Lazarus Agus Sukamto
Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87907636, 87907604

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

IN VITRO CULTURE OF HOLOPARASITE Rafflesia arnoldii R. Brown Sukamto, Lazarus Agus; Mujiono, Mujiono
Buletin Kebun Raya Vol 13, No 2 (2010): Buletin Kebun Raya Vol. 13 (2) Juli 2010
Publisher : Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Potongan kuncup bunga digunakan sebagai eksplan yang ditumbuhkan pada media dasar Murashige and Skoog (MS) dengan tambahan 0; 0.1; 0.5; 1 and 5 mg/I 2,4-D atau Picloram dan 2 g/I Phytagel. Eksplan tumbuh menjadi kalus pada media yang ditambahkan 0,1 dan 1 mg/I 2,4-D atau 0,5 dan 1 mg/I Picloram. Kultur kalus tersebut dipelihara pada media MS + 1 mg/I 2,4-D. Kemudian kalus ditumbuhkan pada medium dengan penambahan 1, 3, 5 dan 10 mg/I 2,4-D atau Picloram. Setelah dua bulan 66,67-100% kultur membentuk kalus. Semua kalus berstruktur kompak. Beberapa kalus yang diperlakuan dengan 5-10 mg/I 2,4-D menumbuhkan benang-benang putih pada permukaannya. Perlakuan Picloram menghasilkan kalus yang lebih banyak, tetapi 2,4-D menghasilkan kualitas kalus yang lebih baik. Kalus R. arnoldii tidak membentuk somatik embrio dengan penambahan 0,1 mg/I Zeatin dalam media kultur. Ini adalah laporan yang pertama kali tentang pembentukan kalus dari kultur R. arnoldii secara in vitro.
TINGKAT HIDUP DAN PERTUMBUHAN AVOKAD HASIL SAMBUNG PUCUK ENTRES YANG DISIMPAN DALAM PELEPAH BATANG PISANG Sukamto, Lazarus Agus; Lestari, Reni; Putri, Winda Utami
Buletin Kebun Raya Vol 17, No 1 (2014): Buletin Kebun Raya Vol. 17 (1) Januari 2014
Publisher : Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah avokad mempunyai kandungan nutrisi yang sangat baik bagi masyarakat khususnya kandungan lemak tidak jenuh dan protein yang tertinggi bila dibandingkan jenis buah lain. Untuk tujuan komersial, tanaman avokad perlu diperbanyak secara vegetatif untuk memperoleh bibit yang telah terbukti kualitas dan kuantitas tinggi, serta berbuah lebih awal. Keberhasilan penyambungan sangat dipengaruhi oleh kesegaran entres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan pertumbuhan sambungan tanaman avokad dengan menggunakan entres yang disimpan dalam pelepah batang pisang selama dua hingga sembilan hari. Parameter pengamatan meliputi persentase tingkat hidup sambungan, pertumbuhan panjang, jumlah daun, jumlah cabang, dan panjang percabangan batang atas setiap bulan sampai enam bulan. Data pertumbuhan dianalisis secara statistik dengan ANOVA dan uji lanjut Duncan. Lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap tingkat hidup hasil sambungan dan pertumbuhan batang atas avokad. Rerata tingkat hidup bibit sambungan avokad terus menurun dari 99,5% pada umur satu bulan sampai 71% pada umur enam bulan setelah penyambungan, tetapi tidak mengalami penurunan setelah lima bulan penyambungan. Penyimpanan entres avokad dalam pelepah pisang dapat dipertahankan kesegarannya selama sembilan hari, yaitu tingkat hidup sambungan 60% - 84% enam bulan setelah penyambungan. Ada kecenderungan bahwa makin lama penyimpanan entres, makin menurun pertumbuhan batang atas avokad; sebaliknya makin lama umur penyambungan, makin meningkat pertumbuhan batang atas avokad, kecuali jumlah cabangnya yang relatif tidak meningkat setelah dua bulan penyambungan.
