Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER PADA SUPLEMENTASI TEPUNG KULIT PISANG (Musa Spp) Rico Anggriawan; David Kurniawan; Moh Aprillia Hatta
Jurnal Agriovet Vol. 1 No. 1 (2018): JURNAL AGRIOVET
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit pisang sangat potensial sebagai pakan karena mengandung zat gizi yang baik untuk ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi tepung kulit pisang (Musa spp) terhadap pertambahan berat badan dan konversi pakan pada ayam broiler di Kabupaten Kediri. Materi yang digunakan adalah ayam pedaging jantan strain Cobb CP 707 sebanyak 20 ekor ayam pada fase finisher dimulai saat ayam umur 3 minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Terdapat 4 kombinasi perlakuan yaitu: P0 (Kontrol), pakan komersial tanpa penambahan kulit pisang; P1 = 20% kulit pisang; P2 = 10% kulit pisang; dan P3 = 5% kulit pisang. Data konsumsi pakan, konversi dan pertambahan bobot badan yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variant (Anova), kemudian bila terjadi perbedaan signifikan diteruskan dengan uji jarak berganda Duncan’s dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata di antara perlakuan, sedangkan pada konversi pakan terdapat perbedaan yang nyata. Pemberian pakan tambahan tepung kulit pisang sebesar 5% pada pakan komersial fase finisher memberikan hasil nilai konversi pakan terbaik. Kata Kunci : Tepung Kulit Pisang, Pertambahan Berat Badan, Konversi Pakan.
ESTIMASI PERMINTAAN KARKAS AYAM PEDAGING DI KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI Rico Anggriawan
Jurnal Agriovet Vol. 2 No. 2 (2020): JURNAL AGRIOVET
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Harga karkas dipengaruhi oleh hukum pasar yaitu faktor permintaan dan ketersediaan barang maupun fluktuasi harga komoditas pertanian sebagai bahan baku pakan ayam ras. Pemilihan Kecamatan Pare sebagai lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa rumah tangga di Kecamatan Pare memiliki konsumsi daging ayam ras tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Kediri. Metode penelitian kualitatif yaitu metode estimasi permintaan konsumen terhadap karkas ayam pedaging yang bersifat deskriptif, artinya mencari data yang secara langsung diperoleh dari konsumen untuk mengestimasi permintaan mendatang dengan menggunakan analisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini adalah semakin tinggi harga karkas ayam pedaging maka akan semakin rendah daya beli masyarakat. Faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi karkas di Kecamatan Pare adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, dan harga karkas itu sendiri. Kata Kunci : Konsumsi, Karkas Ayam Pedaging, Permintaan
ANALYSIS BIAYA PRODUKSI USAHA TERNAK SAPI PERAH “ANUGERAH” DI KECAMATAN PAGU KABUPATEN KEDIRI Diyah Ayu Candra; Rico Anggriawan
Jurnal Agriovet Vol. 3 No. 1 (2020): JURNAL AGRIOVET
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat biaya tetap atau dengan kata lain (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) usaha ternak sapi perah “Anugerah” di Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Penelitian tersebut memiliki metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang diakomodir melalui pengamatan langsung ke objek penelitian dan wawancara ke pemilik. Bahan dan materi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang didapat dari peternak. Analysis biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost) usaha peternakan sapi perah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil biaya tetap (fixed cost) usaha peternakan sapi perah “Anugerah” di Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri tertinggi pada komponen biaya penyusutan ternak memiliki nilai yang cukup besar yaitu Rp. 10.244.435., sedangkan biaya variabel yang paling tinggi adalah komponen biaya pakan sebesar Rp. 64.122.000 per tahun Kata Kunci : Sapi Perah, Biaya Tetap, Biaya Variabel
BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DAN SENDURO DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG Rifa'i Rifa'i; Dian Afikasari; Rico Anggriawan
Jurnal Agriovet Vol. 3 No. 2 (2021): JURNAL AGRIOVET
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51158/agriovet.v3i2.448

Abstract

Ternak kambing PE dan kambing Senduro merupakan ternak yang sedang dan terus dikembangkan saat ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bobot lahir anak kambing PE dan Kambing Senduro. Metode penelitian menggunakan studi kasus di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijuan Makanan Ternak (UPT PT dan HMT) Singosari, Kabupaten Malang. Materi yang digunakan adalah kambing PE dan kambing Senduro bunting tua masing-masing sebanyak 30 ekor, yang kemudian dilakukan pengamatan saat fase partus untuk mengetahui bobot lahir anak yang dihasilkan. Bobot lahir anak kambing PE tipe kelahiran kembar lebih tinggi dibandingkan tipe kelahiran tunggal 3,8726 ± 0,3874 > 3,7754 ± 0,6859, sedangkan bobot lahir anak kambing Senduro menunjukkan tipe kelahiran kembar lebih tinggi dibandingkan tipe kelahiran tunggal 3,7198 ± 0,4234 > 3,4230 ± 0,3252. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa bobot lahir pada anak kambing PE dan kambing Senduro tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kata Kunci : Anak kambing, Bobot lahir, kambing PE dan kambing Senduro
