Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KERUGIAN FINANSIAL AKIBAT KECACINGAN: STUDI DI KABUPATEN NUNUKAN Liestiana Indriyati; Lukman Waris; Erna Luciasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4019.155-160

Abstract

ABSTRACTHelminthiasis is one cause of nutritional anemia that impairs cognitive function, productivity and physical growth and development of children. This paper discuss the nutritional and financial losses caused by the helminthiasis. This study was observational research using cross-sectional design. The population were all primary school children in Nunukan, the number of sample were 1126 school age children enrolled in nine primary health centers working area (Nunukan, Sedadap, Setabu, Sungai Nyamuk, Aji Kuning, Sembakung, Pembeliangan, Mansalong and Sanur) during March to December 2010. Ascaris lumbricoides consume carbohydrates as much as 0.14 g/worm/day and 0.035 g protein/day. While Trichuris trichiura fed on blood as much as 0,005 cc/ worm/day and Hookworm as much as 0.2 cc/worm/day. The price of carbohydrates assumed to be the rice price Rp.7.199,49/kg, the price of protein assumed to be beef price Rp.30.000/kg and blood Rp.250.000/pack 250cc (Rp.1000/cc). The results showed that prevalence of ascariasis was 10.3 percent, trichuriasis 8.97 percent and hookworm 2.93 percent . Based on the calculation of nutrients and financial losses, during 2010 Nunukan suffered loss of carbohydrate of 2068.9 kg/year worth Rp. 14.895.075,- , protein loss of 517.23 kg/year worth Rp.32.530.588,- , and blood loss amounted to 1,220,241.17 cc/year worth Rp.1.220.241.100,- the total financial losses due to helminthiasis amounted to Rp.1.276.666.763,-.Keywords : helminthiasis,nutrition, financial disadvantageABSTRAKKecacingan disebabkan oleh infestasi cacing parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi, dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan, produktivitas, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental anak-anak. Kecacingan juga menyebabkan gangguan kemampuan belajar, dan dalam jangka panjang akan berakibat menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tulisan ini membahas tentang perhitungan kerugian nutrisi dan finansial yang diakibatkan oleh penyakit kecacingan dengan contoh Kabupaten Nunukan sebagai model. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain rancangan potong lintang (cross sectional). Populasi adalah seluruh anak sekolah dasar di Kabupaten Nunukan. Sampel adalah 1126 anak sekolah dasar terpilih di 9 wilayah kerja puskesmas (Nunukan, Sedadap, Setabu, Sungai Nyamuk, Aji Kuning, Sembakung, Pembeliangan, Mansalong dan Sanur) pada bulan Maret-Desember 2010. Hasil pemeriksaan mendapatkan bahwa persentase penderita ascariasis 10,3 persen, trichuriasis 8,97 persen dan penderita hookworm 2,93 persen. Ascaris lumbricoides merampas karbohidrat sebanyak 0,14 gram/ekor/hari dan protein 0,035 gram/ekor/hari. Sedangkan Trichuris trichiura menghisap darah sebanyak 0,005 cc/ekor/hari dan cacing Hookworm menghisap darah sebanyak 0,2 cc/ekor/hari. Perhitungan dalam rupiah, karbohidrat di asumsikan seharga beras Rp. 7.199,49/kg, protein seharga daging sapi Rp. 62.894,25/kg dan darah seharga Rp. 250.000/kantong isi 250cc (Rp.1000/cc). Berdasarkan perhitungan maka didapatkan kerugian nutrisi dan finansial yang dialami oleh Kabupaten Nunukan selama tahun 2010 adalah kerugian karbohidrat sebesar 2.068,9 kg/tahun senilai Rp. 14.895.075,- kerugian protein sebesar 517,23 kg/tahun senilai Rp. Rp 32.530.588,-, kerugian darah sebesar 1.220.241,17 cc /tahun senilai Rp.1.220.241.100,- maka total kerugian financial akibat kecacingan adalah sebesar Rp.1.276.666.763,-. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 155-160]Kata kunci : kecacingan, nutrisi, kerugian finansial
PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI GIZI MELALUI BUKU MEWARNAI UNTUK PESERTA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) (MEDIA DEVELOPMENT OF NUTRITION EDUCATION THROUGH COLORING BOOKS FOR EARLY CHILDHOOD EDUCATION (ECD)) Yurista Permanasari; Erna Luciasari; Aditianti Aditianti
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 36 No. 1 (2013)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v36i1.3393.31-43