TINGKAT HIDUP DAN PERTUMBUHAN AVOKAD HASIL SAMBUNG PUCUK ENTRES YANG DISIMPAN DALAM PELEPAH BATANG PISANG Sukamto, Lazarus Agus; Lestari, Reni; Putri, Winda Utami
Buletin Kebun Raya Vol 17, No 1 (2014): Buletin Kebun Raya Vol. 17 (1) January 2014
Publisher : Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah avokad mempunyai kandungan nutrisi yang sangat baik bagi masyarakat khususnya kandungan lemak tidak jenuh dan protein yang tertinggi bila dibandingkan jenis buah lain. Untuk tujuan komersial, tanaman avokad perlu diperbanyak secara vegetatif untuk memperoleh bibit yang telah terbukti kualitas dan kuantitas tinggi, serta berbuah lebih awal. Keberhasilan penyambungan sangat dipengaruhi oleh kesegaran entres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan pertumbuhan sambungan tanaman avokad dengan menggunakan entres yang disimpan dalam pelepah batang pisang selama dua hingga sembilan hari. Parameter pengamatan meliputi persentase tingkat hidup sambungan, pertumbuhan panjang, jumlah daun, jumlah cabang, dan panjang percabangan batang atas setiap bulan sampai enam bulan. Data pertumbuhan dianalisis secara statistik dengan ANOVA dan uji lanjut Duncan. Lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap tingkat hidup hasil sambungan dan pertumbuhan batang atas avokad. Rerata tingkat hidup bibit sambungan avokad terus menurun dari 99,5% pada umur satu bulan sampai 71% pada umur enam bulan setelah penyambungan, tetapi tidak mengalami penurunan setelah lima bulan penyambungan. Penyimpanan entres avokad dalam pelepah pisang dapat dipertahankan kesegarannya selama sembilan hari, yaitu tingkat hidup sambungan 60% - 84% enam bulan setelah penyambungan. Ada kecenderungan bahwa makin lama penyimpanan entres, makin menurun pertumbuhan batang atas avokad; sebaliknya makin lama umur penyambungan, makin meningkat pertumbuhan batang atas avokad, kecuali jumlah cabangnya yang relatif tidak meningkat setelah dua bulan penyambungan.
IN VITRO CULTURE OF HOLOPARASITE Rafflesia arnoldii R. Brown Sukamto, Lazarus Agus; Mujiono, Mujiono
Buletin Kebun Raya Vol 13, No 2 (2010): Buletin Kebun Raya Vol. 13 (2) July 2010
Publisher : Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Potongan kuncup bunga digunakan sebagai eksplan yang ditumbuhkan pada media dasar Murashige and Skoog (MS) dengan tambahan 0; 0.1; 0.5; 1 and 5 mg/I 2,4-D atau Picloram dan 2 g/I Phytagel. Eksplan tumbuh menjadi kalus pada media yang ditambahkan 0,1 dan 1 mg/I 2,4-D atau 0,5 dan 1 mg/I Picloram. Kultur kalus tersebut dipelihara pada media MS + 1 mg/I 2,4-D. Kemudian kalus ditumbuhkan pada medium dengan penambahan 1, 3, 5 dan 10 mg/I 2,4-D atau Picloram. Setelah dua bulan 66,67-100% kultur membentuk kalus. Semua kalus berstruktur kompak. Beberapa kalus yang diperlakuan dengan 5-10 mg/I 2,4-D menumbuhkan benang-benang putih pada permukaannya. Perlakuan Picloram menghasilkan kalus yang lebih banyak, tetapi 2,4-D menghasilkan kualitas kalus yang lebih baik. Kalus R. arnoldii tidak membentuk somatik embrio dengan penambahan 0,1 mg/I Zeatin dalam media kultur. Ini adalah laporan yang pertama kali tentang pembentukan kalus dari kultur R. arnoldii secara in vitro.
Shoot Tip Culture of Nepenthes albomarginata Lobb ex Lindl. In Vitro Sukamto, Lazarus Agus; Mujiono, Mujiono; Djukri, Djukri; Henuhili, Victoria
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 7, No 2 (2011): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.018 KB) | DOI: 10.14203/jbi.v7i2.3112