PENGARUH PEMBERIAN ASAM SITRAT (CITRIC ACID) SEBAGAI FEED ADDITIVE TERHADAP FCR (FEED CONVERTION RATIO) DAN HDP (HEN DAY PRODUCTION) AYAM PETELUR DI KECAMATAN BADAS KABUPATEN KEDIRI Agung Kukuh Prasetyo; Rico Anggriawan; Dian Afikasari
Jurnal Agriovet Vol. 5 No. 1 (2022): JURNAL AGRIOVET
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian asam sitrat (citric acid) terhadap FCR dan HDP ayam petelur. Penelitian dilakukan selama satu bulan di Tandjaja Farm, Desa Lamong, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri dimulai tanggal 30 Maret sampai 28 April 2022. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan empat perlakuan dan lima ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah perlakuan kontrol tanpa asam sitrat (P0), perlakuan dengan taraf asam sitrat 0,1% (P1), perlakuan dengan taraf asam sitrat 0,3% (P2), dan perlakuan dengan taraf asam sitrat 0,5 % (P3). Variabel yang diamati adalah konsumsi pakan, berat telur, FCR (Feed Convertion Ratio), dan HDP (Hen Day Production). Materi yang digunakan adalah 200 ekor ayam ras petelur dengan strain ISA Brown dengan jumlah 10 ekor per perlakuan . Analisis data yang dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Data yang dihasilkan diolah dan dianalisis menggunakan analisis varian (Anova) dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf signifikansi 5% jika perbedaannya signifikan. Hasil penelitian menampilkan aplikasi asam sitrat (citric acid) sebagai feed additive sampai taraf 0,5 % dalam pakan ayam ras petelur tidak berpengaruh nyata (p >0,05) terhadap konsumsi pakan, berat telur, FCR (Feed Convertion Ratio), dan HDP (Hen Day Production). Tetapi pemberian asam sitrat (citric acid) pada P1 dengan taraf 0,1 % dan P2 dengan taraf  0,3 % menghasilkan efek yang cenderung paling baik terhadap produksi ayam petelur   Abstract The purpose of this study was to determine the effect of citric acid on the FCR and HDP of laying hens. The study was conducted for one month at Tandjaja Farm, Lamong Village, Badas District, Kediri Regency starting from March 30 to April 28, 2022. The design used was a Completely Randomized Design (CRD) using four treatment and five replications. The four treatments were control treatment without citric acid (T0), treatments with 0.1 % citric acid level (T1), treatment with 0.3 % citric acid level (T2), and treatment with 0.5 % citric acid level (T3). The variables observed were feed consumption, egg weight, FCR (Feed Convertion Ratio), and HDP (Hen Day Production). The material used was 200 laying hens with ISA Brown strain with a total of 10 chickens per treatment. Data analysis was carried out by descriptive analysis and quantitative analysis. The resulting data is processed and analyzed using analysis of variance (Anova) followed by Duncan Multiple Range Test at a significance level of 0.5 % if the difference is significant. The results showed that the application of citric acid as a feed additive to a level of 0.5 % in laying hens had no significant effect (p>0.05) on feed consumption, egg weight, FCR (Feed Convertion Ratio), and HDP (Hen Day Production). However, giving citric acid to T1 with a level of 0.1 % and T2 with a level of 0.3 % resulted in the best effect on the production of laying hens
tudi Kasus Pertambahan Berat Badan dan Feed Conversion Ratio (FCR) Pada Ayam Broiler di Narti Farm Blitar Didik Agung Prastio; Dewi Konita; Rico Anggriawan; Rifai Rifai; Fransiskus Y. D. Kadju
JAS Vol 7 No 2 (2022): Journal of Animal Science (JAS) - April 2022
Publisher : Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/ja.v7i2.1860

Abstract

This study aimed to determine the weekly weight gain of broiler chickens at Narti Farm Blitar. This research is survey research where data collection is assisted by questionnaires using interview techniques and field observations. Locations and respondents were determined by the purposive sampling method. This research was conducted in a closed house with a population of 8.000 broiler chickens. Analysis of weight gain using the formula for weight in the latest week (grams) minus weight in the previous week (grams) then divided by 7 days. The weight gain of broilers at Narti Farm is between 1,4 to 1,5 kg with a feed conversion ratio of 1,4 and harvesting age between 29 to 30 days. The results showed that the weight gain and feed conversion ratio at Narti Farm Blitar was in accordance with company standards with the implementation of controlled production management. Broiler farming at Narti Farm is a viable business to run.