Abstract

ABSTRACT Early childhood education (ECD) is a right time to provide nutrition education. The education can be given through playing patterns suitable for age 2-6 years. Currently there is no active nutrition education media for ECD participants. Therefore it is necessary to develop an active media of nutrition education through colouring book. Colouring activitities can stimulate both the cognitive and motor development of children. This study aimed to develop a colouring book as a nutrition education media for ECD participants and assess the acceptance of the media. This research is a formative study using qualitative design. The sample in this study was children aged 2-6 years, their parents, and teachers from four selected ECD in the city and district of Bogor. The research was conducted in 2 steps. The first step was baseline data collection through observations, group interviews and in-depth interviews to the children, the parents, and the teachers of ECD. Based on the baseline data, the nutrition education materials was prepared and the colouring book was designed. The second step was the assessment of the acceptance and the application of educational media by observing the use of educational media while teachers provided the material in the ECD classroom and the use of colouring books by ECD participants. A group interview was also conducted to see the teacher’s response of the nutrition education media through colouring books, and to find qualitative change in nutrition knowledge of ECD participants. Education materials through colouring books were made in two versions. First version is the books purposed for group A of ECD (< 4 years) and second version is for group B of ECD (4-6 years). After the teacher provided the nutrition education materials, nutritional knowledge of ECD participants was better than before. In addition, the media play as an atractive teaching material that stimulated children’s interest. Colouring books can be used as an educational media to increase nutrition knowledge of the children. Keywords: nutrition education media, colouring books, Early Childhood Education ABSTRAK Mendidik anak pada usia dini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan gizi melalui pola bermain yang sesuai dengan usia 2 - 6 tahun. Saat ini belum ada media edukasi gizi aktif untuk peserta PAUD (Pendidikan Usia Dini). Oleh karena itu perlu dikembangkan media edukasi gizi aktif berupa media mewarnai yang juga dapat merangsang aspek kognitif dan motorik anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku mewarnai sebagai media edukasi gizi untuk peserta PAUD, dan menilai daya terima media tersebut. Penelitian ini merupakan studi formatif dengan desain kualitatif. Sampel penelitian adalah anak usia 2-6 tahun, orang tua, dan guru di empat PAUD terpilih di Kota dan Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama yaitu pengumpulan data dasar dengan observasi, wawancara kelompok dan wawancara mendalam kepada anak dan orang tua peserta PAUD, serta guru PAUD. Berdasarkan data dasar tersebut, kemudian dilakukan penyusunan materi edukasi gizi dan perancangan buku mewarnai. Tahap kedua adalah penilaian daya terima dan aplikasi media edukasi dengan mengobservasi penggunaan media edukasi pada saat pemberian materi oleh guru PAUD di kelas, dan penggunaan media buku mewarnai oleh anak peserta PAUD. Selain itu juga dilakukan wawancara kelompok untuk melihat respon guru terhadap media edukasi gizi melalui buku mewarnai, dan wawancara kelompok peserta PAUD untuk mengetahui perubahan pengetahuan gizi secara kualitatif. Materi edukasi dengan buku mewarnai ini dibuat dalam dua versi yaitu untuk PAUD kelompok A (< 4 th) dan kelompok B (4-6 th). Pengetahuan gizi anak peserta PAUD menjadi lebih baik setelah pemberian materi edukasi gizi dengan buku mewarnai. Selain itu, media ini berperan sebagai bahan ajar menarik yang menstimulasi minat anak. Buku mewarnai dapat digunakan sebagai media edukasi untuk menambah pengetahuan gizi anak dengan cara mewarnai gambar. [Penel Gizi Makan 2013, 36(1):31-43] Kata kunci: Media Edukasi Gizi, Buku Mewarnai, Pendidikan Anak Usia Dini
STUDI STRATEGI PEMANTAPAN KEGIATAN PENYULUHAN GIZI PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI MAKANAN DALAM MASYARAKAT DI WILAYAH SULAWESI TENGAH DAN NUSA TENGGARA TIMUR Djoko Susanto; Tjetjep S. Hidayat; Trintrin T. Mudjianto; Triasari A. Werti; Nurfi Afriansyah; Erna Luciasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 14 (1991)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2198.

