Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Pengaruh Edible Coating Ekstrak Daun Cincau Hitam Terhadap Umur Simpan Buah Anggur Hitam (Vitis vinivera) La Choviya Hawa; Musthofa Lutfi; Firli Fibbianti
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 14, No 1 (2020): TEKNOTAN, Agustus 2020
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol14n1.3

Abstract

Buah anggur hitam adalah buah yang dengan kandungan air relatif tinggi dan mudah rusak, sehingga tidak dapat bertahan lama jika disimpan dalam keadaan segar. Untuk mengatasi permasalahan ini, upaya yang dapat dilakukan ialah dengan pengaplikasian edible coating yang terbuat dari ekstrak daun cincau hitam. Dalam daun cincau hitam, terkandung senyawa pektin yang merupakan bahan utama untuk membuat edible coating. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisa perubahan mutu buah anggur hitam yang dilapisi dengan edible coating dari ekstrak daun cincau hitam. Serta menentukan umur simpannya dengan menggunakan metode ASLT (Accelerated Shelf Life Testing) melalui pendekatan Arrhenius, yang disimulasikan pada tiga kondisi suhu penyimpanan yaitu 80C±30C, 160C±30C, dan 250C±30C. Parameter yang diamati selama proses penyimpanan adalah susut bobot, kadar air, tekstur, total padatan terlarut, dan  vitamin C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi edible coating ekstrak daun cincau hitam, mampu mengurangi penyusutan, menghambat turunnya kadar air, dan timbulnya keriput pada permukaan kulit buah, serta mampu mempertahankan kekerasan buah anggur hitam. Buah anggur hitam yang dilapisi dengan edible coating dan disimpan pada suhu 80C, 160C, dan 250C umur simpannya mencapai 26,3 hari, 26 hari, dan 25,3 hari. Sedangkan buah anggur tanpa edible coating yang disimpan pada suhu 80C, 160C, dan 250C umur simpannya mencapai 14,3 hari, 14 hari, dan 13,2 hari.
Perubahan Struktur Mikro dan Warna Irisan Stroberi Kering dengan Pre-treatment Dehidrasi Osmosis dan Pelapisan Sodium Alginat La Choviya Hawa; Inggar Rayi Agatha; Musthofa Lutfi
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2019): TEKNOTAN, Desember 2019
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.116 KB) | DOI: 10.24198/jt.vol13n2.5

Abstract

Buah stroberi memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Namun, stroberi mudah busuk karena memiliki kadar air yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan penanganan untuk memperpanjang umur simpan dengan pengeringan suhu rendah menggunakan pre-treatment dehidrasi osmosis dan pelapisan sodium alginat pada permukaan buah dengan kosentrasi 0%, 1%, 1.5%, 2%, dan 3% pada irisan stroberi kering dengan parameter pengamatan, yaitu water loss, solid gain, kadar air, laju pengeringan, warna, pengerutan, dan struktur mikro. Pre-treatment dehidrasi osmosis dan pelapisan sodium alginat terbukti dapat menurunkan nilai solid gain (nilai terendah pada konsentrasi 3% sebesar 15,022), meningkatkan nilai water loss (nilai tertinggi pada konsentrasi 3% sebesar 59,088), menurunkan nilai kadar air bahan, dan mempercepat laju pengeringan. Selain itu Perlakuan dehidrasi osmosis dan pelapisan sodium alginat dapat meningkatkan penampakan visual pada produk akhir karena dapat mempertahankan warna merah dan mengurangi pengerutan pada irisan buah stroberi.
Efektivitas Penambahan Plant Growth Promoting Bacteria (Azospirillum sp) dalam Meningkatkan Pertumbuhan Mikroalga (Chlorella sp) pada Media Limbah Cair Tahu Setelah Proses Anaerob Taif Maharsyah; Musthofa Lutfi; Wahyunanto Agung Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.759 KB)

