of Indonesia regarding the use of social media by Papuan pro-independence activists that resulted to the increasing awareness and support towards the independence of West Papua from Pacific countries as human rights problems become the highlight of West Papua’s issue. The method used in this research was qualitative research method focusing on descriptive analysis of the internationalization of West Papua issue on social media. This research results show that initiative approach from Indonesia is merely narrowing the gap of the issue instead of reducing the internationalization of the West Papua issue.  
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) and Its Implications for Economic Security in the Republic of Indonesia-Papua New Guinea Border Market Area Tambunan, Edwin Martua Bangun; Lantang, Floranesia
Jurnal Hubungan Internasional Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jhi.v10i2.12553

Abstract

The COVID-19 pandemic spread to the Indonesia-Papua New Guinea (PNG) border poses a real threat to people living in the region. As a consequence of this pandemic, the Transnational Border Post (PLBN) and the border market have been temporarily closed since January 2020. This article aims to analyze the implications of COVID-19 on the economic security of the people at the RI-PNG border and the responses of two countries, particularly Indonesia, toward the economic security threats in the border region. This article was developed from qualitative descriptive research using field research methods. Data were collected through interviews and observations and supported by secondary data. This study revealed that the short-term implications of COVID-19 on economic security existed in the form of income reduction, even income loss, due to the closure of cross-border access. Income reduction may lead to the emergence of medium-term implications in the form of unemployment and debt. If there is no solution, the long-term implications may exist in the form of widespread poverty in the RI-PNG border area.
The Internationalization of “West Papua” Issue and Its Impact on Indonesia’s Policy to the South Pacific Region Floranesia Lantang; Edwin M.B Tambunan
JAS (Journal of ASEAN Studies) Vol. 8 No. 1 (2020): Journal of ASEAN Studies
Publisher : Centre for Business and Diplomatic Studies (CBDS) Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/jas.v8i1.6447

Abstract

This research argues that the internationalization of "West Papua" issue through social media has contributed to a shift of Indonesia's policy to the South Pacific region from ignorance to initiative approach. Underlying this argument is a growing concern of Indonesia regarding the use of social media by Papuan pro-independence activists that resulted to the increasing awareness and support towards the independence of West Papua from Pacific countries as human rights problems become the highlight of West Papua’s issue. The method used in this research was qualitative research method focusing on descriptive analysis of the internationalization of West Papua issue on social media. This research results show that initiative approach from Indonesia is merely narrowing the gap of the issue instead of reducing the internationalization of the West Papua issue.  
Demokrasi, Sistem Pemilu, Dan Pengelolaan Konflik Etnik Edwin M.B. Tambunan
Sociae Polites Vol. 5 No. 19 (2003): Januari-Juni
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/sp.v5i19.1008

Abstract

Dalam Ilmu Politik dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi, yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik (procedural democracy). Dalam pemahaman secara normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara idiil hendak dilakukan dan diselenggarakan oleh sebuah negara. Ungkapan tentang hal ini biasanya diterjemahkan dalam konstitusi masing-masing negara. Demokrasi normatif belum tentu terlihat dalam konteks kehidupan politik sehari-hari suatu negara. Oleh karena itu, adalah sangat perlu untuk melihat bagaimana makna demokrasi secara empirik, yaitu perwujudan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Kalangan ilmuwan Politik, setelah mengamati praktik-praktik demokrasi di berbagai negara, merumuskan demokrasi secara empirik dengan menggunakan sejumlah indikator. Di antara para pakar yang melakukan penelitian untuk menemukan indikator-indikator ini adalah Juan Linz, G. Bingham Powell, Jr., dan Robert Dahl. Almarhum Prof. Dr. Affan Gaffar, MA, dengan berpijak pada indikator yang ditemukan para pakar tersebut, menyimpulkan ada lima indikator untuk mengamati apakah sebuah negara merupakan sistem yang demokratis atau tidak. Indikator pertama adalah akuntabilitas. Setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang hendak dan telah ditempuhnya. Juga ucapan dan perilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang, bahkan akan dijalaninya. Pertanggungjawaban tidak hanya menyangkut dirinya, tetapi juga menyangkut keluarganya dalam arti luas, yaitu perilaku anak, isteri, dan sanak-saudara, terutama yang berkaitan dengan jabatannya. Indikator kedua adalah rotasi kekuasaan. Untuk disebut demokratis, dalam suatu negara harus terdapat peluang terjadinya rotasi kekuasaan yang dilakukan secara damai dan teratur. Jadi, tidak hanya satu atau sekelompok orang yang sama yang selalu memegang jabatan, sementara peluang orang lain tertutup. Indikator selanjutnya adalah rekrutmen politik yang terbuka. Untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan sistem rekrutmen politik yang terbuka. Artinya, orang yang akan menduduki suatu jabatan publik dipilih melalu suatu kompetisi terbuka dengan peluang yang sama. Peluang untuk mengisi jabatan publik jangan hanya dimiliki oleh beberapa gelintir orang saja. Indikator keempat adalah pemilihan umum. Suatu negara dikatakan demokratis apabila rekrutmen politik dalam rangka rotasi kekuasaan dilakukan lewat suatu pemilihan umum yang dilaksanakan secara teratur. Dalam pemilihan umum ini, setiap warga negara yang sudah dewasa mempunyai hak yang sama untuk memilih dan dipilih, dan bebas menggunakan haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Mereka juga bebas mengikuti segala macam aktivitas yang dilakukan dalam rangka pemilihan. Indikator kelima adalah menikmati hak-hak dasar. Di dalam negara yang demokratis setiap warga negara harus bebas menikmati hak-hak dasar mereka sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Unviersal Hak-hak Asasi manusia (HAM) dan konvensi tentang HAM lainnya
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI PADA KASUS BUNUH DIRI DENGAN ASAM KLORIDA DAN TINJAUAN ASPEK MEDIKOLEGAL Edwin Tambunan; Ahmad Yudianto
Jurnal MHKI Vol 2 No 01 (2022): April
Publisher : Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.808 KB) | DOI: 10.53337/jhki.v2i01.25