Abstract

Melalui kerja keras jajaran Departemen Pertanian bekerjasama dengan masyarakat petani, maka pada tahun 1985 Indonesia telah mampu berswasembada beras dan status itu mendapat penghargaan dari FAO. Konsekuensi dari kondisi tersebut tiada lain adalah mempertahankan dan melestarikannya secara terus menerus dan berkesinambungan. Landasan formal ke arah upaya itu adalah INPRES Nomor 20 tahun 1979 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat, sedangkan landasan teknis operasional adalah melalui penganekaragaman menu makanan sehari-hari. Dengan prinsip penganekaragaman menu makanan, maka dua tujuan ingin dicapai sekaligus, yakni: (1) agar ketergantungan masyarakat kepada salah satu jenis pangan pokok, terutama beras dapat dikurangi, dan (2) agar mutu gizi susunan makanan masyarakat dapat ditingkatkan. Sebagian penduduk di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur mengkonsumsi pangan pokok non-beras secara turun-temurun. Pada tingkat nasional dan regional kebiasaan pangan tersebut perlu dipertahankan dan didukung agar penganekaragaman konsumsi makanan dapat dikembangkan dan mutu gizi susunan makanan dapat ditingkatkan dengan mendayagunakan bahan-bahan makanan yang tersedia setempat. Penelitian ini ditujukan untuk menggali keragaan di lapangan berkenaan denga pentahuan pejabat dan kader Posyandu mengenai konsep penganekaragaman konsumsi makanan, serta penerapannya pada tingkat keluarga. Ketersediaan komoditas pangan pada sistem pasar di berbagai tingkat administratif telah digali pula. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 50-70% Pejabat di berbagai tingkat administratif di kedua wilayah propinsi tersebut mengetahui dengan baik rumusan dan tujuan program penganekaragaman konsumsi makanan. Menurut para Pejabat tersebut sarana penyuluhan gizi yang tersedia belum mengandung materi mengenai penganekaragaman konsumsi makanan. Dari data pengamatan ternyata bahwa makanan pokok non-beras lebih banyak ditemukan di tingkat kecamatan, sedangkan beras lebih banyak ditemukan di tingkat propinsi. Sementara itu, pola konsumsi makanan keluarga menunjukkan bahwa beras dikonsumsi oleh 16.7% keluarga di Sulawesi Tengah. Sedangkan di wilayah studi di Nusa Tenggara Timur hanya ditemukan satu keluarga yang mengkonsumsi beras dicampur dengan jagung, selebihnya mengkonsumsi jagung, atau jagung dan ubi. Agar pemahaman prinsip penganekaragaman konsumsi makanan lebih dikuasai oleh para pejabat terkait di berbagai tingkat administratif, para petugas gizi dan kader di Posyandu, maka diperlukan kegiatan orientasi, penataran dan pengembangan sarana penyuluhan gizi berkenaan dengan penganekaragaman konsumsi makanan di kedua wilayah penelitian.
POLA KONSUMSI MAKANAN SANTRI DI LIMA PESANTREN DI KABUPATEN CIAMIS DAN JOMBANG Hermina Hermina; Trintrin T. Mudjianto; Erna Luciasari; Tjetjep S. Hidayat; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2294.

Abstract

Studi ini dilakukan untuk mengkaji pola konsumsi makanan para santri remaja di pesantren yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam proses penyusunan model pendidikan gizi di pesantren agar santri memiliki kemampuan dan pengetahuan rasional di dalam memilih makanannya. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat dan di Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur. Pemilihan pesantren dilakukan secara purposive yakni Pesantren Darussalam di Ciamis, Tebu Ireng dan Walisongo di Jombang sebagai pesantren modern, serta Pesantren Al-Faadiliyah di Ciamis dan Pacul Gowang di Jombang sebagai pesantren tradisional. Responden adalah para santri remaja putra dan putri tamat Madrasah Ibtidaiyah/SD atau yang sedang bersekolah di Madrasah Tsanawiyah/SLTP dan Madrasah Aliyah/SLTA yang dipilih secara acak. Terkumpul sebanyak 424 santri di pesantren modern dan 190 santri di pesantren tradisional serta 34 orang ustad/guru/pengasuh asrama di lima pesantren yang diteliti. Beberapa temuan menunjukkan keragaan sebagai berikut: Pola konsumsi santri di pesantren modern lebih beragam dibandingkan dengan di pesantren tradisional di kedua lokasi. Ketersediaan makanan/bahan makanan di pesantren tradisional lebih terbatas dibandingkan dengan di pesantren modern baik dalam jumlah dan macamnya. Dibandingkan terhadap kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA) konsumsi gizi para santri di pesantren-pesantren yang diteliti umumnya masih di bawah angka kecukupan yang dianjurkan dan konsumsi zat-zat gizi santri di pesantren tradisional lebih rendah daripada santri di pesantren modern.
PENGAMBANGAN PEDOMAN MENU MAKANAN GIZI SEIMBANG MAKANAN TRADISIONAL DI SULAWESI TENGGARA DAN NUSA TENGGARA TIMUR Tjetjep S. Hidayat; Trintrin T. Mudjianto; Hermina Hermina; Erna Luciasari; Djoko Susanto; Mien K. Machmud
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2295.