Abstract

Chlorella sp is one of microalgae  that is used as a raw material for biofuels. Hence research that has been committed ( Luz e. De-bashan et al. , 2008 ) Chlorella sp start cultivated by using bacteria supporting plant growth of Azospirillum brasiliense which produces growth hormone IAA.. According to the description, the researcher want to replace species of bacteria and medium, with including a species of bacterium Azospirillum sp and medium tofu wastewater after the anaerobic process. Where the purpose of this study was to determine the effect of adding a dose of bacteria Azospirillum sp on the rate of growth of Chlorella sp carried out in liquid medium waste after anaerobic process. Each treatment is A0 (without the addition of bacteria), A2 (addition bacteria Azospirillum sp 2 x 108 cfu/ ml), A4 (addition of Azospirillum sp 4 x 108 cfu/ml), A6 (addition of Azospirillum sp 6 x 108 cfu/ml ), A8 (addition Azospirillum sp  of 8 x 108 cfu/ml), A10 (addition of Azospirillum sp 109 cfu/ml). From the data obtained indicate the giving of different doses of Azospirillum sp will give the maximum growth rate (μmaks) populations Chlorella sp different also. So the regression test showed a significant effect on the addition or dose rate of growth of bacteria on microalgae. Average of the highest growth rate obtained with the A10 treatment (μmaks) as much as (0.463347sel/hari) and average lowest growth rate obtained with A0 (μmaks) as much as (0.327467 cells / day). While the results of the regression test for support parameters obtained significant results. So dose the addition of different bacteria affect the temperature, pH, and water quality (including nitrate, ammonium, orthophosphate).Kata Kunci: Mikroalga, Chlorella sp, Azospirillum sp, Limbah cair tahu setelah proses anaerob
Studi Fasilitas Penyulingan Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L): Studi Kasus UKM di Malang Firdiani Nur Afifah; Musthofa Lutfi; Darwin Kadarisman
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.086 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman rempah yang salah satunya adalah cengkeh. Di negara-negara eropa cengkeh banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas, sedangkan di Indonesia lebih banyak dimanfaat sebagai bumbu rokok kretek khas Indonesia. Selain itu cengkeh juga dapat diambil minyaknya. Minyak cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diperoleh dari bagian tanaman cengkeh. Minyak cengkeh tersebut diambil dari bunga maupun daun cengkeh. Kadar minyak di dalam bunga cengkeh berkisar 17-18% sedangkan pada daun sekitar 2-3% (Guenther,1987 dalam Bangkit,2012).  Minyak daun cengkeh dihasilkan dari penyulingan daun cengkeh melalui beberapa cara penyulingan. Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem penyulingan yaitu: Penyulingan air, Penyulingan uap dan air, dan penyulingan uap (Hayani, 2002). Kualitas hasil penyulingan tergantung dari cara penyulingan dan alat yang digunakan. Penyulingan uap menghasilkan minyak cengkeh dengan komposisi eugenol yang lebih baik dari pada menggunakan penyulingan uap-air atau penyulingan air (Sukarsono, 2005). Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui fasilitas penyulingan minyak daun cengkeh yang baik di UKM, mengetahui faktor yang dapat berpengaruh terhadap hasil minyak daun cengkeh serta mengetahui perbedaan hasil minyak daun cengkeh dari fasilitas yang berbeda. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui fasilitas dan teknik yang paling baik dalam menghasilkan minyak daun cengkeh yang berkualitas guna meningkatkan nilai jual dari minyak daun cengkeh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data diperoleh dari observasi langsung dilapang, wawancara dengan pemilik UKM dan studi pustaka. Berdasarkan penelitian ini diketahui fasilitas yang paling berpengaruh adalah bahan pembuat ketel dan daun cengkeh, sedangkan fasilitas lain lain yang berpengaruh adalah peralatan yang digunakan dan tempat penampung bahan baku maupun hasil minyak.   Kata kunci: Daun Cengkeh, Minyak atsiri, Minyak Daun Cengkeh, Penyulingan
Rancang Bangun Alat Pemurni Minyak Atsiri Daun Berbasis Membran Kitosan - Selulosa Fiedro Dimiyadi; Musthofa Lutfi; Wahyunanto Agung Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu jenis minyak atsiri yang banyak diproduksi di Indonesia adalah minyak atsiri dari daun cengkeh (clove leaf oil). Minyak daun cengkeh sendiri banyak dikembangkan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan detergen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan rancang bangun alat pemurnian minyak atsiri daun cengkeh (clove leaf oil) berbasis membran kitosan-selulosa. Penggunaan kitosan dalam membran yang digunakan ditujukan untuk mengikat unsur logam yang terkandung di dalam minyak atsiri daun cengkeh. Unsur logam yang terkandung didalam minyak atsiri daun cengkeh menyebabkan minyak berwarna hitam dan juga keruh. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian nilai fluks membran yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan alat pemurni dalam memurnikan minyak atsiri daun cengkeh per satuan waktu tertentu. Pengujian nilai fluks membran dilakukan dengan menggunakan 5 variasi tekanan berurutan yaitu 0.5, 1, 1.5, 2 dan 2.5 bar. Nilai fluks yang didapat dari hasil pengujian berurutan adalah 0.185 , 0.213 , 0.239 , 0.197 dan 0.155 l/m2.detik. nilai fluks hasil pengujian mengalami penurunan yang signifikan pada tekanan 2 dan 2.5 bar. Penurunan nilai fluks ini menunjukkan adanya peristiwa fouling dalam proses filtrasi membran. Selain itu peristiwa fouling dapat terlihat dari perubahan karakteristik fisik membran, fouling terjadi akibat adanya akumulasi molekul - molekul pada permukaan membran dan sebagian terjebak kedalam pori-pori membran. Peristiwa fouling mengakibatkan terhambatnya aliran feed yang melewati membran. Kata kunci : Atsiri daun cengkeh , Alat pemurni minyak daun cengkeh, Fluks, Membran.
Uji Kinerja Mesin Perajang Daun Cengkeh (Crusher) Tipe Sisir Impi Widuri Aprillianingtias; Musthofa Lutfi; Wahyunanto Agung Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.849 KB)