Abstract

Suicide is an unnatural way of dying. The prevalence of suicide is still high in several countries, including Indonesia. Based on data from the Indonesian Ministry of Health, in Indonesia, there are more than 16,000 suicides every year. The following is a report of a suicide case that was autopsied at Bhayangkara Hospital and carried out for toxicological examination. At the crime scene, a plastic bottle containing a cloudy blue liquid was found around the victim. The results of the laboratory examination of the gastric samples taken during the autopsy and the plastic bottles showed that they contained hydrochloric acid. Article 133, paragraph 1 of the Criminal Code explains that there is a need for good cooperation between investigators and forensic doctors to determine the cause of death. Forensic laboratory examination is very helpful in determining the cause of death
Pendidikan Keterampilan Perdamaian Untuk Siswa Sekolah Lentera Harapan Jati Agung Elyzabeth Nasution; Edwin Tambunan
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 3 (2020): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menyongsong
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.972 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v3i0.783

Abstract

Menciptakan dan mempertahankan perdamaian secara berkesinambungan harus menjadi prioritas dalam bangsa yang memiliki keragaman seperti bangsa Indonesia. Salah satu upaya konkrit yang bisa dilakukan untuk mewujudkan hal ini adalah melalui proses pendidikan. Caranya adalah dengan menjangkau dan melatih sebanyak mungkin kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat untuk memiliki keterampilan perdamaian. Kelompok usia yang menjadi sasaran strategis untuk dijangkau dalam masyarakat adalah kelompok remaja. Sekolah Lentera Harapan Jati Agung dirasakan perlu mendapatkan pendidikan keterampilan perdamaian karena berada di Provinsi Lampung yang tinggi tingkat kriminalitas, rawan konflik, dengan mayoritas siswa berasal dari keluarga dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah yang rawan terpapar faktor-faktor penyebab konflik. Kegiatan berlangsung dalam bentuk pelatihan partisipatoris dengan menggunakan sembilan modul yang melibatkan siswa sekolah dalam serangkaian kegiatan interaktif. Pendekatan yang digunakan ialah Konstruktivisme dengan beberapa metode, antara lain curah pendapat, diskusi, studi kasus, dinamika kelompok, kerja kelompok, bermain peran, bercerita, visualisasi, dan dramatisasi. Hasil kegiatan mengacu pada tujuan awal yaitu agar para siswa diperlengkapi dengan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan perdamaian. Hal ini terukur dari instrumen pre-test dan post-test, evaluasi para fasilitator, serta evaluasi peserta. Secara keseluruhan kegiatan berlangsung baik dan memberi pengaruh terhadap pengetahuan siswa mengenai konflik dan perdamaian.
PENYUSUNAN BUKU “BERCERITA UNTUK BINA DAMAI: KUMPULAN CERITA RAKYAT DARI BERBAGAI PENJURU DUNIA” Elyzabeth Bonethe Nasution; Edwin Martua Bangun Tambunan
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 4 (2021): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mewujudkan Pemulihan dan Resiliensi Masya
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.477 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v4i0.1145

Abstract

Storytelling is believed to be an effective instrument in passing on knowledge, values, and characters. Not only in Indonesia, but storytelling is also performed by various nations across the earth. Storytelling allows people to enjoy the entertaining process of values or characters construction. People learn without feeling lectured. Peace studies scholars have proven the contribution of story and storytelling in keeping the memory, recovering, and peacebuilding. Having that acknowledged, the Youth & Peace Project under the Department of International Relations initiated the idea of creating a book entitled “Bercerita untuk Bina Damai: Kumpulan Cerita Rakyat dari Berbagai Penjuru Dunia.” It is safe to say that this is a blessing in disguise from Covid-19 pandemic. Our students who should have had their internships on the field then enrolled in one course as alternative. The idea was then integrated to Conflict Resolution class. Students were asked to retell a story that has peace aspect. After a tight screening and reviewing process, this book is published. Its main objective is as peacebuilding reading material that can be read to anyone and anytime or to be used as ice breaking/closing activity during a workshop/community service.
ORIENTASI DAN GAYA ALAMIAH TERHADAP KONFLIK DARI PESERTA PELATIHAN KETERAMPILAN PERDAMAIAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LENTERA HARAPAN CURUG, TANGERANG Edwin Martua Bangun Tambunan; Elyzabeth B. Nasution; Floranesia Lantang
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 5 (2022): PERAN PERGURUAN TINGGI DAN DUNIA USAHA DALAM AKSELERASI PEMULIHAN DAMPAK PANDEMI
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v5i0.1588