Abstract

Menu makanan tradisional pada umumnya belum berkadar gizi seimbang. Untuk itu diperlukan buku Pedoman Menu Makanan Gizi Seimbang (PMMGS) makanan tradisional. Penelitian ini dilakukan untuk menyiapkan buku PMMGS makanan tradisional sekaligus dilakukan uji coba kelayakan buku pedoman tersebut. Penilaian kelayakan buku PMMGS dilihat dari adanya perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku responden setelah mendapat pelatihan berupa penyuluhan dan praktik mengolah menu makanan gizi seimbang. Penelitian dilakukan di dua desa di Propinsi Sulawesi Tenggara dan dua desa di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian berupa rancangan “one group pre-test dan post-test”. Subyek penelitian adalah ibu pengguna Posyandu yang sengaja dipilih. Sejumlah 57 ibu di Sulawesi Tenggara dan 65 ibu di Nusa Tenggara Timur. Analisis dilakukan dengan pendekatan “kualitatif” dalam bentuk frekuensi dan prosentase. Pada awal penelitian ditemukan bahwa hanya sebagian kecil yaitu di bawah 14% responden yang berpengetahuan cukup baik tentang makanan gizi seimbang. Sebagian besar responden sejak awal penelitian yaitu diatas 50% bersikap setuju adanya kegiatan program tentang menu makanan gizi seimbang, karena responden telah mengenal beberapa kegiatan kesehatan dan telah merasakan manfaatnya. Pola konsumsi keluarga responden makanan pada awal penelitian ditemukan belum berkadar gizi seimbang. Namun demikian setelah dilakukan pelatihan dan penyuluhan, serta praktik mengolah menu makanan gizi seimbang ditemukan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku responden. Pengetahuan responden meningkat menjadi yaitu 66% ibu pengguna Posyandu yang berpengetahuan baik di Sulawesi Tenggara dan 56% responden di Nusa Tenggara Timur. Begitu pula sikap sebagian besar responden setelah pelatihan diatas 90% responden berubah menyetujui kegiatan PMMGS. Perubahan perilaku ditunjukkan oleh adanya perubahan pada konsumsi makanan pokok yang semakin beragam jenis bahan pangannya. Selain itu, ditemukan pula adanya peningkatan frekuensi konsumsi sumber protein hewani maupun nabati yang semakin sering dan jumlahnya semakin banyak yang dikonsumsi keluarga. Konsumsi kacang-kacangan yang semula sebagian besar responden hanya mengkonsumsi 1-6 kali/minggu menjadi 1 kali/hari. Begitu pula konsumsi sayur menjadi semakin meningkat, sedangkan buah dikonsumsi tergantung musim. Dengan demikian buku Panduan Menu Makanan Gizi Seimbang Makanan Tradisional dapat digunakan sebagai alat penyuluhan oleh kader dan sebagai buku pegangan ibu rumah tangga dalam menyusun menu makanan gizi seimbang untuk keluarganya.
POTENSI DAUN SINGKONG KERING SEBAGAI SUMBER VITAMIN UNTUK ANAK PRA SEKOLAH Almasyhuri Almasyhuri; Heru Yuniarti; Erna Luciasari; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2305.

Abstract

Penelitian ini mempelajari potensi serbuk daun singkong kering sebagai sumber provitamin A meliputi kandungan karoten dalam serbuk daun singkong kering dan pengaruhnya terhadap pemasakan serta daya terima gulai serbuk daun singkong muda dan tua kering (DSMK dan DSTK) pada anak prasekolah. Sebagai pembanding adalah daun singkong muda segar yang sebelum dimasak diblancing terlebih dahulu (DSMB). Penelitian dilakukan terhadap 36 anak prasekolah (3-5 tahun) yang dibagi menjadi tiga kelompok. Daun singkong diberikan dalam bentuk masakan gulai yang diberikan bersama dengan menu makanan lengkap pada waktu makan pagi, siang dan sore selama tiga hari penuh. Daya terima daun singkong dinilai berdasarkan jumlah gulai yang dapat dikonsumsi per hari. Hasil yang diperoleh adalah daun singkong muda dan tua kering mengandung karoten cukup tinggi, yaitu berturut-turut adalah 14.270 dan 14.733 per 100 g berat kering. Penggulaian menyebabkan penurunan jumlah karoten sebesar 6.1%-8.6%. Baik DSMK maupun DSTK yang dimasak gulai dapat diterima oleh anak prasekolah. Secara statistik daya terima gulai DSMK dan DSTK tidak berbeda dengan gulai DSMB (P>0.05). Dari penelitian disimpulkan bahwa serbuk daun singkong kering merupakan sayur yang kaya dengan provitamin A yang dapat diterima anak prasekolah.                                        
TINGKAT DAN RAGAM KONSUMSI PANGAN GOLONGAN USIA LANJUT DI PANTI WERDHA BUDI LUHUR DAN HANNA DI YOGYAKARTA Erna Luciasari; Trintrin T. Mudjianto; Tjetjep S. Hidayat; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2338.