PENDAMPINGAN MANAJEMEN KEUANGAN PADA PETERNAK LEBAH MADU DI KABUPATEN NGANJUK Choirul Hana; Riswan Eko Wahyu Susanto; Rico Anggriawan
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 1 No. 1 (2020): Jurnal Abdikmas
Publisher : LPPM Universitas Kahuripan Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga. Pada saat musim penghujan nektar sulit ditemukan karena tidak ada tanaman yang berbunga. Hal tersebut menyebabkan madu yang dihasilkan oleh peternak lebah madu mengalami penurunan yang sangat drastis, menurut pengalaman Bapak Bahrudin dari 80 kotak lebah madu yang dimiliki ketika musim hujan hanya mampu bertahan 10 kotak lebah madu, pada masa seperti ini bisa disebut sebagai masa paceklik. Tidak adanya nektar bunga ini membuat peternak lebah madu harus mengganti nektar tersebut dengan cairan gula. Dalam setiap minggunya untuk memberi makan lebah madu dalam 100 box membutuhkan 50 kg gula pasir. Gula pasir ini dicairkan kemudian dimasukan dalam box sebagai pengganti nektar agar lebah madu dapat bertahan hidup. Pada masa seperti ini madu yang dihasilkan oleh lebah tidak boleh dipanen karena mengandung banyak glukosa atau dikalangan peternak lebah madu di sebut madu aspal (asli tapi palsu), tetapi untuk peternak madu yang tidak memperhatikan kualitas madunya mereka tetap memanenya. Sedangkan untuk menghasilkan madu yang berkualitas harus benar – benar berasal dari nektar. Hal tersebut semakin memperburuk kondisi keuangan peternak lebah madu dimana tetap mengeluarkan biaya untuk perawatan lebah madu tetapi tidak ada pendapatan karena madu tidak dapat dipanen. Kondisi paceklik seperti ini membuat peternak lebah madu mencari sumber pendanaan dari berbagai lembaga keuangan baik perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank namun sulit mendapatkanya karena mereka tidak memiliki laporan keuangan yang tersusun dengan baik sehingga untuk mendapatkan pendanaan yang cepat mereka harus menjual asset pribadinya. Ketika musim panen mereka menginvestasikanya kembali. Berdasarkan analisis permasalahan tersebut diatas, pengabdi memberikan solusi dengan melakukan pendampingan penyusunan laporan keuangan dan manajemen keuangan untuk mendapatkan pendanaan di lembaga keuangan dan tidak lagi menjual aset pribadi. Metode pelaksanaan pengabdian ini adalah interview, sosialisasi dan pendampingan. Dari pelaksanaan pengabdian tersebut luaran kegiatan yang akan dicapai adalah adalah publikasi di jurnal nasional ber ISSN, video pelaksanaan yang dapat diakses di youtube, publikasi di media cetak, buku referensi dan karya seni terapan. Kata kunci: Manajemen, Keuangan, Peternak, Lebah, Madu Abstract Honey is a naturally sweet substance produced by bees from flower nectar. During the rainy season, nectar is hard to find because there are no flowering plants. This causes the honey produced by honey bee breeders to experience a very drastic decline. According to Mr. Bahrudin's experience, from the 80 honey bee boxes he owned during the rainy season, only 10 boxes of honey bees can last. The absence of flower nectar makes honey beekeepers have to replace the nectar with liquid sugar. In every week to feed honey bees in 100 boxes requires 50 kg of sugar. This granulated sugar is liquefied and then put in a box as a substitute for nectar so that the honey bees can survive. At times like this, honey produced by bees should not be harvested because it contains a lot of glucose or honey bee breeders call it asphalt honey (real but fake), but for honey farmers who do not pay attention to the quality of the honey they still harvest it. Meanwhile, to produce quality honey must really come from nectar. This worsens the financial condition of honey bee farmers, where they still pay for honey bee care but they have no income because honey cannot be harvested. This poor condition makes honey bee breeders look for sources of funding from various financial institutions, both banks and non-bank financial institutions, but it is difficult to get them because they do not have well-structured financial reports so that to get fast funding they have to sell their personal assets. When it's harvest season they reinvest it. Based on the analysis of the problems mentioned above, the service provider provides a solution by assisting in the preparation of financial reports and financial management to obtain funding at financial institutions and no longer sell personal assets. The method of implementing this service is interview, socialization and mentoring. From the implementation of this service, the outputs of the activities to be achieved are publications in national journals with ISSN, implementation videos that can be accessed on YouTube, publications in printed media, reference books and applied art works. Keywords: Management, Finance, Breeders, Bees, Honey