Abstract

ABSTRAKKultur Pucuk Tanaman Nepenthes albomarginata Lobb ex Lindl. secara In Vitro. N. albomarginata adalah kantong semar kerah putih (white collared pitcher plant), salah satu tanaman pemakan serangga yang sangat menarik sebagai tanaman hias. Tanaman ini terancam punah karena pengambilan dan kerusakan habitatnya. Penelitian perbanyakan secara in vitrodilakukan dengan menggunakan pucuk tanaman N. albomarginata pada media formulasi setengah Murashige and Skoog (1/2 MS) dengan tambahan zat pengatur tumbuh 6-benzyladenine (BA) 1 mg l-1 dengan atau tanpa kombinasi dengan á-naphthalene acetic acid (NAA) atau 4 amino 3,5,6, trichloropicolinic acid (Picloram) 0.5, 1, 1.5, and 2 mg l-1. Perlakuankombinasi BA 1 mg l-1 dengan NAA 0.5 mg l-1 menghasilkan pertambahan tinggi tanaman terbesar. Tanaman menghasilkan jumlah daun terbanyak pada kontrol. Perlakuan BA 1 mg l-1 menumbuhkan tunas aksilar terbanyak, sedangkan kombinasinya dengan NAA 1.5 mg l-1 merupakan perlakuan yang dapat menghasilkan tunas adventif. Kombinasi BA 1 mg l-1 dan NAA 2 mg l-1 menginduksi kalus terbaik. Tanaman yang dihasilkan belum membentuk akar, tetapi pertumbuhan lebih lanjut dapat membentuk perakaran dan dapat hidup di luar botol kultur setelah diaklimasi.Kata kunci: Nepenthes albomarginata, tanaman pemakan serangga, kantong semar, kultur pucuk tunas, in vitro
KULTUR KOTIL, HIPOKOTIL, DAN EPIKOTIL TANAMAN BUAH NAGA SECARA IN VITRO Sukamto, Lazarus Agus
Teknologi Indonesia Vol 35, No 1 (2012)
Publisher : LIPI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.051 KB) | DOI: 10.14203/jti.v35i1.177

Abstract

Dragon fruit plant is usually propagated by using seed or stem cutting. Plant propagation by using seed take long time because of slow growth, whereas by using stem cutting could damage mother plant and the resulted plant is limited. Experimental in vitro propagation was carried out by using cotyledon, hypocotyl and epicotyl from seeds grown in vitro. Culture media was modified Murashige and Skoog (MS) formulation that macro and micro-nutrients were subtracted half-full and addition of plant growth regulators (PGR) 6-benzylaminopurine (BA) combined with?-naphthaleneacetic acid (NAA) for cotyledon and hypocotyl, thidiazuron (TDZ) for epicotyl. Cotyledon explants produced the best callus production on media with addition of PGR 3 mg/l BA + 2 mg/l NAA and the best root production on media with addition of 0 mg/l BA + 5 mg/l NAA. Hypocotyl explants produced the best callus production on media with addition of PGR 1 mg/l BA + 4 mg/l NAA or 3 mg/l BA + 2 mg/l NAA and the best root production on control media. Epicotyl explants produced the best callus production on media with addition of PGR 1 mg/l TDZ and the best shoot, shoot height and root production on control media. The highest shoot number production on 0,001 0,01 mg/l TDZ treatment. Epicotyl is the best explant compared to cotyledon and hypocotyl, especially on control in vitro propagation of dragon plant, which could save the expenses without using PGR.
PENGARUH EKSPLAN DAN ZPT TERHADAP PERTUMBUHAN nEPEnTHES ALBOmARGInATA SECARA In VITRO Sukamto, Lazarus Agus
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 12 No. 1 (2011)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.436 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v12i1.1267

Abstract

Nepenthes albomarginata Lobb ex Lindl. is a carnivorous plant, distributes in several regions in Indonesia. The plant population decreases drastically because of over exploitation and ruining nature habitat. Plant propagation by nature and cutting are not enough to rehabilitation its population. In vitro culture of N. albomarginata was carried out using plantlets grown from the seeds in vitro. Plantlets were cut to became two part explants, consisted of shoot tip and under-shoot tip cuttings. These cutting explants were grown on Murashige & Skoog (MS) media with addition of plant growth regulators of 6-benzylaminopurine (BA), combined with or without-naphthalene acetic acid (NAA) or 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) at 1 mg/l. Shoot tip cuttings of N. albomarginata formed double multiple shoot 25,00% on control; formed triple multiple shoots 25,00% onBA 1 mg/l treatment; formed callus 37,50%, triple or quartet shoots 25,00% and rooted plantlets 25,00% on BA 1 mg/l + NAA 1 mg/l treatment. The under-shoot tip cuttings ofN. albomarginata formed double – triple shoots 25,00% and rooted plantlets 37,50% on control; formed double – triple shoots 25,00% and rooted plantlets 12,50% on BA 1 mg/ltreatment; formed callus 12,50%, double - pentacle shoots 37,50% and rooted plantlets 25,00% on BA 1 mg/l + NAA 1 mg/l treatment. 2,4-D 1 mg/l or its combined with BA 1mg/l treatment caused deadly shoot tip or under-shoot tip explants. The combination of BA 1 mg/l + NAA 1 mg/l was the best treatment for producing callus, multiple shootsand rooted plantlets of N. albomarginata.
SHOOT TIP CULTURE OF NEPENTHES ALBOMARGINATA LOBB EX LINDL. IN VITRO Sukamto, Lazarus Agus; Mujiono, Mujiono; Djukri, Djukri; Henuhili, Victoria
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 7, No 2 (2011): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v7i2.3112