Abstract

Number of the elderly is increasing relatively fast in Indonesia. It is estimated by the US Bureau of the Cencus that this country will be the fourth in the world regarding the big number of it. As they are becoming older the physiological functions become weaker, it includes the function of intestine which influence the kind of food they can eat. This study has been carried out as to collect information's regarding level and variety of foods consumed by the elderly. A number of 53 elderly reside in two nursing homes, i.e. Budi Luhur and Hanna in Yogyakarta have been involved in the study. Important results show that most of the elderly used to eat main dish meal three times and snacks one-two time daily. The main staple food is rice which contributes 60-70% of total energy intake. Foods of fat sources contribute 15-20% of energy intake. Foods of animal protein sources are consumed 30-50 gram daily, and 50-100 gram of plant protein sources such as fermented soybean (tempe). Drinking water are drunk 6-9 glasses a day. By consuming such level and variety of foods, 47% of elderly are relatively thin, 47% sedentary and 6% relatively obese.Keywords: foods consume, elderly, nursing home
PENGARUH PENANGGULANGAN PENYAKIT CACINGAN TERHADAP STATUS GIZI DAN DAYA TERIMA PELAJARAN MURID SEKOLAH DASAR Tjetjep Syarif Hidayat; Hermina Hermina; Erna Luciasari; Adhi Dharmawan Tato; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2341.

Abstract

Infestation of worms is stiil considered as one of major public health problem in Indonesia especially among young school-age children. When the duration of inferestation takes relatively long time it might provide bad influence to nutritional status, physical and intellectual development and school performance of young children. The aim of the study is mainly stressed on collecting information of the influence of deworming control program to nutritional status and performance of learning acceptance among the Elementary School of grades 3, 4, and 5. Deworming control program consists of distribution of deworming pills twice a year and extention education specially stressed on the problem of infestation of worms. Out of 223 children of two Elementary Schools 166 children were covered in the study. The study showed that: there was a the trend of betterment among the experimental group with regard to prevalence of worm infestation, nutritional status, school attendance and achievment of learning acceptance compared to the control group. Due to relatively bad environment sanitation it is suggested to include program to intervene the environment sanitation in such that reinfection of worm infestation can be limited.Keywords: helminthiasis, learning achievment, nutritional status.
STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH PADA KELUARGA BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN IBU PEKERJA: STUDI KASUS DI KELURAHAN KEBON KALAPA, KECAMATAN BOGOR BARAT, KOTAMADYA BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT Erna Luciasari; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 18 (1995)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2227.

Abstract

Telah dilakukan penelitian terhadap 30 anak prasekolah dari 30 keluarga dimana ibu rumah tangga bekerja di luar rumah. Pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar ibu rumah tangga adalah sebagai pembantu rumah tangga (66,7%) dan sisanya masing-masing 16,7% bekerja sebagai buruh dan pedagang kecil. Rata-rata konsumsi energi dan protein keluarga berturut-turut mencapai tingkat 62,8% dan 82,8% dari kecukupan. Tetapi konsumsi energi anak prasekolah rata-rata telah mencapai tingkat 91,4% dan protein di atas 100% dari kecukupan yang dianjurkan. Sebanyak 86,7% anak prasekolah berstatus gizi baik.
KEBIASAAN MAKAN GOLONGAN REMAJA DI ENAM KOTA BESAR DI INDONESIA Trintrin T. Mudjianto; Djoko Susanto; Erna Luciasari; Hermina Hermina
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1948.

Abstract

KEBIASAAN MAKAN GOLONGAN REMAJA DI ENAM KOTA BESAR DI INDONESIA