Abstract

Kemajemukan yang ada menuntut bangsa Indonesia untuk mampu mengelola perbedaan agar dapat mempertahankan kedamaian. Jika tidak, Indonesia akan terus diselimuti konflik. Untuk itu, bangsa Indonesia perlu diperlengkapi dengan wawasan dan keterampilan perdamaian. Dalam rangka berkontribusi untuk menanamkan dan mengembangkan karakter damai di kalangan muda, tim pengabdian kepada masyarakat Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Pelita Harapan menyelenggarakan pelatihan keterampilan perdamaian dan resolusi konflik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Lentera Harapan di Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kegiatan dilaksanakan dengan melatihkan sembilan modul kepada 63 siswa menggunakan pendekatan konstruktivisme dan metode partisipatoris. Sebagai salah satu cara untuk mengetahui dampak dari pelatihan terhadap siswa dilaksanakan pre-test dan post-test tentang orientasi siswa terhadap konflik. Melengkapi tes ini, kepada siswa juga diberikan daftar pertanyaan untuk mengidentifikasi gaya alamiah mereka dalam berkonflik. Secara umum, perbedaan terlihat antara hasil pre-test dan post-test orientasi siswa terhadap konflik. Terdapat keselarasan antara pre-test orientasi siswa terhadap konflik dan gaya alamiah mereka saat berkonflik. Pada siswa tertentu terlihat adanya kontras antara gaya alamiah saat berkonflik dan post-test orientasi terhadap konflik. Hasil ini mencerminkan bahwa setelah pelatihan berlangsung para siswa memiliki pemahaman baru mengenai konflik dan perdamaian dan cenderung meninggalkan gaya alamiahnya dalam berkonflik.
Forensic Autopsy of Multiple Stab Wound Perwira, Satria; Prasilia Ramadhani; Edwin Tambunan; Ahmad Yudianto
Sriwijaya Journal of Forensic and Medicolegal Vol. 2 No. 1 (2024): Sriwijaya Journal of Forensic and Medicolegal
Publisher : Phlox Institute: Indonesian Medical Research Organization

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59345/sjfm.v2i1.103

Abstract

Introduction: Stabbing is the predominant form of homicidal violence globally, resulting in both physical impairment and death. A stab wound is the result of a forceful push from a sharp or blunt pointed object, resulting in a wound that is deeper than it is length. Case presentation: We present a case of a man who was found dead after being stabbed with a sharp weapon by his partner in a public area, with an open wound on the left chest. A forensic expert identified the body at Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya, Indonesia. On external examination, we found 23 open wounds on several anatomical regions. Vital injuries include an open wound on the right side of the neck and the back of both sides of the chest. In an internal examination, we found both lungs looked shrunken, and blood was found in the right and left chest cavities. The stab wound to the right back penetrated the right lower lung and right liver lobe. The stab wound to the left back penetrated the lower left lung. Conclusion: A complete autopsy is vital to determine the cause, mechanism, and manner of death and to reconstruct the events before death.
PROFIL ORIENTASI DAN GAYA BERKONFLIK SISWA SMP DAN SMA SEKOLAH LENTERA HARAPAN DI CURUG, TANGERANG DAN BANJAR AGUNG, LAMPUNG Nasution, Elyzabeth Bonethe; Tambunan, Edwin M.B.; Lenjau Lung, Firman Daud
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 6 (2023): INOVASI PERGURUAN TINGGI & PERAN DUNIA INDUSTRI DALAM PENGUATAN EKOSISTEM DIGITAL & EK
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v6i0.1973

Abstract

Sekolah Lentera Harapan Curug and Banjar Agung are located within a certain religion-dominated society. Both schools are also situated in societies that are economically, socially, and culturally transforming due to geographic locations; Curug is close to a metropolitan city, and Banjar Agung is near a suburb. Hence, both schools, along with the students must be able to wisely respond to the economic, religious, and ethnic differences that surround them to prevent conflict. To equip the schools and the students, Youth & Peace Project team from IR UPH conducted a peace and conflict resolution workshop for the students in both schools. Aside from giving a 9-modules workshop, the team also established profiling for two crucial aspects: orientation to conflict and natural conflict styles. The pre-test and post-test results for orientation to conflict, as well as the conflict styles, assert the close relations between the knowledge that students obtained during the workshop with their natural conflict styles. Students tended not to solely rely on their natural conflict styles anymore. This confirmed that the intervention, in the form of a workshop, was impactful for students. One of the factors that supported the intervention was the lessons and values students acquired in the schools.