Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Effect of NaOH Concentration and Immersion of Ice Water on Physical and Mechanical Characteristics of Candlenut Seeds (Aleurites moluccana L Willd) Muchammad Zakaria; La Choviya Hawa; Gunomo Djoyowasito
The Indonesian Green Technology Journal Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.igtj.2019.008.01.05

Abstract

The breakdown of candlenut seeds from the shell is very important to note due to the increasing consumption needs of candlenut seeds in the market has not been able to be balanced with the quality of the breakdown of good candlenut seeds. The purposed of this research was to identified the physical and mechanical properties of candlenut, analyzed the strength of the candlenut seeds that was in the treatment, analyzed the mass of the candlenut seeds which stick to the shell, analyzed the level of integrity of the candlenut seeds. This research was conducted using factorial randomized block design (RAKF) method with 2 factors. The first factor was the variation of NaOH concentration, while the second factor was the time of immersion ice water. Pressed load testing of candlenut shell used brazillian test, from this research was obtained the result of press load candlenut seeds with variations of NaOH immersion and the immersion time of ice water 10 and 45 minutes on average were 31.28 N and 22.30 N, while the load control was 44.692 N. Mass the seed core that was still sticky to the shell with the treatment given was an average value of 0.114 gr (3.8%) and 0.033 gr (1.2%), while the control is 1,753 gr (63%). The whole candlenut seeds core results with the given treatment were 7 grains (31.8%) and 15 grains (64%), whereas the control did not get the whole candlenut seeds core. The results of research is shows that the parameters of the increase in NaOH concentration does not have a significant effects but when compare with the control of NaOH it is very significant for the breakdown of candlenut, while the time parameters have a very significant effects.Keywords: NaOH, Ice water immersion, The process of breaking candlenut,
Pasteurisasi Non-Termal Pada Susu Sapi Segar untuk Inaktivasi Bakteri Staphylococcus aureus Berbasis Pulse Electric Field (PEF) Choirul Muslim; La Choviya Hawa; Bambang Dwi Argo
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.863 KB)

Abstract

Metode kejut listrik intensitas tinggi atau Pulse Electric Field (PEF) adalah salah satu metode pengolahan pangan nonthermal dengan menggunakan kejutan listrik intensitas tinggi yang diaplikasikan pada makanan cair seperti susu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi tegangan (20-80 kV) dengan waktu yang konstan terhadap kematian mikroba Staphylococcus aureus, serta pengaruhnya terhadap perubahan sifat fisik, sifat kimia dan kandungan gizi dalam susu. Penelitian yang dilakukan menggunakan variasi tegangan (V) dan waktu (t) yang konstan. Penelitian ini memakai tegangan 20 kV, 40 kV, 60 kVdan 80 kV dengan 3 kali pengulangan. Waktu yang digunakan adalah 90 detik untuk masing-masing tegangan Hasil pengujian menggunakan PEF mampu menurunkan jumlah mikroba Staphylococcus aureus dengan jumlah awal mikroba sebanyak 1,6.103 CFU/ml. Penurunan terendah terjadi pada tegangan 20 kV mencapai 27,7% dengan jumlah mikroba 1,157.103 CFU/ml, dan penurunan tertinggi terjadi pada tegangan 80 kV mencapai 75,2% dengan jumlah mikroba 3,97.102 CFU/ml. Laju kematian mikroba Staphylococcus aureus tiap detik (lethal rates) sebesar 13,4 CFU/ml pada tegangan 80 kV. Hasil uji tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan sifat fisik susu meliputi kadar air berkisar 89,51 - 90,06%, berat jenis berkisar 1,0183 - 1,0205 g/ml, titik didih berkisar 99,2 – 99,7 °C, titik beku berkisar -8,995 s/d -10,37 °C, dan viskositas berkisar 0,9797 - 0,9917 cp. Sifat kimia seperti pH berkisar 6,573 - 6,59. Serta nilai gizi dalam susu yang meliputi vitamin C berkisar 0,288 - 0,31  mg/100g dan protein berkisar 2,12 - 2,881%.   Kata kunci: pasteurisasi, susu, pulse electric field
Penentuan Tingkat Kerusakan Buah Alpukat pada Posisi Pengangkutan Dengan Simulasi Getaran yang Berbeda Khusna Fauzia; Musthofa Lutfi; La Choviya Hawa
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.82 KB)