Abstract

Pada proses penyulingan minyak daun cengkeh, terlebih dahulu daun cengkeh dirajang. Tujuan dilakukannya perajangan sebelum bahan mengalami proses penyulingan adalah agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga laju penguapan minyak atsiri dari bahan berjalan cepat. Tujuan dari penelitian ini : (1) Mengetahui kapasitas kerja dari mesin perajang daun cengkeh, (2) Mengetahui efisiensi perajangan dari mesin perajang daun cengkeh, (3) Mengetahui pengaruh hasil rajangan daun cengkeh terhadap hasil penyulingan minyak daun cengkeh, (4) Mengetahui pengaruh hasil rajangan terhadap volume minyak yang dihasilkan. Pada penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk menentukan hasil penelitian. Terdapat tiga kali pengulangan pada setiap perlakuan untuk menentukan keragaman data yang diperoleh. Data yang diperoleh, selanjutnya akan dianalisa apakah terdapat perbedaan antara masing-masing perlakuan dengan parameter yang diukur. Hasil dari penelitian ini adalah mengacu pada perbedaan ukuran daun yang disuling dan penyulingan dalam waktu 5 jam. Hasil yang didapat ini merupakan gabungan volume rendemen tiap jam yang sama pada tiga kali proses destilasi. Hal ini disebabkan oleh hasil yang terlalu sedikit sehingga sulit dipisahkan. Dalam prosesnya setiap jam cacahan kasarlah yang memiliki rendemen tertinggi.. Kadar minyak dalam kondensat tertinggi adalah volume 6078 ml yang dihasilkan cacahan kasar, volume 6146 ml yang dihasilkan cacahan halus memiliki kadar minyak dalam kondensat sebesar 0,0585%, dan volume 3390 ml yang dihasilkan daun tanpa cacahan memiliki kadar minyak dalam kondensat sebesar 0,0188%.Namun Massa jenis minyak daun cengkeh yang dihasilkan dari penelitian ini tidak memenuhi standar. Diantara ketiga jenis daun tersebut yang paling banyak menghasilkan minyak adalah daun cacahan kasar. Kata Kunci : Cengkeh, mesin perajang, kapasitas
Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Biogas terhadap Emisi Gas Buang Mesin Generator Set Rendhi Prastya; Bambang Susilo; Musthofa Lutfi
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.782 KB)

