Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL JAHE MERAH (Zingiber Officinale Var Rubrum Rhizoma) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus Rizki Nisfi Ramdhini; Dwi Aulia Ramdini; Citra Yuliyanda Pardilawati
Jurnal Kesehatan : Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol 12 No 02 (2022): JURNAL KESEHATAN : JURNAL ILMIAH MULTI SCIENCES
Publisher : STIK SITI KHADIJAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52395/jkjims.v12i02.351

Abstract

Jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum Rhizoma) merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia. Masyarakat lokal sering memanfaatkan rimpangnya untuk mengobati berbagai penyakit sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, analgesik, diuretik, antijamur, antikanker, dan antivirus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol jahe merah terhadap bakteri Staphyococcus aureus. Penelitian ini dilakukan melalui tahap maserasi, skrining fitokimia, pengujian aktivitas antibakteri ekstrak jahe merah dengan penentuan zona hambat. Metode penelitian skrining fitokimia dilakukan dengan uji warna menggunakan berbagai pereaksi. Teknik analisis data dilakukan dengan uji One Way Anova. Hasil penelitian pada skrining fitokimia diperoleh positif mengandung alkaloid, terpenoid, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil rata-rata zona diameter ekstrak daun etanol jahe merah pada Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 40%, 60%, 80% adalah 8 mm, 8,2 mm, 9,3 mm dan 10 mm. Hasil analisis One Way Anova pada uji antibakteri dengan nilai sig 0,00< 0,05 menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dari masing-masing konsentrasi terhadap daya hambat. Kondisi ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol jahe merah memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus.
Faktor Risiko dan Manajemen Mirror Syndrome Muhammad Hasbi Sahbani; Nurul Islamy; Citra Yuliyanda Pardilawati; Ratna Dewi Puspita Sari
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 11 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v11i2.800

Abstract

Introduction: Mirror syndrome is a rare prenatal clinical condition associated with significant fetal death and maternal morbidity. Objective: To Know more about Mirror Syndrome comprehensively. Methods: The literature review study combines the essence of several relevant sources from national and international sources. Results: Mirror syndrome is defined by the presence of a clinical trial that includes fetal hydrops, placental hydrops, and maternal oedema. Several fetoplacental diseases are also associated with MS, which can be classified into diverse groups based on: different etiologies. Conclusion: There are many things still unknown about Mirror Syndrome. Early diagnosis is essential to determine the etiology of Mirror Syndrome and the appropriate treatment according to its type.
Kajian Peresepan Obat yang Berpotensi Tidak Tepat Berdasarkan Kriteria STOPP Versi-2 Pada Pasien Geriatri : Evaluation of Potentially Inappropriate Prescribing with version-2 STOPP Criteria in Geriatric Patients Citra Yuliyanda Pardilawati; Nara Safitri; Rasmi Zakiah Oktarlina; Muhammad Iqbal
Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product Vol. 6 No. 01 (2023): Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.838 KB) | DOI: 10.35473/ijpnp.v6i01.2225

Abstract

Potentially inappropriate prescribing (PIP) is a drug prescription without a proper clinical indication. The tools used to identify PIP in the geriatric patient is the STOPP criteria. The STOPP criteria evidently to improve treatment suitability, reduce medical costs, and reduce the occurrence of adverse drug reaction. The aim of this study is to evaluate the potentially inappropriate prescribing in geriatric patients using the STOPP criteria. This study is observational study used a cross-sectional approach. The sampling technique is purposive sampling. The research samples were medical records of geriatric patients aged more than 60 years old in outpatient installations at one of the hospitals in Bandar Lampung for the period January - June 2022. The samples were 96. The highest number of patients was in the age group of 60-69 years with 77 patients (80.2%). Male patients were 58 patients (60.4%) and the patients who get more than equal to 5 medicine were 79 patients (82.3%). PIP events occurred in 5 (5.2%) patients. PIP occurred in five patients, with the incident of the use of non-steroidal anti-inflammatory drugs used concurrently with anticoagulant drugs for two incidents, the use of opioids as first-line painkillers for two incidents, and one incident of the use of non-steroidal anti-inflammatory drugs for patients with uncontrolled hypertension. ABSTRAK Peresepan obat yang berpotensi tidak tepat atau Potentially inappropriate prescribing (PIP) merupakan peresepan obat tanpa indikasi klinis yang tepat. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi PIP pada pasien geriatri adalah kriteria STOPP. Kriteria STOPP terbukti dapat meningkatkan kesesuaian pengobatan, mengurangi biaya pengobatan, dan mengurangi terjadinya reaksi obat yang merugikan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi kejadian potentially inappropriate prescribing (PIP) pada pasien geriatri menggunakan kriteria STOPP. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian adalah rekam medis pasien yang berusia lebih dari 60 tahun di instalasi rawat jalan salah satu rumah sakit di kota Bandar Lampung periode Januari – Juni tahun 2022. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 96. Jumlah pasien paling banyak terdapat pada kelompok usia 60 – 69 tahun sebanyak 77 pasien (80.2%). Pasien laki-laki sebanyak 58 pasien (60.4%), dan pasien yang mendapatkan ≤ 5 obat sebanyak 79 pasien (82.3%). Kejadian PIP terjadi pada 5 (5.2%) pasien. Kejadian PIP terjadi pada 5 pasien diantaranya adalah penggunaan obat antiinflamasi non-steroid yang digunakan bersamaan dengan obat antikoagulan sebanyak 2 kejadian, penggunaan opioid sebagai antinyeri lini pertama sebanyak 2 kejadian dan penggunaan obat antiinflamsi non-steroid pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol sebanyak 1 kejadian.
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Potentially Inappropriate Medication (PIM) Berdasarkan Kriteria Stopp Start pada Pasien Geriatri dengan Gangguan Kardiovaskuler Siti Julaiha; Riyanto Riyanto; Citra Yuliyanda Pardilawati
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Vol 14, No 2 (2021): Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jkm.v14i2.3011