Abstract

ABSTRAKKultur Pucuk Tanaman Nepenthes albomarginata Lobb ex Lindl. secara In Vitro. N. albomarginata adalah kantong semar kerah putih (white collared pitcher plant), salah satu tanaman pemakan serangga yang sangat menarik sebagai tanaman hias. Tanaman ini terancam punah karena pengambilan dan kerusakan habitatnya. Penelitian perbanyakan secara in vitrodilakukan dengan menggunakan pucuk tanaman N. albomarginata pada media formulasi setengah Murashige and Skoog (1/2 MS) dengan tambahan zat pengatur tumbuh 6-benzyladenine (BA) 1 mg l-1 dengan atau tanpa kombinasi dengan á-naphthalene acetic acid (NAA) atau 4 amino 3,5,6, trichloropicolinic acid (Picloram) 0.5, 1, 1.5, and 2 mg l-1. Perlakuankombinasi BA 1 mg l-1 dengan NAA 0.5 mg l-1 menghasilkan pertambahan tinggi tanaman terbesar. Tanaman menghasilkan jumlah daun terbanyak pada kontrol. Perlakuan BA 1 mg l-1 menumbuhkan tunas aksilar terbanyak, sedangkan kombinasinya dengan NAA 1.5 mg l-1 merupakan perlakuan yang dapat menghasilkan tunas adventif. Kombinasi BA 1 mg l-1 dan NAA 2 mg l-1 menginduksi kalus terbaik. Tanaman yang dihasilkan belum membentuk akar, tetapi pertumbuhan lebih lanjut dapat membentuk perakaran dan dapat hidup di luar botol kultur setelah diaklimasi.Kata kunci: Nepenthes albomarginata, tanaman pemakan serangga, kantong semar, kultur pucuk tunas, in vitro
Histological Analysis of in Vitro Cultured Coconut Endosperm Sukamto, Lazarus Agus
BIOTROPIA Vol. 24 No. 1 (2017): BIOTROPIA Vol. 24 No. 1 April 2017
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11598/btb.2017.24.1.387

Abstract

Coconut is an important plant for supporting the livelihood of people in tropical regions and is often regarded as a symbolic icon of the tropics. However, coconut fruits are large and heavy, posing a risk of injury when falling and hitting individuals standing beneath the tree. To prevent such accidents, ripe fruits must be harvested regularly. Coconut trees derived from in vitro–cultured endosperm are triploid and produce seedless fruits (without endocarp), which are significantly lighter and therefore safer. The objective of this study was to investigate plant regeneration from fresh and in vitro–cultured coconut endosperms. Both types of endosperm tissues were analyzed using histological methods. Solid endosperm from a seven-month-old post-anthesis coconut of the ‘Samoan Dwarf’ cultivar was collected and cultured in vitro using a modified Branton and Blake medium. Histological observations of fresh coconut endosperm revealed relatively uniform parenchyma cells in both size and shape, with nuclei containing one to five nucleoli. In contrast, three-month-old calli obtained from in vitro–grown endosperm in semi-solid medium displayed cells with diverse shapes and sizes, a high nucleus-to-cytoplasm ratio, and abundant starch, protein, and lipid deposits, indicating active cell division. Furthermore, seven-month-old calli grown in liquid medium contained embryogenic cells resembling proembryos. Fourteen-month-old bud-like structures developed in semi-solid medium showed clear histological features, including a meristematic layer, tunica–corpus organization, cortex-like region, and xylem tracheids. These findings indicate that the bud-like structure represents an early stage of shoot-bud formation in coconut endosperm. To our knowledge, this is the first report demonstrating early shoot-bud formation in coconut endosperm cultured in vitro.