Abstract

Penelitian ini mempelajari pengaruh penggunaan biogas terhadap emisi gas buang yang dihasilkan oleh mesin generator set dan untuk operasional genset berbahan bakar bensin menjadi berbahan bakar biogas perlu dilakukan modifikasi pada bagian karburator. Pemasukan biogas palingmudah dan efektif adalah dimasukkan ke dalam intake manifold. Zat-zat yang merugikan dalam gas buang adalah karbon dioksida, oksigen dan karbon monoksida. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Orsat Apparatus pada pembebanan 0/tanpa beban, 300, 540, 840, 1140 Watt. Dari hasil pengujian menunjukkan semakin besar pembebanan pemakaian bahan bakar semakin naik, kadar emisi gas buang karbon dioksida mengalami kenaikan, kadar emisi gas buang oksigen mengalami penurunan, dan kadar emisi gas buang karbon monoksida juga mengalami penurunan. Kadar CO2 tertinggi yang dihasilkan mesin genset ketika menggunakan bensin sebesar 2,54%, sedangkan ketika menggunakan biogas sebesar 2,40%. Kadar O2 tertinggi ketika menggunakan bensin sebesar 18,66%,sedangkan menggunakan biogas sebesar 15,60% dan kadar CO yang dihasilkan oleh bensin sebesar 5,06% sedangkan biogas hanya sebesar 0,20%. Kata kunci: Emisi gas buang, biogas, genset
Hidrolisis Enzimatik Ampas Tebu (Bagasse) Memanfaatkan Enzim Selulase dari Mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger Sebagai Katalisator dengan Pretreatment Microwave Ferys Ika Oktavia; Bambang Dwi Argo; Musthofa Lutfi
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.313 KB)

Abstract

Ampas tebu (bagasse) adalah salah satu sumber lignoselulosa untuk pembuatan bioetanol. Pada penelitian hidrolisis dilakukan secara enzimatik dengan memanfaatkan enzim selulase dari mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger. Proses hidrolisis dilakukan dengan memvariasikan perbandingan dari kedua enzim selulase serta pengamatan terhadap waktu hidrolisis. Variasi perbandingan  volume enzim selulase antara Trichodermai reesei : Aspergillus niger yaitu  1:0, 0:1, 1:1, 1:2, 2:1, sedangkan untuk waktu pengambilan sampel dilakukan pada jam ke- 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, serta pada jam ke-48. Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan metode DNS (Dinitrosalicylic acid) dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan hasil tertinggi diperoleh pada variasi dengan perbandingan 0 T.reesei : 1 A.niger dengan waktu hidolisis selama 12  jam yang menghasilkan glukosa sebesar 47,213 %.   Kata Kunci: ampas tebu, hidrolisis enzimatik, glukosa 
Rancang Bangun Pengendali Intensitas Cahaya Pada Fotobiorektor Vertikal Nugroho Nimpuno; Musthofa Lutfi; Bambang Dwi Argo; Moch. Bagus Hermanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.621 KB)