Abstract

Background: Identification of drug prescriptions in the geriatric population is very important to prevent dangerous prescriptions, increased morbidity, adverse drug reactions, and mortality. The STOPP START criterion is one of the criteria that is widely used to identify the safety of pharmacological therapy in the geriatric population. Purpose: This research aims to know factors associated with the incidence of PIM in geriatric patients with a diagnosis of cardiovascular disorders based on the STOPP START Criteria. Methods: The design of this research is analytic observation research with a cross-sectional study method. The population in this study were inpatient geriatric patients diagnosed with cardiovascular disorders at Dr. H. Abdul Moeleok Hospital Lampung Province in 2018. Sample collection was carried out by observing patient medical record data in 2018. The incidence of PIM was identified using the STOPP START criteria. Data analysis was carried out by using the chi-square test. Results: The results of the univariate analysis showed that the four most common types of PIM were not using statins in patients with a history of coronary heart disease and cerebral vascular disease (25.81%), not using ACE inhibitors in patients with chronic heart failure (24.19%), not using ACE inhibitor in patients with acute myocardial infarction and atrial fibrillation 11.29% each. Bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the incidence of PIM and comorbidities. Conclusion: The most PIM in the treatment of geriatric patients is the use of statins in patients who have a history of coronary heart disease and cerebral vascular disease as much as 25.81% and there is a significant relationship between the incidence of PIM and comorbidities.Abstrak. Latar Belakang: Identifikasi peresepan obat pada populasi geriatri sangat penting dilakukan untuk mencegah peresepan yang membahayakan, peningkatan morbiditas, reaksi obat tidak diinginkan, dan mortalitas. Kriteria STOPP START merupakan  salah satu kriteria yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi keamanan terapi farmakologi pada populasi geriatri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor  yang berhubungan dengan kejadian PIM pada pasien geriatri dengan diagnose gangguan kardiovaskuler berdasarkan Kriteria STOPP START. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian observasi analitik dengan metode cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien geriatri rawat inap dengan didiagnosa gangguan kardiovaskuler di RSUD Dr. H. Abdul Moeleok Provinsi Lampung pada tahun 2018. Pengumpulan sampel dilakukan dengan mengobservasi data rekam medik pasien tahun 2018. Kejadian PIM diidentifikasi menggunakan criteria STOPP START. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan empat jenis PIM terbanyak adalah tidak digunakannya statin pada pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung koroner dan cerebral vascular disease (25,81%), tidak digunakannya ACE inhibitor pada pasien gagal jantung kronik (24,19%),  tidak digunakannya ACE inhibitor pada pasien infark miokardial akut dan fibrilasi atrial  masing-masing 11,29%.  Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kejadian PIM dengan komorbid. Simpulan PIM terbanyak pada pengobatan pasien geritari adalah tidak digunakannya statin pada pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung koroner dan cerebral vascular disease sebanyak 25,81% dan terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian PIM dengan komorbid.
Faktor Risiko dan Manajemen Mirror Syndrome Muhammad Hasbi Sahbani; Nurul Islamy; Citra Yuliyanda Pardilawati; Ratna Dewi Puspita Sari
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 11 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v11i2.800

Abstract

Introduction: Mirror syndrome is a rare prenatal clinical condition associated with significant fetal death and maternal morbidity. Objective: To Know more about Mirror Syndrome comprehensively. Methods: The literature review study combines the essence of several relevant sources from national and international sources. Results: Mirror syndrome is defined by the presence of a clinical trial that includes fetal hydrops, placental hydrops, and maternal oedema. Several fetoplacental diseases are also associated with MS, which can be classified into diverse groups based on: different etiologies. Conclusion: There are many things still unknown about Mirror Syndrome. Early diagnosis is essential to determine the etiology of Mirror Syndrome and the appropriate treatment according to its type.