PELATIHAN STRATEGI PEMASARAN ONLINE BAGI UMKM BAWANG GORENG DI KECAMATAN GROGOL Choirul Hana; Dwi Apriyanti Kumalasari; Rico Anggriawan
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Abdikmas
Publisher : LPPM Universitas Kahuripan Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51158/abdikmas.v2i1.632

Abstract

Bawang Merah (allium cepa L. Var. aggregratum) adalah salah satu bumbu masak utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan dan pegunungan – pegunungan di sebelah utaranya, tetapi kemudian menyebar di berbagai penjuru dunia, baik sub tropis maupun tropis. Wujudnya berupa ubi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, zat pewarna dan campuran sayuran. Daerah sentral penghasil bawang di Indonesia yaitu Brebes, Probolinggo, Tegal, Nganjuk, Cirebon, Kediri, Bandung, Malang, dan Pemalang. Kabupaten Nganjuk memiliki potensi utama penghasil padi dan bawang merah. Bawang merah biasanya dipanen beserta daunnya. Umur panen bawang merah cukup bervariasi, tergantung varietas, tempat penanaman, tingkat kesuburan, dan tujuan penanaman. Seperti petani bawang merah di Desa Setren – Kecamatan Rejoso – Kabupaten Nganjuk mulai panen bawang merah di usia 3-4 bulan, dalam setiap tahunya mereka panen sebanyak 3 sampai 4 kali. Bawang merah dipanen beserta daun. Untuk bawang merah yang digunakan untuk bibit masa panen lebih lama 10 hari dari bawang merah yang dikonsumsi. Perlakuan pasca panen bawang merah untuk bibit dan konsumsi berbeda. Untuk bawang merah yang dijadikan bibit setelah dipanen diletakan menggantung diatas jagrak tanpa dipotong daunya. Sedangkan untuk bawang merah yang dikonsumsi setelah dipanen dari sawah dibiarkan selama 10 hari untuk menghilangkan kadar air, dibawa ketempat pemotongan daun kemudian dijual. Banyak permasalahan yang dihadapi petani bawang merah baik sebelum maupun sesudah panen seperti serangan hama, naiknya biaya tenaga kerja pada saat panen, Sulit mencari pestisida, turunya harga bawang merah. Dari permasalahan tersebut yang pengabdi memberikan solusi untuk menanggulangi turunya harga bawang merah dengan mengadakan Pelatihan Strategi Pemasaran Bagi UMKM Bawang Goreng di Kecamatan Grogol. Tujuan yang ingin dicapai dari pengabdian ini adalah pendidikan pada masyarakat khususnya kepada UMKM bawang goreng. Luaran wajib dari pengabdian ini adalah publikasi di jurnal nasional ber ISSN, Peningkatan pemberdayaan mitra dalam pengetahuan, ketrampilan dan semakin luasnya area pemasaran. Abstract Shallots (Allium cepa L. Var. aggregratum) is one of the world's main cooking spices originating from Iran, Pakistan and the mountains to the north, but then spread to various parts of the world, both sub-tropical and tropical. Its form is in the form of sweet potatoes that can be eaten raw, for cooking spices, pickles, traditional medicines, coloring agents and mixed vegetables. The central onion-producing regions in Indonesia are Brebes, Probolinggo, Tegal, Nganjuk, Cirebon, Kediri, Bandung, Malang, and Pemalang. Nganjuk Regency has the main potential for producing rice and shallots. Shallots are usually harvested along with the leaves. The harvesting age of shallots is quite varied, depending on the variety, the place of planting, the level of fertility, and the purpose of planting. For example, shallot farmers in Setren Village – Rejoso District – Nganjuk Regency start harvesting shallots at the age of 3-4 months, each year they harvest 3 to 4 times. Shallots are harvested along with the leaves. For shallots used for seeds, the harvest period is 10 days longer than the shallots consumed. The post-harvest treatment of shallots for seeds and consumption is different. For onions that are used as seeds after being harvested, they are