Abstract

Fotobioreaktor vertikal merupakan alat simulasi untuk pengembangbiakan atau budidaya mikroalga. Dengan ada nya fotobioreaktor yang sudah ada, perlu adanya penyempurnaan terhadap alat itu sendiri. Fotobioreaktor yang ada akan disempurnakan yaitu adanya penambahan naungan (atap) dengan maksud untuk mengendalikan intensitas cahaya yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroalganya. Didalam mengetahui hasil yang terbaik dari alat pengatur naungan (atap) pada Fotobioreaktor ini maka diperlukan beberapa pengujian yaitu sensitivitas sensor cahaya dan pengujian pergerakan naungan (atap) Fotobioreaktor yang akan dilakukan di Laboratorium Workshop Mekatronika Agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Pengujian sensitivitas dan pergerakan naungan dilakukan di Laboratorium dan dilaksanakan selama satu hari untuk mengetahui sensitivitas sensor cahaya Pengambilan dan pencatatan data dilakukan pada titik-titik ekstrim yang menunjukkan kondisi perubahan intensitas cahaya yaitu pada pukul 06.00 WIB, 09.00 WIB, 12.00 WIB, 15.00 WIB, 18.00 WIB. Pengambilan sampel pada jam tersebut dikarenakan waktu-waktu itulah terjadi perubahan intensitas cahaya secara ekstrim. Sejalan dengan pengujian tersebut, peengujian dengan pengembangbiakkan mikroalga jenis Chlorella sp. Grafik pertumbuhan mikroalga mengalami kenaikan semenjak hari pertama hingga hari keempat, kemudian grafik mengalami penurunan di hari kelima dan seterusnya. Intensitas cahaya yang tertinggi selama penelitian berlangsung yaitu 868 lux, rata – rata intensitas cahaya yaitu diantara 600 lux hingga 900 lux. Kemudian derajat bukaan naungan (atap) atau pergerakan yang terbesar yaitu 85˚. Terakhir yaitu kepadatan mikroalga Chlorella sp. yang tertinggi yaitu pada hari keempat sebesar 2,63 x 107 sel/ml.
Pengaruh Kecepatan Putaran Mesin pada Proses Ekstraksi Pati Garut dengan Mesin Ekstraksi Tipe Spinner Kerucut . Herianto; Musthofa Lutfi; Wahyunanto Agung Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.211 KB)

Abstract

Maranta arundinaceae L. atau arrowroot adalah salah satu tanaman umbi-umbian penghasil karbohidrat yang potensial. Proses pembuatan pati meliputi beberapa tahap. Pertama, umbi-umbian dikupas atau dicuci hingga bersih. Setelah itu dilakukan pemarutan dengan mesin ataupun manual agar umbi-umbian tadi menjadi bubur (pulp). Apabila proses pemarutan sudah dilakukan maka proses seterusnya adalah ekstraksi, agar pati dan ampasnya terpisah. Penggunaan mesin ekstraktor pati garut dengan sistem spinner kerucut memungkinkan proses ekstraksi berlangsung secara kontinyu. Keunggulan penggunaan mesin ini adalah pengoperasian yang mudah, tidak membutuhkan banyak air dan tenaga dalam pengoperasiannya sehingga diharapkan proses produksi pati dapat berlangsung efektif dan efisien. Metode penelitian menggunakan metode eksperimental dengan melakukan percobaan. Percobaan terdiri dari 6 perlakuan kecepatan putaran mesin, yaitu 420 rpm, 550 rpm, 700 rpm, 940 rpm, 1230 rpm, dan 1480 rpm dengan 3 kali pengulangan. Bahan yang digunakan adalah garut kultivar banana seberat 2 kg dengan penambahan air 3 liter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin  besar putaran mesin  yang dipakai akan semakin besar pula massa pati yang dihasilkan. Berdasarkan uji statistic, menunjukkan bahwa kecepatan putaran mesin memberikan pengaruh yang nyata dalam proses ekstraksi pati garut. Rerata massa pati terbesar dihasilkan pada putaran 1480 rpm yaitu sebesar 330.10 gram, sedangkan yang terkecil pada putaran mesin 420 rpm yaitu 57.67 gram. Nilai massa pati yang berhasil diekstrak besarnya dinyatakan dalam persen (%). Nilai terbesar pada putaran 1480 rpm yaitu sebesar 16.5 %, sedangkan yang terkecil pada putaran 420 rpm yaitu sebesar 3.22%. Kapasitas kerja terbesar juga pada putaran 1480 rpm yaitu sebesar 1055.69 gram/menit, sedangkan yang terkecil pada putaran 700 rpm yaitu sebesar 618.56 gram/menit. Kata Kunci: Garut, Pati Garut, Kecepatan Putaran Mesin