Abstract

Buah  alpukat  merupakan  buah  klimaterik  yaitu  buah  yang  memiliki  laju respirasi  meningkat tajam  selama  periode pematangan.  Salah  satu sifat  fisik  buah adalah  kekerasan  (tekstur).  Kerusakan  diakibatkan  dari  getaran  dan  tumbukan selama  pengangkutan.  Simulasi  transportasi  menggunakan  meja  getar  dengan tingkat  getaran  yang  berbeda  dan  variasi  posisi  pengangkutan  buah.  Pengukuran kekerasan  dengan  menggunakan  penetrometer  PCE- PTR  200  dalam  satuan  kuat tekan  kg/cm².  Penelitian  ini  memberikan  informasi  tentang  per lakuan  tingkat getaran dan  posisi  buah yang  lebih  baik  dalam proses pengangkutan  buah alpukat.   Kata kunci : Alpukat, Transportasi, Getaran
KINETIKA PENGERINGAN VAKUM DAN KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA IRISAN MANGGA MANALAGI (Mangifera Indica L.) La Choviya Hawa; Alfida Alviolita Melindasari; Dimas Firmanda Al Riza; Mohamad Efendi
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 24 No. 3 (2023)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtp.2023.024.03.4

Abstract

Mangga Manalagi memiliki kandungan gizi serta kadar air yang tinggi, sehingga mudah mengalami perubahan fisik yang ditandai dengan adanya reaksi enzimatik. Oleh karena itu, perlu teknologi pascapanen untuk memperpanjang umur simpan. Teknologi pengeringan vakum merupakan salah satu teknologi yang dapat menjaga kualitas hasil pengeringan, yang lebih baik dibandingkan dengan teknologi pengeringan konvensional. Tujuan penelitian ini untuk menentukan kinetika pengeringan dan perubahan fisikokimia selama pengeringan dengan menggunakan teknologi vakum pada irisan mangga Manalagi. Pengeringan dilakukan menggunakan variasi tekanan vakum (200, 300, dan 400 mbar) dan pra-perlakuan (larutan asam sitrat, asam askorbat, dan air lemon yang dikombinasikan dengan larutan kalsium laktat). Terjadi penurunan kadar air seiring lama pengeringan vakum. Laju pengeringan rata-rata dengan rentang 0,07-0,08%bb/menit.  Kinetika pengeringan diprediksi dengan menggunakan tiga model semi empiris dan didapatkan model Midilli sebagai model terbaik berdasarkan uji ketepatan. Berdasarkan ANOVA dua arah menunjukkan bahwa variasi pra-perlakuan dan tekanan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter kadar air, total padatan terlarut, kekerasan, dan warna.  Nilai yang didapatkan hingga akhir proses pengeringan secara berturut-turut adalah 19,03-25,16%bb; 21,41-31,24%˚Brix; 9,59-20,82 kgf; L* 44,92-69,99; a* 6,41-12,80; dan b* 27,43-43,17.  
KARAKTERISASI BERAS ANALOG KULIT APEL MANALAGI (Malus sylvestris) PADA VARIASI SUHU PENGERINGAN YANG BERBEDA Nur Alfian, Rizal; La Choviya Hawa; Joko Prasetyo
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 25 No. 3 (2024)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtp.2024.025.03.4

Abstract

Beras analog adalah produk olahan yang berbentuk seperti butiran beras, tetapi terbuat dari bahan pangan non-beras seperti tepung kulit apel manalagi, tepung porang, dan tepung kacang merah. Pengeringan adalah tahap penting dalam pembuatan beras analog fungsional untuk memastikan kadar air bahan di bawah 15%, sehingga beras dapat disimpan dengan aman untuk waktu yang lebih lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa laju pengeringan dan sifat fisik beras analog yang dikeringkan pada suhu 40, 50, 60, dan 70°C serta menentukan suhu pengeringan paling optimal dalam memperoleh karakteristik terbaik dari beras analog. Tahapan penelitian meliputi pembuatan tepung kulit apel, pembuatan beras analog, dan pengeringan pada suhu 40, 50, 60, dan 70°C. Pengamatan meliputi perubahan kadar air, laju pengeringan, densitas kamba dan perubahan atribut warna (L, a*, b*). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pengeringan tertinggi pada suhu 70°C. Suhu pengeringan optimal pada 70°C dengan kadar air beras analog 5,20%, densitas kamba 0,455 g/mL dan warna pada derajat kecerahan (L*) 66,50, derajat kemerahan (a*) 9,75, dan derajat kekuningan (b*) 24,90.