placed hanging over the jagrak without cutting the leaves. Meanwhile, shallots that are consumed after being harvested from the fields are left for 10 days to remove the moisture content, taken to a leaf cutting site and then sold. There are many problems faced by shallot farmers both before and after harvest, such as pest attacks, rising labor costs at harvest, difficulty finding pesticides, falling prices of shallots. From these problems, the service provider provides a solution to overcome the fall in the price of shallots by holding a Marketing Strategy Training for Fried Onion SMEs in Grogol District. The goal to be achieved from this service is education for the community, especially for fried onion SMEs. The mandatory outputs of this service are publications in national journals with ISSN, Increased partner empowerment in knowledge, skills and the wider marketing area
KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN BURUNG PUYUH (COTURNIX COTURNIX JAPONICA) DI KABUPATEN KEDIRI Diyah Ayu Candra; Rico Anggriawan
Jurnal Agriovet Vol. 6 No. 1 (2023): JURNAL AGRIOVET
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51158/agriovet.v6i1.1049

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi peternakan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) di Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri. Data primer didapatkan dari hasil wawancara (in-depth interview) pada peternak yang bertindak sebagai owner. Data sekunder didapatkan dari hasil recording pemeliharaan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) selama satu siklus pemeliharaan pada populasi 2500 ekor. Hasil penelitian mengacu pada masa produksi burung puyuh ialah 42 hari dengan bobot badan rata-rata 800 gram. Informasi diperoleh langsung dengan observasi dan wawancara langsung kepada peternak yaitu Bapak Agus dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah disusun. Rancangan penelitian ini adalah konklusif karena menjelaskan setiap variabel untuk mendapatkan tampilan kegiatan dari peternakan puyuh terhadap kelayakan usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya produksi dan pendapatan peternak dalam beternak puyuh dengan melihat analisis R/C ratio, Payback Period, Break Event Point (BEP) Harga dan Produksi. Hasil penelitian usaha peternakan puyuh di Desa Bogo Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri menghasilkan Penerimaan Rp. 205.492.000/tahun dan Total biaya produksi Rp. 172.050.000/tahun. Sehingga Pendapatan bersih Rp. 33.442.000/tahun. R/C ratio yang diperoleh sebesar 1,19, sehingga usaha tersebut layak dikembangkan. BEP harga dan BEP produksi sebesar Rp. 218,00/butir dan 696.330 butir. Payback period yang diperoleh yaitu 5,14 tahun atau 5 tahun 1 bulan. Kesimpulan dari penelitian ini peternakan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) di Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri layak untuk dilakukan.
ANALISA BISNIS PETERNAKAN AYAM PEDAGING DENGAN SISTEM KANDANG TERTUTUP PADA “CV. ANUGERAH” DI KABUPATEN KEDIRI Diyah Ayu Candra; Rico Anggriawan
Jurnal Agriovet Vol. 6 No. 2 (2024): JURNAL AGRIOVET
Publisher : LPPM UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51158/agriovet.v6i2.1165

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah bisnis peternakan ayam pedaging di Kabupaten Kediri layak untuk dilakukan. Analisis kelayakan usaha meliputi biaya produksi, pendapatan dan rasio biaya pendapatan (RCR) pada CV. Anugerah di Kabupaten Kediri. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus sebagai metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian analisa bisnis menunjukan bahwa analisa usaha pada komponen biaya tetapnya adalah Rp. 35.642.000 yang terdiri dari sewa kandang dengan nilai Rp. 26.668.000, tempat pakan Rp. 5.076.000 dan tempat minum senilai Rp. 4.200.000 biaya terbesar pada komponen biaya tetap adalah biaya sewa kandang sebesar Rp. 26.668.000. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha diketahui penerimaan senilai Rp. 683.400.000 dan total biaya senilai Rp. 404.612.000 sehingga diperoleh nilai RCR setiap besaran Rp 1 yang dibelanjakan akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 1.68 hal ini mengartikan usaha ayam pedagingr dengan sistem kandang tertutup yaitu layak diusahakan.